Alfian membuka pintu mobil, mempersilakan perempuan cantik itu masuk ke dalam.
Pria itu menyusul masuk ke dalam mobil kemudian memasang seatbelt pada Monika dan dirinya sendiri.
"Kita akan pergi ke mana?" Tanya Monika bingung.
Membetulkan posisi duduk.
Alfian menyalahkan mesin mobil, "Kau akan tahu setelah kita sampai nanti."
Penampilan Alfian sungguh keren, Monika sendiri masih memakai dress kerja.
Hanya saja rambutnya dikuncir kuda tidak diurai seperti saat bekerja.
Alfian memacukan mobilnya meninggalkan halte.
Menyetel musik.
"Terimakasih sudah menerima ajakanku, Monika." kata Alfian membuka obrolan.
Monika tersenyum, "Oh iya mungkin ini sedikit lancang tapi aku ingin tahu, Apa pekerjaanmu?Aku sekretaris."
Alfian tak menyangka Monika seorang sekretaris, karena penampilan Monika sopan dan elegan.
Rata-rata sekretaris yang dia ketahu pasti berpenampilan modis dan seksi plus make-up mencolok.
Pria itu semakin terkesan.
"Aku seorang pilot, Apa ada orang yang marah jika mengetahui aku mengajakmu keluar?"
Iya, Pertanyaan andalan kaum adam untuk memastika hawa incaran mereka single atau tidak.
Pria itu menoleh pada Monika sekilas, kemudian kembali fokus melihat jalan.
Perempuan cantik ini mengerti maksud pertanyaan itu, tapi entah mengapa dia tidak sanggup mengatakan hal sebenarnya.
Bahwa dia sudah menikah dan suaminya tak lain saudara kembar Alfian.
Monika terdiam cukup lama seperti memikirkan sesuatu.
Alfian menyadari bahwa pertanyaannya membuat Monika merasa tak nyaman, sejujurnya Alfian tak peduli jika perempuan incarannya itu memiliki pacar dengan senang hati dia akan merebut perempuan cantik itu dari pacarnya tapi ceritanya akan berbeda jika Monika telah menikah, Alfian akan mundur.
"Bagaimana next time, Kita makan sushi?" Alfian sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
"Boleh, Itu adalah salah satu makanan yang aku sukai." Sekarang raut muka Monika berubah ceria, menoleh pada pria sambil tersenyum.
"Baiklah, Lain kali kita pergi makan Sushi. Aku punya tempat langganan. Kau mau kan?"
Mendengar tawaran menggiurkan tersebut, mana bisa perempuan cantik ini menolak tapi dia segera tersadar bahwa sekarang dia sedang mengandung.
apa tak masalah jika memakan sushi mentah disaat hamil?
Dia harus konsultasi mengenai hal ini.
"Boleh tapi aku mau sushi matang." Balas Monika, perempuan ini merasa seperti tak masalah jika memakan sushi matang.
Tapi Monika tetap akan berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter kandungan agar lebih aman.
Alfian berdehem..
Beberapa waktu mengatur nafas, dalam otak memilih dan memilah kata yang akan disampaikan ini.
"Malming depan, Apa kau bisa keluar denganku? Sahabat-sahabatku mempunyai acara tapi hanya aku yang tak punya pasangan. Jadi jika kau tak keberatan malming depan kita keluar bersama mereka."
Jujur Monika mau tapi bingung harus memakai alasan apa pada Alfando?
Sekarang Monika harus menjawab apa?
"Apapun jawabanmu, kau bisa mengatakan lewat chat dan aku akan memberikan waktu supaya kau bisa mempertimbangkannya dulu." Alfian memahami situasi Monika yang tak bisa langsung menjawab.
Maka sekali lagi pria itu bersikap bijak.
"Baiklah, kalau begitu." Senyuman Monika tergambar pada bibir merahnya sekarang.
Alfian juga ikur tersenyum....
Monika bersyukur Alfian selalu tahu cara membuat dirinya agar tak tertekan atau marasa tak nyaman.
Karena itu, Monika semakin kagum akan sosok pria disampingnya tersebut.
Mobil Alfian berhenti memasuki area taman yang dihiasi rangkaian lampu-lampu terang dipinggiran jalan taman.
Pemandangan tempat ini sungguh asri dan indah.
Alfian memarkirkan mobil di area parkir.
"Indah banget tempatnya, ini tuh tempat apa?" Tanya Monika tepat disaat Alfian membukakan pintu mobil untuknya.
"Nongkrong, Salah satu tempat kesukaanku. Kita bakal makan di pinggir danau yang ada di sana." Alfian menunjukkan sebuah tempat yang terletak tak terlalu jauh dari mereka sekitar 8 meter.
Ada beberapa orang yang tengah menikmati pemandangan malam serta keindahan tempat ini.
Setiap orang beralaskan tikar khusus.Di tempat ini angin berembus sepoy-sepoy.
Monika benar-benar suka tempat ini.
Dipinggiran danaunya juga dihiasi lampu.
Pokoknya indah...
Sungguh indah dan nyaman, itulah kesan pertama Monika saat mengijakkan kaki pertama kali di tempat ini.
Alfian membuka bagasi mobil, mengambil sebuah kerajang khusus makanan.
"Ayo Jalan." Ajak pria itu bersemangat, menenteng kerajang makanan.
"Ayo." Monika tersenyum manis
Mereka berjalan menuju danau, duduk manis menikmati pemandangan.
Alfian membuka keranjang makanan, menata makanan diatas tikar.
Monika membantu Alfian.
"Ini masakanmu?" Tanya Monika terkagum melihat jejeran makanan yang tampak lezat.
"Iya, sejak kuliah aku sudah belajar memasak karena jika tidak begitu pengeluaran bulananku akan boros. Tapi aku yakin masakanmu lebih enak." Ujar Alfian tampak yakin.
Monika mulai mencicipi masakan Alfian, Dan dia terkejut masakan pria itu sungguh enak.
"Masakanmu sungguh enak." kata Monika jujur, mengunyah makanan dalam mulut.
Perempuan itu mencicipi makanan lain, hasilnya tetap sama, Enak.
Alfian hanya tersenyum mendapatkan pujian dari perempuan cantik itu.
Pria itu tengah asyik makan dan menikmati pemandangan sekitar.
Tanpa terasa jam menunjukkan pukul 9 malam..
Artinya sudah dua jam lebih mereka mengobrol.
IPhone Monika berbunyi, Dan itu dari Alfando.
Monika menerima panggilan masuk tersebut.
Perempuan itu memilih menjaga jarak saat menelpon, untungnya Alfian tak keberatan.
*Ada apa?(Nada suara Monika terdengar kesal)
*Ingat pulang tepat jam 10 malam(nada suara Alfando tak kalah kesal)
*Iya, aku tahu.. Kau sungguh bawel(Monika merasa jengkel)
Teleponpun terputus....
Monika merasa kesal karena tak bisa bebas sejak menikah, sedangkan pria itu masih bisa bebas.
Ini sungguh tak adil..
"Ayo kita pulang, tidak baik jika kau pulang tengah malam." Ujar Alfian saat melihat Monika kembali.
Lagi... Lagi.. Pria itu bersikap seperti memahami situasi Monika.
Monika merasa beruntung.
Perempuan cantik itu menganggukkan kepala.
------
Sesuai permintaan Monika, Alfian mengantarkan Monika sampai halte bus.
Pria itu kemudian berpamitan untuk pergi.
Ya jarak halte dan apartemennya hanya sekitar 5 menit jika pakai ojol.
Sesampai di apartemen, Monika langsung duduk diatas sofa.
"Kenapa kau membohongiku?" Ujar suara bariton yang dipastikan milik Alfando.
Monika menoleh pada pria yang sudah berada disampingnya entah sejak kapan.
Wajah Alfando terlihat murka, pria itu memacarkan raut muka sangat kesal.
"Kenapa kau membohongiku?!Kau bukan keluar dengan sahabat-sahabatmu kan, katakan padaku,sebenarnya kau pergi dengan siapa?!!!Apa kau berselingkuh!!JAWAB!!!!"penuh emosi Alfando menekan setiap kata dengan nada ketus dan bervolume tinggi.
Dia bahkan menarik paksa pergelangan tangan Monika hingga perempuan itu berdiri, menekan pergelangan tangan perempuan itu sehingga Monika merintih kesakitan.
Dan meminta untuk dilepaskan...
Tapi Alfando menolak..
Pria itu bahkan mencekram dagu Monika .
Alfando seperti kehilangan kesadaran, ekpresi wajahnya seolah ingin membunuh Monika.
Monika merasa ketakutan juga panik, bahkan untuk mengeluarkan suara saja perempuan ini merasa kesulitan karena rasa tekanan yang dirasakan olehnya sekarang,Alfando memperkuat cengkeram pada dagu perempuan itu
Wajah Monika berubah pucat.
Tak menyangka Alfando bisa sampai semurka ini.
Tbc