Ardian memakaikan kalung berlian cantik pada leher kekasih tercintanya, Tania.
Mendaratkan satu kecupan pada bibir Tania, tersenyum.
"Suka?" Ardian mempererat pelukan, menaruh dagunya pada bahu Tania.
Posisi Ardian berada dibelakang Tania.
"Indah, suka banget ..Thank ya." seru Tania manja, membalikan badan dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Ardian kemudian mencium bibir pria tampan berstatus pacar tersebut.
Mereka berdua berciuman penuh gairah..
Melepaskan tautan bibir mereka kemudian.
"Btw, kita baru pacaran 4 bulan tapi aku ngerasa kayak udah lama. Beruntung aku punya pacar kayak kamu."
"Kok beruntung?"
"Iya, Kamu selalu buat aku merasa spesial dan bahagia. Semoga aja selamanya kita kayak gini. Btw jawab jujur, Kamu normal kan?Kalo bohong aku sumpahin impoten!"
Mendengar pertanyaan aneh itu Ardian Jadi bingung.
Mengerutkan dahi, "Iya normallah kalo aku gila, Aku nggak bakal kerja yang ada aku bakal naked terus jalan-jalan di jalanan hehehe."
Tania tertawa geli, "Bukan itu maksud aku, Kamu nggak gay atau biseksualkan?Mantan pacar sahabat aku ternyata Biseksual...ihhh serem."Bulu kuduk Tania merinding.
Ardian tertawa, mencubit hidung mancung kekasihnya gemas.
"Nggaklah, Ngaco kamu.. Kan kamu tahu seberapa nafsunya aku sama kamu, Dan kamu udah ngerasain betapa normalnya aku kan sayang." tanpa malu Ardian mengatakan hal macam itu lalu mengedipkan sebelah matanya.
Tania jadi malu, memukul dada Ardian.
"Oh.. Iya malming depan, kita triple date ya?"
"Sama siapa?"
"Pacar aku Alfian dan selingkuhan aku Benno...hehehe."
Keduanya kembali tertawa geli.
"Jijik tahu dengernya." kata Tania meruncingkan mulut.
Bermanja ria dalam pelukkan pacaran itu.
"Sama aku juga hehehe...Asal kamu tahu ya persahabatan cowok baru dibilang solid pas digosipin HOMO hehehe."
"Kok gitu si?" Kali ini Tania tampak terkejut.
Menatap Ardian.
Ardian langsung menjelaskan menurut pendapatnya.
"Mungkin karena saking akrab dan kemana-mana bareng. Tapi pacar kamu ini Puji Tuhan nggak pernah dapat gosip macam itu."
"Puji Tuhan,Baguslah. oh iya besok kamu ikut ke gereja bareng yuk?" ajak Tania semangat.
Ardian memang bukan seorang agamis layaknya sang kekasih, dia hanya akan pergi ke gereja untuk dua momentum yaitu pernikahan dan ada yang meninggal itu juga tidak sering jika dia bisa.
Pria ganteng itu menggaruk kepala.
"Mending kita ke tempat lain."
"Tuhkan kamu kebiasaan, diajak ibadah males diajak berbuat dosa aja semangat." protes Tania kesal, wajahnya sudah emosi.
Melepaskan pelukan, membelakangi Ardian sambil menyilangkan kedua tangan di dada
Males ribut akhirnya pria tampan itu setuju.
"Oke, besok pagi kita ke gereja bareng."
Tania membalikan badan, tersenyum bahagia.
"Nah gitu dong, itu baru pacar The Best. Kalo kamu dekat sama Tuhan kamu nggak akan neko-neko menjalani hidup, sayangku.. Love you."
-
-
-
Alfando menarik teguk leher Monika, melumat bibir sang istri penuh gairah. Keduanya memejamkan mata, menikmati setiap gerakan yang diciptakan karena tarian liar bibir mereka.
Bahkan keduanya sudah melibatkan lidah dalam ciuman hot itu, Monika mengalungkan kedua tangannya pada leher sang suami sedang Alfando satu tangannya menopang kepala Monika satu lagi memainkan area payudara kanan sang istri dari balik gaun tidurnya.
Pria tampan itu semakin memperdalam ciuman, tak membiarkan Monika mengatur nafas lama-lama.
Jika perempuan cantik itu mengakhiri ciuman mereka hanya untuk mengatur nafas, maka bebepa detik kemudian pria itu langsung menyerang kembali.
Monika yang awalnya kikuk, Lama-kelamaan menjadi lebih santai dan Alfando bisa merasakan hal itu.
Dia berhasil membuat istrinya merasa nyaman.
Entah sudah berapa lama mereka saling melumat bibir disertai desahan bak film dewasa....
Tapi yang jelas posisi Monika kini berganti diatas sang suami, kedua tangan Alfando meremas-remas bokong istrinya.
Sedangkan kedua tangan Monika memegang kepala pria berstatus suaminya tersebut.
Sesekali menjambak gemas rambut pria tampan bertubuh atletis yang akan segera menjadi seorang ayah.
"Apa tidak apa-apa jika kita bercinta kasar saat aku mengandung?" Tanya Monika polos.
Alfando tersenyum nakal, mengelus perut sang istri.
Menarik kembali teguk leher Monika, melumat kasar bibir merah sang istri mengakhiri lumatannya lalu menyeringai.
"Tidak apa-apa, kau tak perlu khawatir." balas Alfando mengelus pipi kanan sang istri.
Menarik pinggang Monika, membuka resleting gaun tidur sang istri perlahan hingga ujung sambil menciumi leher Monika.
Melepaskan gaun tidur dari tubuh seksi istrinya, Hingga hanya menyisakan bra dan cd.
Pria itu membuka kaos juga hotpan miliknya, Sehinga full naked.
Meski cahaya lampu remang-remang Monika masih dapat melihat dengan jelas kesempurnaan bentuk tubuh sang suami.
Rangkaian otot-otot pada kedua tangan, kaki serta perut Alfando terlihat begitu menggoda pantas saja suaminya itu menjadi buruan kaum adam dan hawa.
Dan terpenting milik Alfando berukuran layaknya aktor film dewasa.
Tak heran Monika merasakan sakit juga enak di waktu bersamaan saat mereka bercinta.
Alfando duduk disamping sang istri, membuka bra juga cd hingga Monika tak lagi memakai benang sehelaipun.
Setiap melihat tubuh naked Monika, Alfando tanpa sadar pasti terus-menerus memperhatikan setiap inci tubuh putih mulus istrinya tersebut disertai tatapan kagum.
Otomatis Monika sedikit salting, bahkan wajahnya merona karena malu.
Alfando menindih tubuh naked Monika, tersenyum nakal.
Mengelus pipi kanan sang istri dengan lembut.
"Kau tahu? Aku suka saat kau bersikap malu-malu."
Monika diam, menggigit bibir bawahnya..
Alfando mengecup hidung mancung Monika.
"Kau cantik." puji Alfando menatap lekat mata Monika.
Masih tak ada respons dari sang istri, membuat Alfando gemas.
Pria itu kembali melumat bibir Monika, lebih liar dan kasar.
Alfando mengakhiri ciuman mereka, melebarikan kedua kaki Monika, untuk waktu lama memainkan mulut dan lidahnya pada area vagina sang istri.
Hingga Monika mendesah karena ulah nakal permainan oral Alfando.
Lebih dari 10 menit pria itu melakukan oral s*x .
Monika bergerak belangsatan karena kenikmatan yang luar biasa diciptakan mulut dan lidah Alfando.
Terus mendesah...
Bahkan sesekali menekan kepala Alfando agar lebih dalam menghisap area vitalnya.
Dan...
Alfando perlahan memasuki miliknya dalam milik Monika yang sudah sangat basah.
Memompa miliknya penuh penekanan, bergerak maju-mundur berulang kali.
Berganti gaya setiap beberapa menit
Monika dan Alfando tengah melepaskan hasrat dan gairah.
Keduanya terus-menerus mendesah...
Keduanya menikmati kebersamaan mereka saat ini .
Tanpa ada rasa canggung...
Malu-malu
Dan yang pasti kedua merasa nyaman.
-------
Alfando tak bisa membohongi dirinya kenyataan dia memang sangat tertarik pada Monika, istrinya.
Tapi dia juga mencintai Radit, tak mungkin melepaskan pacarnya itu begitu saja.
Monika tertidur pulas dalam kondisi naked, memeluk guling.
Percintaan mereka kali ini memang berdurasi jauh lebih lama dari biasanya membuat Monika merasa lelah dan akhirnya mengantuk, sedangkan Alfando masih belum bisa memejamkan mata.
"Dasar suami berengsek!!Seenaknya saja bertindak!!!Dasar Gay jahattt!!" umpat Monika emosi tanpa sadar dengan gerakan sedang memukul dan kembali tertidur.
Alfando tertawa geli...
Wajah Monika sungguh mengemaskan.
Pria itu membetulkan posisi selimut sang istri.
Menyondongkan tubuhnya sehingga wajahnya berdekatan dengan wajah Monika yang tengah tertidur lelap.
"Bagaimana bisa aku tertarik padamu?Kau bahkan tidak lebih menarik dari perempuan2 yang mendekatiku." cicit Alfando bingung.
Mengelus bibir bawah istrinya itu.
Sssreeeett...
Mendadak Monika menarik Alfando sehingga pria itu berada dalam pelukkannya.
Dan Monika kembali berulah yaitu mengacak-ngacak rambut Alfando dalam kondisi masih tertidur.
Iya Monika lagi... Lagi mengingau..
Kembali mengumpat..
"Aku membecimu Alfando.. Dasar pria egoisssss...."
Alfando melepaskan diri,membetulkan rambutnya agar kembali rapih lalu tersenyum.
"Aku rasa kau membenciku, tapi tak masalah selama kau berada disisiku aku tak peduli." sambung Alfando santai, tersenyum.
Pagi ini Monika merasa seluruh tubuh pegal, Jam menunjukkan pukul 5 pagi.
Dia menguncir rambutnya, memakai kembali gaun tidurnya.
Turun ke lantai dasar menuju dapur, memasak sarapan untuk mereka.
Jujur area kewanitaannya terasa masih nyeri dan ngilu, semalam suaminya itu membuatnya benar-benar kewalahan.
"Okey, semua beres." kata Monika tersenyum senang setelah selesai masak serta menata makanan diatas meja makan.
Perempuan cantik itu mandi, mengganti pakaian.
Jam menunjukkan pukul 6 pagi.
Monika membangunkan sang suami, berbeda dari biasa yang butuh ekstra kerja keras membangunkan Alfando.
Pagi ini pria itu mudah dibangunkan.
"Sudah pagi, mandi setelah itu sarapan." Kata Monika melipat selimut.
Alfando langsung mengerjakan permintaan sang istri, Monika semakin heran biasanya pria itu akan mendumel karena menganggu tidurnya.
Tapi Monika suka setidaknya dia tak harus adu cekcok.
Selesai membereskan tempat tidur Monika menyiapkan pakaian kerja suaminya, seperti biasa.
20 menit kemudian Alfando keluar dalam kondisi naked tapi tubuhnya sudah kering.
Awalnya Monika terkejut tapi dia kembali bersikap biasa.
Alfando memakai hotpan lalu celana kerjanya.
Seperti hari biasanya Monika memakaikan kemeja, dasi dan jas sang suami.
Menata rambut Alfando.
"Nanti malam jangan pulang larut malam, kau dengar. Pokoknya sebelum jam 10 kau harus pulang." kali ini Alfando bersikap seolah anak kecil yang meminta ibunya untuk segera pulang.
"Baiklah, aku mengerti. Ayo kita sarapan setelah itu berangkat kerja." Monika dengan gaya santai membalas ucapan suaminya itu.
Monika turun duluan, tak lama kemudian Alfando menyusul.
Pria itu duduk tepat disamping Monika.
"Kenapa kau duduk di sini? maksudku biasanya kau duduk di depanku kan." Monika sungguh bingung dengan perubahan sikap sang suami.
Mana mungkin waktu semalam bisa mengubah sikap sang suami????
Tapi faktanya pria itu sungguh berbeda, lebih lembut.
"Mulai sekarang, aku mau duduk disampingmu. Seharusnya kau tak keberatankan?" Alfando mulai memakan sarapan paginya.
Wajahnya terlihat bahagia.
Tak ada nada suara lantang ataupun sarkastik.
Monika menarik nafas, semakin bingung tapi berusaha tetap tenang.
"Terserah kau."
Selesai makan Alfando membantu Monika yang tengah mencuci piring dengan cara menyimpan piring2 dan gelas2 ke tempatnya.
"Kau ini sebenarnya kenapa si?jangan membuatku bingung begini, kau tidak demankan? " Monika menyentuh kening Alfando dengan telapak tangan, raut mukanya tampak khawatir.
"Apa kau keserupan?" Sambung Monika masih disertai raut bingung.
Alfando tak terima dituduh kesurupan...
"Aku tidak deman apalagi kesurupan!" Bentak Alfando, bertolak pinggang memasang muka kesal.
Ekspresi Monika malah terlihat senang..
"Syukurlah dugaanku salah." Kata Monika senang memeluk Alfando sesaat.
Tersenyum lega, mengelus dadanya.
Bbbuk...
Alfando mengebrak meja...
"Apa kau lebih suka aku yang kasar dibandingkan aku yang lembut? Padahal aku hanya ingin menjadi suami yang bisa memperlakukanmu lebih baik, Tapi kau malah tidak suka!! Aku bersikap seenaknya kau kesal, Aku bersikap lebih baik kau tidak nyaman, jadi aku harus bagaimana?!"
Alfando tampak begitu BT, pria itu mengacak rambut dengan perasaan dongkol.
Menatap tajam Monika yang tengah syok, tatapan mata Alfando membuat nyali Monika menciut.
Monika mengalungkan tangannya pada leher pria itu.
Dan mencium kening Alfando membuat pria itu terkejut sekaligus tersentuh.
Melepaskan ciumannya, tersenyum manis.
"Maaf, Aku mohon jangan marah lagi."Wajah Monika terlihat menyesal, perempuan itu menggigit bibir bawahnya.
Alfando menarik tenguk leher Monika melumat bibir perempuan cantik itu dengan rakus dan Monikapun merespon.
Akhirnya keduanya kembali saling melumat bibir masing-masing penuh gairah, sambil memejamkan mata.
Tbc