Susana desa ramai seperti biasanya, para kesatria sedang berlalu-lalang. Ada yang baru saja melakukan petualangan, ada yang baru saja memulai petualangan, dan ada yang sedang bercengkerama dengan keluarga sahabat serta tetangga. Para pedagang berlalu-lalang, ada yang sedang pergi keluar desa mencari barang dagangan, ada yang bersantai, ada yang menjajakan barang dagangan, ada yang sedang tawar menawar. Namun ada saja yang mengganggu keramaian pasar desa Taarhl
[Tm: tahun 7068 bulan 4]
[Stt: pasar desa Taahrl]
"Heyyyyyyy!! Pujalah aku wahai manusia kotor, sembahlah Raja kalian ini Sang Axcel! Huahahahaaa!"
"Besisikk!! Pergi sana dasar bocah sialan! Apa kau tak punya kegiatan lain selain mengganggu kami!?"
Seorang bocah bernama Axcel sedang mengacaukan seisi pasar dengan kata-kata bualannya. Berdiri tegap di atas tong buah berbentuk balok besar bekas buah. Dengan tangannya yang kecil iya kepalkan dan mengutarakan kata-kata yang membuat orang yang mendengarnya jengkel.
Salah seorang penjual buah merasa kesal karena kebisingan yang ditimbulkan bocah itu. Dengan sedikit tenaga ia lempar satu buah persik kecil yang belum matang ke kepala bocah kecil itu.
Swooshhh
Bang!
"Ahhh!! Hey beginikah caramu menyembah Raja!?"
"Ada ada saja bocah ini."
Axcel hanya memaki orang itu. Namun merasa tak cukup, anak kecil itu melompat dari tong yang besar itu yang membuatnya melambung tinggi ke arah si penjual buah yang memarahinya. Tangannya hinggap di kepala si penjual buah itu dan langsung menarik rambut si penjual tersebut dengan keras dan mantap!
Breeett!
Dan hasilnya tidak sedikit rambut yang tercabut.
"Hey dasar anak iblis!! Akan kubunuh kau!! "
"Shishishii, coba saja kalau bisa pak tua botak huahahahahaaa!"
Slupp!!
"Hey pencuri, kembalikan buahkuu!!"
"Aku pinjam buahnya sebentar bibi peot, shishishiiii"
Krauk kraukk!!
Pertikaian selesai dengan jambakan di rambut kesatria hingga sedikit botak. Lalu menyambat buah apel segar dari seorang penjual galak.
"❲…❳Ah menyebalkan sekali mereka itu, awas saja kalau aku sudah menjadi kuat akan kubunuh mereka satu persatu!! Ah bukan, karena aku kuat jadi akan kubunuh mereka sekaligus!! Shishishiii!"
Setelah puas membuat kekacauan Axcel pergi berjalan melewati pepohonan di antara desa dan sebuah danau yang terletak di desa itu. Di tengah danau ada sebuah Pulau kecil. Anak itu sampai di dermaga.
Di dermaga itu telah siap sebuah perahu kecil berwarna coklat tua kokoh yang biasa digunakan Axcel untuk menyebrangi danau. Axcel bergegas berlayar menuju pulau menggunakan perahu sampan kecilnya.
[Stt: danau taahrl]
Krupyuk!! Krupyuk!!
Sesampainya di tepi pulau, Axcel lalu menaikkan sampannya ke bawah pohon kelapa besar, dan menuju tengah pulau dengan tenaga setengah terkuras.
[Stt: pulau "tak bernama"]
"Huhh melelahkan sekali hari ini"
Setelah sampai Axcel langsung menaikan sampannya ke bawah pohon kelapa besar yang ada di tepian pulau. Dengan badan lemas Axcel masih berusaha membersihkan mulutnya yang belepotan dengan sisa buah yang ia curi baru tadi.
Namun tak disangka sebelum ia sempat duduk di atas pohon yang rindang, terdengar sua seseorang yang bermaksud menghakimi Axcel.
"Hmm, bukan kah aku sudah bilang jangan mencuri lagi?"
"Hah kenapa kau!? Ah maksudku aku tidak mencuri apapun!!"
"Dasar kau ini. Sekecil apapun, sesingkat apapun, perbuatan buruk pasti menimbulkan noda setelah dilakukan."
"Tapi mereka dulu yang memulai!!"
"Entah dirimu atau mereka yang memulai perbuatan buruk tetaplah perbuatan buruk"
Entah bagaimana orang itu tahu bahwa Axcel telah mencuri sebuah apel dari pasar tadi namun yang dilakukan Axcel pasti membantahnya dengan sekeras hati. Meskipun masih tak ada bukti akhirnya axcel tatap merasa bersalah karena dirinya memang mencuri. Namun siapa sangka hal itu malah membuat Axcel curiga bahwa orang itu bersekongkol dengan penjual buah tadi karena telah memarahi dirinya.
"Hey Utaru, apa kau bersekongkol dengan mereka?"
[Utaru: guru Axcel, usia 60 tahun, rambut putih panjang, mata hitam, badan kurus berotot, baju panjang berjubah, tinggi 180 cm.]
"Apa maksudmu?"
"Ah, mana mungkin orang sepertimu bersekongkol dengan mereka. Bahkan teman saja kau tak punya!! Shishishii!"
Namun kecurigaannya malah dibantah oleh dirinya sendiri karena merasa orang seperti Utaru. Orang yang hanya berdiam diri di pulau tak bernama ini dan menunggu umpan pancingnya disambar oleh ikan di danau, tak mungkin bisa bercengkrama dengan orang luar.
Perkataanya itu malah membuat Utaru sangat kesal karena merasa diremehkan oleh anak kecil.
"Hey, apa kau tau sesuatu Axcel? Sudah lama aku menginginkan kepala seorang bocah nakal sepertimu!"
Smiled
"Kenapa tak kau cari saja sekarang?"
Kata-katanya semakin membuat jengkel Utaru dan seketika kepala anak itu ditangkap oleh tangan Utaru yang berurat.
Sluppp!!
Catch!
"Ahh Utaru apa yang kau lakukannnnn!!? Lepaskan akuuu! Aku tak bermaksud membuatmu kesal!!"
"Enyahlah bocah tengik!!"
Dengan ayunan kecil Utaru berhasil melempar Axcel ke danau yang tidak dalam namun tetap bisa dikatakan dalam untuk orang seukuran Axcel.
Swooshhh
Splashh!
"Ahhhh Utaru uhuk! aku tak bisa berenang uhuk uhuk! Ahhh tolong akuuuu!!"
"Biar saja, dimakan hiu itu lebih baik hahaha."
"Ahh tolong aku maafkan akuuu!!"
"Hey bukankah seorang Raja itu pasti kuat? Pasti kau juga bisa keluar dari masalah ini bukann?"
"Apa kau bodoh? Itu hanya pemikiran liarku saja aku tak bersungguh-sungguh!!"
Setelah memohon ampun kepada Utaru akhirnya Utaru membawanya ke dalam pulau dan menuju tebing yang ada disana. Tempat yang sering utaru singgahi bersama Axcel untuk makan malam.
Dengan api yang membara utaru membakar ikan hasil tangkapannya tadi dan daging hewan buruan di pulau itu untuk dimakan dirinya dan Axcel. Axcel pun tak menyia-nyiakan api itu untuk menghangatkan dirinya yang kedinginan karena di lempar utaru ke danau yang dingin tadi.
[Stt: tepi tebing pulau "tak bernama"]
Pletak!! pletak!!
"Brrrrrrr aku tak tahu kalau air danau sedingin inii, hatchih!!! "
"Hey kalau seperti ini saja kau sudah menyerah bagaimana bisa dirimu menjadi seorang Raja? Hahahaa!"
"Haaaatttcchiii.. Hmmm!!"
Utaru masih saja sempat untuk menggoda Axcel yang sedang kedinginan. Namun karena kesal terhadap Utaru, Axcel hanya memalingkan muka polosnya menjauhi pandangan Utaru.
"Hey apa kau masih marah padaku Axcel? "
"Aku tak mau menjawabmu!! "
"Baiklah kalau kau tak mau menjawabku, ini makanlah!! "
"Ahhhh, terimakasih utaruu!!"
"Haha dasar anak ini."
"Hmm nyam nyam! Luar biasa! semua perkataanmu tak bisa kumengerti tapi masakanmu benar benar lezat, shishishiii!"
"Bodoh sekali anak ini, hahahaa!"
Meskipun Axcel sedang marah terhadap Utaru dia tetap menyantap makanan dari Utaru. Kata-kata yang terlontar dengan spontan itu malah membuat Utaru tertawa geli karena kebodohannya.
Utaru adalah orang terdekat Axcel. Mereka betemu ketika Axcel sedang menangis di tepi danau setelah dia kehilangan orang tuanya. Utaru merasa Axcel sangat kesepian sehingga Utaru membawanya ke pulau tak bernama.