"Wahyu, Rama!" kata Denis kepada dua orang yang menolong mereka ternyata adalah Wahyu dan Rama.
"Untunglah kami tepat waktu!" kata Wahyu yang kemudian menghampiri Denis dan yang lainnya dengan setengah berlari.
"Ba-baguslah… " gumam Rika yang langsung menjatuhkan dirinya ke tanah.
"Hei, Rika! Bangun, Rika! Rika, kau tidak apa-apa?" Hery sedikit khawatir saat mengetahui tubuh Rika sangat panas.
"Ck, aku tidak apa-apa!" balas Rika yang kemudian menepis tangan Hery dan kembali berdiri.
"Lebih baik kita pergi dari tempat ini sebelum monster-monster itu kembali datang" kata Rama mengusulkan.
"Baiklah, ayo semua pergi dari sini" Denis mengangguk dan dia menggendong Nisa.
"Ayo aku bantu!" Hery mengulurkan tangannya ke Rika yang langsung ditepis oleh gadis tersebut.
"Tak perlu, aku bisa berjalan sendiri!" balas Rika yang kemudian berjalan mengikuti Rama dan Wahyu yang ada di depannya.
.
.
"Kita mau kemana?" tanya Denis yang mengikuti langkah Rama.
"Ke perbatasan hutan, disana jauh lebih aman daripada disini" balas Rama menjelaskan tujuannya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kalian bisa datang berdua?" tanya Denis penasaran, kok bisa-bisanya Wahyu bersama dengan Rama.
"Hanya kebetulan saja kami bertemu di tempat yang sama" balas Wahyu menjawab pertanyaan Denis.
"Kami bertemu di Mannequin Castle" lanjut Rama menjelaskan tepatnya mereka bertemu dimana.
"Dimana itu?" tanya Hery bingung, rasanya kok dia tak pernah dengar nama tempat itu sebelumnya.
"Itu secret base milik Joker, bagaimana caranya kesana aku juga tidak tahu. Soalnya di dalam game belum pernah mencobanya" balas Rama sambil garuk-garuk ikutan bingung juga.
.
"Den, Nisa itu kenapa?" tanya Wahyy menanyakan keadaan Nisa, gadis itu tampak begitu pucat dan sekujur tubuhnya berkeringat.
"Penyakit asmanya kumat" balas Denis dan Wahyu hanya mengangguk mengerti. Dia dan yang lainnya memang sudah mengetahui penyakit Nisa yang satu itu.
'Sial, pandangan mataku!' batin Rika yang tampak sedang mengucek matanya beberapa kali.
"Oi, Rika! Jalan cepat sedikit!" Hery meneriaki Rika yang jalannya agak tertinggal di belakang.
"Cerewet!" Rika meneriaki balik dan dengan tergesa-gesa menyusul mereka.
"Tampaknya notice board juga berlaku ya?" kata Pandu yang menyadari adanya sebuah tulisan yang menyatakan misi Hide And Seek telah sukses dijalankan.
"Sepertinya begitu" balas Rey cuek yang sudah tidak terkejut lagi dengan hal-hal aneh yang akan terjadi.
"Itu berarti teman-teman yang lain mengetahui kalau misi ini sudah sukses dilaksanakan" timpal Lisa berspekulasi.
"Bagus kalau begitu. Kalau mereka sudah tahu, itu berarti untuk misi selanjutnya kita serahkan pada mereka!" kata Pandu yang langsung mengucap syukur plus sembah sujud.
"Nah, Santos. Aku sudah berhasil menangkap mu! Jadi sesuai janji, katakan rahasia yang kau ketahui" kata Rey yang udah berkumpul ditempat pertama kali mereka bertemu Santos.
"Baiklah, akan ku katakan sebuah rahasia. Apa kalian tahu di Queen Heart Castle terdapat sebuah Red jewel? Katanya di dalam jewel itu tersimpan roh salah satu dari lost child" balas Santos memberi informasi mengenai roh dari lost child yang menurut dari cerita gamenya merupakan pengikut dari Joker.
"Oke, terimakasih infonya! Ayo kita pergi!" ucap Michael bersemangat.
.
.
.
"Kalian berdua ada dipihak mana?" tanya Denis yang penasaran, sekarang mereka sudah duduk diperbatasan hutan dan memilih istirahat disana sejenak dan menunggu keadaan Nisa membaik.
"Joker" jawab keduanya sambil menunjukkan bracelet warna merah yang ada ditangan mereka.
"Punya alasan kenapa memilih Joker?" gantian Hery yang bertanya dengan penasaran. Sesaat Wahyu dan Rama saling pandang. Tak lama Rama membuka suaranya.
"Sebenernya aku menduga kalau Game Master itu adalah Zuna… Dia adalah guruku dibidang teknik dikampus dan memiliki obsesi besar pada game. Hingga pada suatu saat dia membawa game Neverland dan melakukan kerjasama dengan anak didiknya dan mengembangkan game itu. Sebelumnya dia pernah mengatakan akan membuat game yang bisa dirasakan oleh para pemain seperti didunia nyata dan aku khawatir ini yang ia maksud" balas Rama mengemukakan dugaannya mengenai sosok Game Master. Sejenak Denis dan Hery terdiam untuk berpikir.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Itu baru dugaan bukan. Tujuan utama kita mencari Jis dan Daniel serta keluar dari sini" kata Wahyu yang tak mau ambil pusing memikirkan masalah serumit itu, itu bukan urusannya. Yang jelas tujuannya untuk menemukan Jis dan Daniel, dan dia yakin kedua orang itu terjebak di dalam game dan sedang membutuhkan bantuan mereka.
.
Notice : Red jewel Opened.
.
"Bagus, sekarang giliran kita yang maju! Let's go girls!" kata Sinta bersemangat pada yang lainnya.
"YOSH!" balas yang lainnya dengan semangat yang sama. Mereka berlima memasuki Queen Heart Castle.
.
"Hmm… Aku dimana?" Nisa yang sedari tadi pingsan akhirnya tersadar juga.
"Nisa, kau sudah bangun!" sontak Denis terkejut dan segera mendekati gadis itu.
"Denis, kita dimana? Mana yang lain?" tanya Nisa, matanya mencari-cari sosok teman-temannya yang lain.
"Mereka sudah pergi terlebih dulu" balas Denis menjelaskan.
" … Maaf ya, aku jadi menyusahkan kalian semua… " ucap Nisa tertunduk lesu, dia jadi merasa tidak enak telah menjadi penghambat bagi yang lainnya.
"Sudahlah, Nisa. Tidak ada yang menyalahkanmu kok" kata Denis dengan lembut berusaha menjaga perasaan gadis itu.
"Tenang Nis, nanti kita akan segera menyusul kok!" balas Hery dari belakang yang sudah muncul dengan membawa buah-buahan (dia membawa buah memakai jubahnya).
"Itu benar, jadi jangan khawatir!" timpal Wahyu lalu tersenyum.
"Benar-benar! Ayo makan dulu!" kata Hery yang langsung menurunkan buah-buahan yang dia dapat.
'Sialan, kenapa aku merasa badanku panas sekali!' batin Rika yang sekarang sedang membasahi wajahnya mengunakan air sungai yang ada disekitar hutan itu. Berkali-kali gadis ini terus-menerus membasuh wajahnya dengan air sungai, dan sesekali dia juga membasuh kedua lengan serta lehernya.
'Hmmm…' Rika yang sedang fokus membasuh mukanya dengan air tiba-tiba melihat sosok bayangan yang terpantul di air seperti sedang ingin menyerangnya.
"HEYAAAAAH!" dengan cepat Rika menghindar dari orang yang sedang mengarahkan pedang besar kearah dirinya. Tampak percikan air yang berkecipak akibat pedang dari pemuda yang menyerangnya itu.
"TAMA! Mau apa kau!" tanya Rika sambil menjaga jarak dari pemuda yang dipanggilnya dengan sebutan Tama tersebut.
"Heh, Rika… Ini saatnya membalas dendam! Aku akan mengalahkan mu sekarang!" kata Tama lalu menyeringai. Pemuda ini memang sempat dikalahkan beberapa kali oleh Rika dalam player versus player di dalam permainan. Cowok itu kembali mengarahkan pedangnya ke arah Rika, dan dengan cepat juga Rika mengelak.
"Coba saja kalau bisa!" Rika menantang balik lalu mencabut katana miliknya.
.
.
.
"Sekarang kita kemana Za?" tanya Sinta pada Reza yang hari itu menjadi petunjuk jalan mereka.
"Belok kesini" jawab Reza sambil menunjuk sebuah lorong.
"Berhenti sampai disitu penyusup!" tiba-tiba terdengar suara orang dari arah belakang mereka.
"I-itu prajurit hati!" Amel malah teriak kesenengan. Mukanya keliatan girang bener pas ngeliat para prajurit kartu itu. (XD)
"Mel, ini bukan saat yang tepat untuk kagum!" kata Angel yang heran melihat tingkah Amel yang masih saja sempat kagum dengan prajurit-prajurit berbentuk kartu tersebut.
"Prajurit tangkap mereka!" tampak prajurit itu memanggil teman-temannya yang lain, dan dalam sekejap muncul pasukan dalam jumlah banyak.
"Ayo cepat masuk ke lorong!" kata Reza yang bergegas masuk ke dalam lorong diikuti dengan yang lain. Angel langsung menutup pintu lorong dan mengganjalnya dengan beberapa benda yang ada disana.
BRAK!
"What? Tidak salah lihat kan aku?" Amel terkejut seperti sapi ompong saat melihat prajurit-prajurit itu berjalan sambil menjebol tembok.
"Mel, bukan saatnya untuk melamun! Ayo lari!" Nana menarik tangan Amel dan menyeretnya pergi.
.
.
.
.
"Water dragon!" Tama mengeluarkan jurus andalannya, Water dragon. Jurus yang mengeluarkan energi sang pemakai dalam bentuk naga air, untuk mengeluarkannya si pengguna harus berdekatan dengan air dan menggunakan banyaknya air yang menjadi perantara untuk menyerang lawan. Besarnya kekuatan tergantung pada jumlah air yang ada disana.
Jurus yang dikeluarkan Tama tepat menghantam Rika dengan sangat keras, membuat gadis itu terdorong mundur.
'Kurang ajar! Pandangan mataku mengabur!' batin Rika sambil mengerjapkan matanya beberapa kali untuk melihat posisi Tama dengan benar.
"Bersiaplah! Heyahh!" Tama kembali menyerang Rika yang saat itu posisi berdirinya masih belum stabil.
'Dia datang!' Rika yang menyadari segera menangkisnya dengan Katana miliknya.
TRANG!
Keduanya sedang beradu kekuatan menyerang dan bertahan. Tak lama baik Rika ataupun Tama melompat mundur, membiarkan air memercik diantara mereka.
"Kenapa? Jangan bilang kalau kau sudah lelah" kata Tama mengejek Rika yang sepertinya sedang kewalahan.
'Panas sialan!' rutuk Rika dalam hati, andai saja kondisinya sedang stabil tentu dia bisa mengatasi Tama dengan mudah.
"Aku bakal mengalahkan mu saat ini juga!" kata Tama yang mengangkat tangannya menandakan kemenangannya sendiri.
.
.
.
"Pasukan yang mengejar semakin banyak saja!" Nana berlari panik melihat jumlah pasukan yang mengejar mereka semakin bertambah.
"Pokoknya lari saja terus!" kata Reza yang berlari paling depan.
"Tidak bisa, harus ada seseorang yang menghentikan mereka!" ucap Sinta yang kemudian berhenti.
"AERO BLAST!" Sinta menggeluarkan kekuatan angin dari kipasnya. Sinta merupakan Magician yang banyak memadukan skill combo angin. Aero blast serangan berbentuk bola angin yang dapat menyerang musuh yang berada dalam satu kolom.
"LOOP HEART!" serangan jarak jauh milik Angel, dimana serangan ini menyerang tepat pada jantung lawan. Skill ini juga mampu menembus lawan yang ada di belakangnya, kolom area.
"Kalian bertiga pergilah! Biar kami yang menahannya!" kata Sinta yang menyuruh Reza pergi bersama dengan Amel dan Nana. Atas perintah Sinta, ketiganya berlari menelusuri lorong, lorong yang akan menuntun mereka ke tempat harta karun sang ratu, dimana di dalamnya terdapat benda yang mereka cari, red jewel.
.
.
.
"Hahahahaha, sejak kapan kau menjadi lemah begini?" Tama kembali memanas-manasi Rika, dia tersenyum sinis pada Rika yang sedang berusaha menggenggam erat Katana miliknya yang hampir saja terlepas.
"Berisik, diam aja kau!" balas Rika dengan sengit. "RAGE!" Rika menggunakan skill Rage. Dengan cepat dia berlari menyerang Tama dan berhasil melayangkan beberapa tinju serta tendangan kearah pemuda congkak di depannya itu.
"Sialan" desis Tama yang terdorong cukup jauh akibat tendangan Rika yang terakhir. Tentu Tama tidak mau mengalah, kembali dia berniat membalas serangan Reika.
Rika menghindar dengan cepat dari sabetan pedang Tama yang diarahkan kepadanya. Dengan cepat Rika berlari menyerang mendekati Tama. Tama yang menyadari kedatangan Rika melayangkan sabetan pedangnya kembali kearah kepala Rika, tapi serangan itu meleset. Rika segera merunduk, kemudian dengan sedikit pukulan dari tangannya Tama terdorong beberapa langkah ke belakang. Rika menyibakkan air sungai dengan pedangnya yang dia arahkan ke wajah Tama dengan maksud melemahkan konsentrasi lawannya.
"Argh!" Tama terkena cipratan air yang memang sengaja dilakukan oleh Rika, dan cipratan air itu masuk ke dalam matanya, membuat pemuda ini berdecak kesal karena penglihatannya terhalangi. Rika yang melihat kesempatan ini segera menyerang pemuda itu.
"Poison slash!" Rika melancarkan serangannya pada Tama yang sedang lengah, tapi dia tidak menyadari adanya serangan dari arah lainnya.
"Poison claw!" serang dari arah belakangnya tepat mengenainya. Serangan tak terduga itu melukai Rika membuat gadis itu terjatuh kesakitan.
"Heh… Terima ini!" kata Tama yang mendaratkan pedangnya tepat mengenai tubuh Rika, tubuhnya terhempas dan jatuh ke dalam air, begitu pula dengan Katananya yang ikut terjatuh dan terhempas. Life point Rika berkurang sangat jauh. Rika hanyut terbawa arus sungai bersama dengan Katana yang setia mendampingi di sebelahnya.
"Argh! Lihat akibat perbuatan mu, buruanku lenyap!" Tama mencak-mencak kesal, karena targetnya sekarang lenyap terbawa arus, dia sangat bernapsu ingin menghabisi Rika saat itu juga.
"Kau harusnya berterimakasih padaku! Kalau bukan karena aku, mungkin kau sudah mati tadi!" balas gadis berambut merah yang kini tengah berdecak kesal. "Lagipula dia pasti mati, racun itu pasti sudah menyebar ke seluruh tubuhnya dan tak lama life pointnya pasti akan menjadi nol" sambungnya lagi sambil menyeringai.
"Kau sangat menyebalkan Karin!" balas Tama tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kau bodoh Tama! Jangan melakukan tindakan apapun sebelum diperintah! Ayo pergi!" ucap cewek berambut merah yang bernama Karin itu
"Cerewet! Aku hanya bosan!" Tama menggerutu sebal sambil mengikuti langkah gadis yang berjalan mendahuluinya itu.
.
.
.
"Aku menemukan red jewel!" teriak Amel kegirangan sambil lompat-lompat.
"Bagus, ayo cepat kita pergi dari sini!" balas Nana yang segera membuka pintu ruangan, tapi begitu pintu terbuka sudah ada sosok yang menanti mereka.
"Rupanya ada tiga pencuri kecil yang menyusup masuk ke dalam istanaku" kata sosok tersebut yang merupakan ratu dari Queen heart castle. Nana segera mundur ke belakang dengan cepat.
"Eh, ka-kami bukan pencuri kok!" jawab Nana setengah takut lalu ia sikut-sikutan dengan Amel yang ada disebelahnya.
"Benar! Kami kemari karena disuruh Joker untuk meminjam benda ini!" balas Amel jurus kibulannya keluar.
"Kau bilang Joker barusan?" tanya sang ratu yang mendadak wajahnya berubah dari yang serem persis Sadako jadi sumringah berseri-seri. Amel hanya mengangguk pelan takut-takut, jangan-jangan dia nanti malah diserang sama sang Ratu lagi. Soalnya di dalam game, Ratu ini terkenal temperamen tinggi.
"Kalian teman Joker?" tanya sang Ratu yang berubah jadi antusias.
"Iya, kami adalah teman Joker!" sambar Amel dengan cepat.
"Bagus sekali! Begini saja, aku akan memberikan benda itu kalau Joker yang mengambilnya sendiri kemari bagaimana?" tanya sang Ratu yang meminta Joker datang sendiri padanya. Amel dan yang lainnya garuk-garuk bingung.
"Mau tidak? Kalau tidak mau ya sudah, aku akan menangkap kalian semua disini! Dan memenggal kalian semua!" sambungnya lagi dengan galak. Amel dan yang lain langsung menelan ludah membayangkan kalau mereka benar-benar akan dipenggal.
"Ba-baiklah, kami akan segera memberitahukan ini pada Joker. Tapi kami butuh benda ini sekarang! Kami janji tidak akan berbohong, Joker pasti akan kemari!" kata Amel yang mencoba mencari akal untuk tetap bisa membawa red jewel. Tampak sang Ratu diam sejenak sambil menatap curiga pada Amel dan yang lain. Nana dan Reza langsung komat-kamit baca mantra agar si Ratu setuju dengan usulan Amel. Kaze yang setia di belakang Reza hanya bisa memiringkan kepalanya bingung saat melihat keanehan pada Reza dan Nana, tapi tak lama NPC kaku itu ikut komat-kamit (dia cuma asal komat-kamit gak ngerti).
"Baiklah, tapi janji ya! Awas kalau bohong, aku akan mengejar kalian kemanapun kalian pergi!" ucap sang Ratu yang akhirnya setuju memberikan red jewel terlebih dahulu.
"HOREEE TIDAK JADI DIPENGGAL!" Nana dan Reza langsung bersorak girang lalu mengangkat kedua tangannya dan menari-nari ke kiri dan ke kanan, Kaze juga mengikuti dengan gaya ala pemandu sorak tingkat dunia, pakai mengoyangkan pinggul segala. Nana dan Reza yang baru sadar dengan kelakuan Kaze langsung sweatdrop di tempat.
"Fiuh, untung saja… " kata Amel mengelus dada dengan lega begitu sosok sang Ratu menghilang dan mereka diperbolehkan membawa red jewel tanpa harus melakukan pertarungan.
.
.
"Eh? Kemana mereka semua?" Angel celingukan dengan bingung begitu melihat para parajurit itu hilang satu-persatu.
"Tampaknya mereka berhasil" balas Sinta yang kemudian melipat kipasnya.
"Itu mereka! Sinta, Angel!" Reza berlari menghampiri Sinta dan Angel.
"Hebat kalian berhasil!" kata Angel tersenyum senang dan menjetikkan jarinya.
"Jelas dong, siapa dulu!" ucap Amel dengan bangga menepuk dadanya.
"Ayo kita menyusul yang lain!" timpal Nana yang ikut menjadi bersemangat dan membawa red jewel.
.
.
Notice : Red jewel complete.
.
.
"Sepertinya Sinta dan yang lainnya berhasil ya, Rio?" kata Puput sambil melirik Rio yang wajahnya sudah memerah.
"Tentu saja, dia pasti berhasil!" jawab Rio sambil menyembunyikan semburat merah diwajahnya. Sejak tadi pemuda berambut jabrik itu begitu mencemaskan Sinta.
"Sekarang kita cari Allie" kata Joker yang berjalan menelusuri jalan yang ada di Toy's City bersama dengan Puput, Rio dan Dio. Sedangkan yang lain beristirahat untuk memulihkan tenaga mereka.
.
.
.
"Rika apa tidak terlalu lama ya perginya?" tanya Denis yang mulai heran kenapa Rika pergi sejak tadi dan belum kembali juga.
"Sebentar aku cek dia dulu" kata Hery yang kemudian segera berdiri.
"Kami ikut membantu!" samber Nisa cepat dan ikut berdiri.
"Nis, tapi keadaanmu... " Denis yang mencemaskan Nisa berusaha menasehati gadis itu, tapi omongannya sudah dipotong oleh Nisa.
"Aku sudah tak apa-apa, lagipula aku ingin sekali membantu" jawab Nisa yang sepertinya ingin membalas kebaikan Hery dan Rika karena mau menemaninya.
"Ayo cari sama-sama" sambar Wahyu yang juga ikut berdiri disusul dengan Rama yang tampak juga ingin ikut.
"Ya, ayo!" balas Hery mengangguk penuh semangat.
Mereka semua menelusuri jalan setapak yang menuju anak sungai yang ada disana.
.
.
"RIKA! RIKA!" Hery dan yang lainnya meneriaki Rika sepanjang jalannya aliran sungai tapi tak ada respon sama sekali.
"Aneh kemana perginya anak itu? Aku yakin dia pasti izin mau kesini, karena sungai terdekat cuma ada disini" kata Hery yang masih celingukan mencari-cari sosok temannya itu.
"Kalian semua coba kemari!" teriak Wahyu memanggil yang lainnya. Wahyu sepertinya sedang mengamati sesuatu.
"Ada apa yu?" tanya Hery dengan tergesa menghampiri Wahyu.
"Coba lihat itu" Wahyu menunjuk rerimbunan semak-semak yang ada disekitar sungai.
"Daun-daun ini seperti terkena tebasan pedang tajam, dilihat dari bentuknya yang seperti terpotong dengan benda tajam ini" kata Denis yang meneliti bentuk potongan sejajar dari semak-semak itu.
"Sepertinya baru saja terjadi pertarungan disini" kata Rama mengemukakan pendapatnya setelah meneliti baik perkataan Denis baru saja.
"Jangan-jangan Rika... " Hery terdiam dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.
"Denis, cepat kemari!" Nisa memekik keras memanggil Denis.
Denis dan yang lain bergegas mendekati Nisa yang berdiri disekitar pinggiran sungai yang cukup jauh dari mereka.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Denis pada Nisa yang wajahnya kini berwajah pucat.
"Coba lihat apa itu" Nisa menunjuk genangan air yang berwarna merah yang bercampur dengan air sungai.
"Sepertinya memang benar terjadi pertarungan. Disini juga ada bercak darah dan ini masih baru" kata Rama yang melihat adanya bercak darah lain di tanah.
"Aku harus mencari Rika!" kata Hery yang berubah jadi mencemaskan keadaan Rika.
"Tahan Hery! Bagaimana kalau Rika sudah game over?" kata Rama menyebutkan kata 'game over' membuat bulu kuduk mereka semua menjadi merinding seketika.
"Rika belum game over, aku yakin itu! Dia tak mungkin game over!" balas Hery berkali-kali sambil menepis pikiran terburuknya yang akan terjadi pada temannya itu. "Aku akan memcari Rika!" kata Hery yang bergegas beranjak dari sana tapi dihadang Denis.
"Sabar dulu Hery, jangan tergesa-gesa. Kita semua pasti akan mencari Rika, iya kan semua?" tanya Denis yang kini memandangi yang lain.
"Kami pasti akan membantu!" balas Nisa tersenyum hangat. Wahyu dan Rama mengangguk cepat tanda mereka juga setuju untuk ikut membantu.
Bagaimana nasib Rika? Apakah dia game over? Dan misi apa yang sudah menanti Puput dan kawan-kawan?.