Chereads / Reign of The Knight Emperor / Chapter 12 - Poum, Grey, dan Big 《IV》

Chapter 12 - Poum, Grey, dan Big 《IV》

"Axcel sebenarnya apa yang membuatmu sangat ingin menjadi kesatria?"

"Hmmm, karena aku sudah berjanji pada Utaru untuk mewujudkan impiannya."

"Impian apa?"

"Aku akan menciptakan perdamaian di bumi ini agar tak ada lagi peperangan! Aku ingin menyatukan semua makhluk yang ada di bumi ini!"

"Bagaimana caramu melakukannya?"

"Aku akan mengajak semua orang maupun Inu yang kutemui tanpa harus membunuh! Seperti yang Utaru katakan kepadaku!"

"Axcel, harus kukatakan. Mungkin cara kuno itu takan akan mudah dilakukan dijaman ini!"

"Dia benar Axcel, mungkin kau harus mengubah caramu. Tak semua Inu maupun manusia bisa diajak bicara. Menurutmu untuk apa kita berlatih selama ini? Kau boleh membunuh musuhmu jika itu perlu!"

"Apa itu tak apa-apa jika ku lakukan?"

"Tentu saja, kau harus menjadi kesatria yang kuat untuk menjadi yang terkuat, setelah itu baru kau bisa menundukan mereka semua untuk bisa menciptakan perdamaian tersebut."

"Dulu Utaru pernah gagal saat melakukan itu. Dan aku tak ingin kau mengulanginya."

"Itu lah sebabnya kami disini, kami akan membimbingmu agar tak salah mengambil jalan. Membunuh memanglah perbuatan yang salah, namun ini demi mewujudkan impianmu itu yaitu sebuah perdamaian yang absolut."

"Benar juga apa kata kalian! Baiklah aku akan terus berlatih untuk mewujudkan perdamaian itu! Shishishii!"

Pada saat itu Axcel mulai mengubah caranya dalam mewujudkan impiannya. Ketiga gurunya itu membimbing Axcel untuk menjadi seorang kesatria yang hebat!

Suatu pagi saat sebelum latihan, Poum membawa sebuah kotak besi yang cukup besar. Axcel bingung apakah itu akan digunakan untuk latihannya hari itu.

"Apa itu? Apa kita akan memakainya untuk berlatih?"

"Ah bukan Axcel, kemarilah!"

Poum membuka kotak tersebut.

"Sebuah pedang?"

Ternyata itu adalah sebuah pedang tua berukuran 75 cm berwarna perak mengkilap dengan gagang kayu yang sangat bagus. Mata pedangnya terukir seekor naga tanpa sayap yang sangat indah.

"Ya, ini adalah pedang Utaru yang ia gunakan saat menjadi kesatria dulu. Dan pedang ini juga yang telah membunuh sahabatnya waktu itu."

"Bukannya dia membawanya saat dia melakukan ekspedinya waktu itu?"

"Itu adalah pedang biasa yang ia buat belum lama ini sebelum dia membawamu kemari."

"Poum, bolehkah aku membawanya saat pergi berpetualang nanti?"

"Untuk apa? Kau kan punya Pedang yang sangat bagus, bukan?"

"Entah kenapa saat memegang benda ini hatiku sangat merasa nyaman. Dan juga jika aku membawa ini berarti aku juga membawa tekadnya kemanapun aku pergi!"

"Hmm baiklah Axcel, tapi kau harus berjanji kau harus menjaganya baik-baik!"

"Tak perlu kau suruh. Aku akan menjaganya seperti menjaga nyawaku sendiri! Shishishii!"

Axcel meminta Poum agar axcel bisa membawa pedang tersebut saat dirinya pergi berpetualang nanti.

Pada suatu malam saat sedang makan mereka sedang bergurau untuk melepas lelah seusai berlatih, Grey berkata pada Axcel.

"Axcel sebaiknya kau urungkan saja niatanmu untuk berpetualang."

"Kenapa begitu?!"

"Asal kau tahu di luar sana banyak sekali Inu-inu yang sangat kuat dan mengerikan!! Kau yang lemah dan cengeng ini pasti hanya akan menjadi makan malam bagi mereka!! Ngahahahahaaa!!"

"Heyyy jangan mengejekuu!! Aku tidak akan terbunuh semudah itu!!"

"Sudahlah jangan membuatnya kesal Grey! Kau ini selalu saja menghoda Axcel!"

[Tm: tahun 7075 bulan 7]

Lima tahun telah berlalu. Selama itu Axcel terus berlatih dengan ketiga gurunya itu. Saat ini Axcel telah berumur 12 tahun, dengan tinggi 150 cm, dan pedang besar yang berada disamping pinggulnya. Sekarang dia benar-benar orang yang berbeda dari sebelumnya!

Setelah melakukan latihannya yang sangat berat dan lama itu Axcel sudah memutuskan dirinya untuk segera berangkat berpetualang.

"Sekarang saatnya aku menjadi seorang kesatria! Shishishii!!"

Axcel berdiri dengan gagahnya di tepi pulau bersiap untuk pergi berpetualang. Dengan membawa persiapan secukupnya dia telah siap untuk pergi. Dia juga membawa pedang Utaru, pedang tersebut ia letakan ditengah punggungnya. Poum, Grey, dan Big pun mengantarnya.

"Hey, Axcel apa kau yakin dengan ini? Kau masih bisa berlatih lagi dengan kami sampai dirimu benar-benar merasa siap."

"Poum aku katakan sesuatu padamu! Para Inu itu takkan menungguku untuk siap!! Shishishii!!"

"Sana pergilah!! Kau hanya akan menjadi santapan para inu itu!!"

"Hey! Ada apa dengan mu! Lihat situasinya! Harusnya kau memberiku semangat! Lagi pula para Inu itu yang akan menjadi santapanku, hihi."

"Baiklah aku pergi dulu!! Jaga diri kalian baik baik. Aku pasti akan sering mengunjungi pulau ini!!"

Axcel mengayuh dayungnya untuk menyebrangi danau dan tentu saja untuk pergi mewujudkan impiannya.

"Huaaaaaaaaaa!!!"

"Hey, Grey! Kenapa kau menangis!? Bukannya tadi kau yang menyuruh dirinya untuk pergi?"

"Aku hanya bercanda, padahal aku sudah sering menakut-nakutinya agar dia tak usah pergi kesana!!"

"Apa kau bodoh!? Itu malah membuat dia semakin tertantang untuk pergi berpetualang."

"Aahhhh!! Berarti selama ini yang kulakukan salah!! Hey Axcel kembalilah kau tak usah berangkat!! Disini kau bisa menemukan perdamaian dengan makan dan tidur sajaaa!! Hey, Axcel!!!

Grey berteriak memanggil-mangil Axcel untuk kembali. Ternyata selama ini dirinya tak mau Axcel pergi meninggalkan pulau.

"Sudahlah Grey ini memang pilihan anak itu. Ngomong-ngomong Utaru benar-benar memilih anak yang tepat! Aku tak menyangka dia bisa sehebat ini! Perkembangannya sangat luar biasa."

"Kau benar poum aku benar-benar tak percaya dengan perkembangannya itu. Aku yakin dia akan baik-baik saja diluar sana! Dan aku sangat yakin dia akan mencapai impiannya dengan mudah."

"Axcel semoga kau berhasill!! Huaaaaaa!!!"

Dilain sisi Axcel telah sampai ke sebrang danau. Saat dia berada di desa dia merasa terharu karena dirinya akan meninggalkan desa ini.

Dia menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Dia ingin merasakan kedamaian yang ada di desa tersebut sebelum pergi meninggalkan desa. Namun matanya tertuju pada seseorang yang tak asing baginya. Dia tak lain adalah kapten Velgar.

"Hoi kapten!! Apa kau sudah lupa denganku?"

Kapten Velgar merasa bingung karena tak mengenali Axcel yang sudah sedikit berubah.

"Ahh dasar kapten pikun, ini aku!!"

"Hey aku tahu! Dari kata-katamu yang suka menghina itu, kau pasti Axcel! Untuk apa kau disini!?"

"Aku akan berpetualang dan mengalahkan para inu itu!"

"Hahahaha lucu juga, mana mungkin kau bisa! Sudah sana lebih baik kau segera melakukannya agar aku bisa melihatmu dimakan oleh inu!"

Kapten Velgar pergi membelakangi Axcel yang dibencinya itu. Setelah mendengar ucapan itu Axcel tiba-tiba diam dan menunduk, tapi mulutnya malah tersenyum seperti telah merencanakan sesuatu. Perlahan Axcel memegang gagang pedangnya dan dia sedikit menggerakannya namun ia segera meletakannya kembali.

Strrrrr!!

Tiba-tiba celana yang dipakai kapten Velgar jatuh melorot karena sabuknya patah. Axcelpun lari bersamaan dengan jatuhnya celana itu.

"Shishishii!! Aku berangkat dulu kapten!! Itu sedikit kenang-kenangan dariku!! "

"Axceell!!!"

Axcel meninggalkan kapten Velgar yang sangat marah itu. Dia berlari penuh semangat melewati gerbang utama desa. Pergi meninggalkan rumahnya dan pergi meninggalkan orang-orang yang menjengkelkan itu.

Saat sampai dibukit dekat desa dia berhenti dan memandangi desanya yang besar namun tampak kecil dari bukit itu.

"Selamat tinggal desa yang menjengkelkan! Mulai hari ini aku telah menjadi kesatria! Aku adalah Axcell!!!"

Axcel bertetiak menandakan semangatnya yang berkobar. Setelah puas memandangi sekitar Axcel melanjutkan perjalanannya menuju impiannya. Impian untuk mewujudkan perdamaian!