Wwhhuuuusssss!!
Slash!
"Wahh Utaru aku berhasil membelahnyaa!!"
Akhirnya Axcel berhasil membelah kayu yang menjadi targetnya.
"Bagus! Ayo habiskan kayu-kayu inii!!"
Utaru memperlihatkan potongan-potongan balik kayu yang sangat banyak.
"Yooshhh baiklah! Aku semakin bersemangat!!"
Tepat sore hari Axcel berhasil menghabiskan kayu-kayu yang menjadi targetnya. Dia nampak kelelahan sekali.
"Ahh Utaru akhirnya kayunya habis jugaa!! Hohss hooshhh!"
"Haha bagus Axcel kau memang anak yang hebatt!"
Utaru sangat senang karena Axcel telah menunjukan perkembangan yang sangat luar biasa dalam latihannya. Setelah itu Utaru mengajak Axcel untuk segera beristirahat dan makan malam.
Keesokan harinya mereka telah bersiap untuk melakulan latihan lagi. Utaru lebih dulu sampai tempat latihan. Saat Axcel sampai, dia terkejut karena melihat banyak sekali kayu-kayu yang tertata disana. Utaru sengaja menyiapkan kayu kayu itu untuk target Axcel hari ini.
Ada yang besar dan ada yang sangat kecil. Ada yang diapasang diatas pohon bahkan ada yang digantung dan sengaja dibiarkan bergoyang-goyang.
"Baiklah Axcel, ini semua latihanmu, kau harus bisa mengontrolnya dengan sempurna!"
"Wahh luar biasa, ini pasti sangat sulit bagiku! Shishishii!!"
"Hey kenapa kau malah bangga!? Ayo lakukanlah!"
"Baiklah Utaruu!!"
Axcel berlatih dengan sangat keras. Selama berbulan bulan ia melakukan latihan tersebut.
[Tm: tahun 7070 bulan 6]
Waktu berbulan-bulan latihan tak dirasakan oleh Axcel. Dia nampak berbeda kali ini!. Umurnya sudah 7 tahun mengubah tingginya menjadi 120 cm. Axcel juga telah sering berlatih duel dengan Utaru. Ya, Axcel telah mencapai level itu.
Tentu saja Utaru tak bersungguh sungguh. Namun itu cukup membuat puas Utaru karena kesunghuhan Axcel telah membuatnya pada tahap ini. Mereka saling melancarkan serangan demi serangan dan saling mengeluarkan tebasan-tebasannya. Axcel masih menggunakan pedang kayu yang dari dulu ia gunakan. Axcel terlihat kelelahan namun tidak dsngan utaru. Utaru mengejek Axcel yang sangat kepayahan itu dan membuat Axcel semakin membara.
Tebasan demi tebasan terus berlanjut. Hingga pada akhirnya tiba-tiba Axcel menyuruh Utaru untuk sedikit serius. Axcel tiba-tiba berhenti dan mengeluarkan seluruh mannya untuk menyerang Utaru. Melihat hal itu utaru tak menyianyiakannya. Utaru juga sedikit melebihkan porsi mananya untuk menyerang Axcel.
"Hyaaahhhhh terima ini Utaruuu!!"
Wwwhhuuuuuuussssssss!!!
Dua kubu energi itu saling berbenturan, menghasilkan cahaya yang sangat terang dan tekanan yang sangat kuat.
BOOOOOMM!!
Ledakan yang sangat kuat itu meledak dengan sangat hebatnya. Terlihat Axcel masih berdiri dengan nafas yang terengah-engah.
Crack! Crack!
Pedang kayu yang axcel pegang tak mampu menahan luapan energi tadi sehingga membuatnya pecah menjadi beberapa bagian. Disaat yang bersamaan Axcel terjatuh dan taksadarkan diri kehabisan mana.
Utaru membopong anak itu dan pergi ke dalam pulau. Dia membawanya ke ujung tebing tempat diamana Utaru dan Axcel menyantap makannya.
Saat Axcel terbangun dia mendapati Utaru sedang membakar beberapa ikan dan daging di atas bara api.
"Hey Utaru, baunya enak sekali!"
"Hebat sekali indra penciumanmu."
"Tentu saja semua makanan bisa kuingat baunya dengan sangat detail!"
"Haha itu pasti sangat berguna dalam pertarungan! Hahaha!!"
"Shiahishiii!!"
Mereka pun menyantap makanan yang telah matang itu.
"Nyamnyam!! Ini benar-benar lezat Utaruuu!!"
"Hey Axcel! Ada yang ingin ku katakan!"
"Apa itu?"
"Besok kita tak melakukan latihan!"
"Apa kau ingin belanja lagi?"
"Bukan itu, besok kita akan membuat pedang untukmu!"
"Wah! Benarkah Utaruuu!? Asyiikkk aku akan mempunyai pedang!! Nyamnyamm!!"
"Baiklah persiapkan dirimu besok akan melelahkan!"
Setelah menyantap makanan itu Axcel segera tidur untuk mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan besok pagi. Yaitu membuat pedang!
Axcel sangat tak sabar karena itu adalah hari yang ia tunggu tunggu, hari dimana dia menjadi kesatria sungguhan.
Keesokan harinya mereka sedang menuju ke tepi danau untuk menghirup udara segar sebelum mmbuat pedang. Saat mereka sampai mereka terkejut karena mendapati sebuah bendera yang tertancap di tanah.
Pada bagian kain bendera itu terdapat sebuah tulisan yang ditujukan untuk Utaru.
Orang yang menulis surat tersebut menyuruh Utaru untuk mendatangi ruang rapat kesatria Taahrl yang ada di dalam desa. Dengan berat hati dia menunda pembuatan pedang pagi itu dan menyuruh axcel menunggunya di rumah. Utaru bergegas menuju desa dengan sampannya.
Axcel menunggu sangat lama. Hingga sore hari Utaru baru sampai ke rumah dan menemui Axcel.
"Axcel maafkan aku kita tunda pembuatan pedangmu!"
"Memangnya kau mau kemana!?"
"Aku akan melakukan ekspedisi besok pagi!"
Axcel benar-benar terkejut dengan pernyataan Utaru itu.
"Apa yang terjadi utaru?"
"Nanti akan kuceritakan padamu saat aku sudah pulang!"
"Lalu bagaimana dengan pedangku?"
"Tentu saja saat aku pulang! Memangnya kau bisa membuat pedang sendiri!?"
"Shishishi baiklah!"
"Besok pagi aku akan berangkat!"
"Hmmph!"
Malam itu mereka pergi untuk makan lalu mempersiapkan keperluan yang akan dibawa utaru besok pagi. Melelahkan sekali dan akhirnya mereka tertidur.
Pagi-pagi sekali Axcel dan Utaru telah sampai di tepi pulau. Utaru menggunakan baju kesatria lamanya saat ia berpetualang dulu. Itu sangat keren!
"Jaga dirimu baik-baik Utaru."
"Harusnya aku yang bilang begitu! Jangan buat kekacauan selama aku pergi!"
"Shishishi tenanglah! Berjanjilah kau akan membuatkanku pedang yang terhebat saat pulang nanti!"
"Tentu saja!"
"Hey, Utaru! Kembalilah dengan selamat!"
"Kau pikir aku ini siapa? Hahaha! Berjanjilah kau terus berlatih saat aku tidak ada!"
"Baiklah aku akan berlatih sekuat tenaga sembari menunggumu!"
"Aku pergi dulu! Jaga dirimu baik baik!!"
"Yaa!!"
Akhirnya mereka berpisah di tepi pulau tak bernama itu. Entah apa tujuan Utaru dia ikut ekspedisi ini, Axcel tak tahu apa alasannya. Dia akhirnya kembali berlatih namun kali ini ia melakukannya sendirian.
Selama hampir dua bulan lamanya Axcel terus menunggu Utaru dengan berlatih.
Pada suatu pagi ada seseorang yang mendatangi pulau tak bernama itu saat Axcel sedang berlatih. Axcel pun bingung tak pernah ada orang lain yang pernah datang ke pulau itu kecuali Utaru dan dirinya.
"Siapa kau!"
"Aku seorang kesatria desa!"
"Wah apa itu artinya Utaru sudah pulang yaa?"
"...."
".... Sayangnya, Utaru tak bisa kembali."
"Apa maksudmu!"
"Saat sedang melakukan ekspedisi dia terbunuh oleh Gigantos Inu. Saat sebelum dia terbunuh dia melemparkan ini dan menyuruh kami untuk memberikan ini kepadamu."
"Tidak mungkin!! Kau pasti bohong!! Orang sehebat Uyaru yak mingkin terbunuh!! Cepat pergi dari sini sebelum aku menebas kepalamu!!"
Hari itu terasa udara sangat kalap. Seperti mengikuti perasaan Axcel yang tak percaya bahwa gurunya itu telah tiada. Dia hanya tertunduk dan menangis sekuat tenaga di tepi pulau itu. Tak ada yang bisa ia lakukan.
Semua yang telah ia bangun selama ini seperti hilang begitu saja. Suara yang ada di pulau itu hanyalah suara tangisannya kepada Utaru!