Chereads / NEVERLAND / Chapter 4 - GAME START

Chapter 4 - GAME START

'Aku harus cepat ke ruangan Bu Anjani' kata Rima dalam hati yang malam itu pergi ke sekolah dengan tergesa-gesa, dia berniat untuk mencari arsip dari anak itu.

"Apa yang sedang kau cari disini?" mendadak muncul sesosok yang tidak Rima kenal di belakangnya. Sosok hitam itu memicing tajam kepadanya.

"Si-siapa kau!" teriak Rima sambil mundur beberapa langkah, dia menyadari kalau nyawanya sedang terancam saat ini.

"Kau bodoh! Sebagai hukumannya aku akan mengirimmu ke dunia kematian!" kata sosok tidak dikenal itu yang kemudian menghunuskan sebilah belati tepat ke jantung Rima membuat wanita berusia 22 tahun itu jatuh tak berdaya.

"Sampai jumpa di neraka" ucap sosok itu yang lalu mengambil belati yang tertancap di dada Shizune lalu pergi.

.

.

Keesok harinya...

.

.

"PUPUTTTT! AYO CEPAT BANGUN!" teriak Anna dengan sangat kencang yang pagi itu sudah berada di dalam kamar Puput.

"Ada apa sih Anna?" kata Puput dengan malas, yah hari sabtu seperti ini biasanya dia memang bangun siang.

"Ayo cepat bangun! Ada kegemparan di sekolah!" kata Anna yang sedang berusaha menyeret Puput bangun dari tempat tidurnya.

"Kegemparan apa?" tanya Puput yang sepertinya masih malas untuk meninggalkan kasur empuknya.

"I-itu … Tadi malam Mbak Rima ditemukan tewas terbunuh di dalam ruangan Bu Anjani" sahut Nisa yang sejak tadi berdiri di belakang Anna.

"A-APA?" Tanya Puput sambil berteriak shock, kali ini matanya benar-benar terbuka lebar.

"Kalian jangan bercanda ya!" kata Puput yang tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Kami tidak bercanda! Makanya cepat sana mandi dan ganti pakaian! Yang lainnya malah sudah kesana sejak tadi!" kata Anna setengah mendengus dan mendorong Puput ke kamar mandi.

'Benar-benar aku tidak percaya kalau Mbak Rima… ' batin Puput seraya menggeleng-gelengkan kepalanya masih tak percaya.

.

"Michael!" Puput berlari menghampiri  Michael yang sudah berada disana bersama Pandu, Rio, Denis, Wahyu, Andre dan Dio.

"Put… Mbak Rima… HUWAAAAA!" Michael menangis dengan keras, air matanya meleleh begitu saja.

"Jadi berita kalau Mbak Rima telah tiada… Itu benar… Ya?" kata Puput yang mau tak mau ikut menitikkan air mata, sekilas dia masih bisa merasakan senyum hangat wanita ramah itu.

Nisa dan Anna hanya tertunduk lemah, keduanya juga tak mampu menahan air mata, sedangkan yang lain tak bisa berkomentar apa-apa.

"Tadi malam dia ditemukan terbunuh di dalam ruangan Bu Anjani… Dan kata petugas ada luka menganga dibagian dadanya, kemungkinan besar itulah penyebab kematian Mbak Rima" kata Denis menceritakan apa yang dia dengar dari para petugas yang memeriksa kondisi Mbak Rima saat ditemukan.

"Apa pelakunya sudah diketahui?" tanya Anna dengan gemas.

"Belum, dan saat ini para penyelidik masih menanyakan beberapa orang, salah satunya adalah Bu Anjani" sahut Rio.

"Tapi Bu Anjani tidak mungkin terlibat, kan!" kata Puput sambil meremas tangannya sendiri.

.

"Terima kasih atas kerja samanya, Nona Anjani" kata salah seorang petugas.

"Sama-sama" jawab Anjani dengan cepat.

"Kami akan menghubungi anda lagi untuk dimintai keterangan. Kalau begitu kami permisi dulu" balas petugas yang satunya, dan kemudian kedua petugas itu masuk mobil patroli dan pergi dengan mobil-mobil polisi lainnya.

"Kalian cepat pulang, dan untuk sementara jangan dekati gedung sekolah dulu!" perintah Anjani pada para murid yang hari itu berdatangan untuk melihat tempat kejadian dan memastikan. Puput dan yang lainnya terpaksa ikut menyingkir dari sana.

.

.

"Sebenarnya apa yang terjadi sampai Mbak Rima terbunuh … " gumam Puput bertanya bingung.

"Perampokan dan pencurian" ucap salah seorang dengan tiba-tiba dari belakang Puput.

"Kak Rama!" sontak Puput terkejut melihat Rama. Rama merupakan saingan Jis dalam memperebutkan kartu Joker, selain itu Michael tidak pernah menyukai orang yang satu ini, kata Michael, Rama terlalu mau ikut campur urusan orang lain.

"Apa maksudmu dengan perampokan dan pencurian?" tanya Michael dengan sewot, dia yakin kalau Rama hanya mau mencari gara-gara saja dengannya.

"Rima menyelinap masuk ke dalam ruangan Bu Anjani untuk mencuri brankas yang isinya uang pembayaran para siswa sekolah" jawab Rama dengan santai.

"Kau bohong! Tak mungkin Mbak Rima melakukan hal semacam itu!" kali ini giliran Puput yang sewot.

"Benar!" bela Nisa dan Anna yang sepertinya sependapat dengan Puput.

"Tidak percaya ya sudah! Mayatnya ditemukan tergeletak dengan uang yang berserakan disekitar tubuhnya, selain itu brankas juga terbuka" kata Rama menjelaskan.

"Aku tidak percaya kata-katamu!" balas Puput emosinya mulai terpancing, orang sebaik Rima tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu.

"Alasan Rima terbunuh, tampaknya dia bekerja sama dengan orang lain dalam membobol brankas, dan akhirnya keduanya bertengkar karena memperebutkan uang, lalu rekan Shizune membunuhnya" Rama melanjutkan ceritanya sambil menyeringai kecil. Dia tampak menikmati wajah marah Puput dan Michael.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat telak di pipi kanan Kabuto, yang melakukannya adalah Angel yang tiba-tiba muncul disana bersama Sam.

"Mau bicara seperti apapun, kami tidak akan pernah percaya!" sahut Angel dengan emosi ia menatap Rama penuh amarah.

"Kalau tidak percaya tanya saja pada petugas polisi-polisi itu atau tanya langsung pada Bu Anjani" balas Rama yang kemudian pergi meninggalkan Puput dan kawan-kawannya.

"Angel... Sabarlah" kata Sam dengan singkat sambil menepuk pundak gadis itu agar emosinya mereda.

.

Beberapa menit kemudian...

.

"Kalian kenapa bisa ada disini?" tanya Michael yang sedikit terkejut dengan kedatangan Angel dan juga Sam.

"Kami mendengar pembicaraan kalian di belakang tau!" kata Angel yang ternyata dia menguping pembicaraan Michael dan yang lainnya dengan Rey saat itu.

"Tenang saja, kami tidak akan memberitahu hal ini pada yang lain" sambung Sam yang sepertinya tau kecemasan diwajah Michael.

"Tapi sebagai gantinya ajak kami juga" kata Angel dengan nada serius.

"Lho? Kupikir kalian berdua tidak tertarik sama sekali" kata Naruto yang heran, karena Angel dan Sam tidak pernah mau ikut kalau diajak bermain.

"Sekarang kami tertarik… Tentu saja kami juga ingin membantu mencari Jis dan Daniel!" balas Angel.

"Lagipula selama ini kami bermain diam-diam tanpa sepengetahuan kalian" sambung Sam dan Angel langsung menatap tajam pada Sam karena telah membongkar rahasia mereka.

"Boleh saja sih, tapi… " Michael terdiam seraya melihat garis pembatas segel.

"Kita tidak bisa masuk ke dalam" sambung Neji sambil menunjuk garis segel yang meliputi ruangan Anjani dan sekitarnya serta di luar gedung sekolah, yang artinya tidak ada yang boleh memasuki sekolah untuk sementara waktu.

"Hey, semuanya!" muncul Riko yang datang bersama dengan Rey dan juga Amel.

"Riko, kita tidak bisa masuk kedalam. Bagaimana ini?" kata Puput yang seolah mencari solusi dari Riko.

"Apa kau tidak bisa melakukan sesuatu Riko?" tanya Michael melirik Riko yang tampak sedang berpikir.

"Woi, lewat pintu belakang aja!" kata Rey dan bergegas menuju pintu belakang bersama Amel dan disusul dengan yang lainnya.

"Memangnya bisa?" tanya Puput merasa tak yakin.

"Tenang saja, aku ada kunci cadangan kok!" kata Amel seraya mengeluarkan kunci pintu belakang.

"Kau bisa dapat darimana?" tanya Michael tak percaya.

"Ada deh!" bales Amel dengan cengiran kuda dan langsung buka pintu.

"Ayo cepat masuk!" kata Rey menyuruh yang lainnya untuk segera masuk.

.

.

Dengan perlahan dan hati-hati mereka yang datang secara ramai-ramai itu segera menuju ruangan lab komputer yang berada di atas. Dengan berjalan setengah merunduk mereka mulai menaiki tangga.

"Cepat masuk semuanya!" kata Michael dengan suara pelan dan membuka pintu ruangan lab. Setelah mereka semua masuk dengan hati-hati Michael menutup pintu itu agar tidak berisik.

"Kunci pintunya dan tutup semua jendela dengan gorden" kata Puput dengan cepat, karena kalau tidak begitu mereka akan ketahuan sedang berada di dalam lab. Dengan cepat Nisa, Anna, Angel dan Michael melepaskan gorden-gorden itu sampai semua jendela tertutup. Pintu juga di kunci oleh Michael.

"Ah sial!" rutuk Pandu secara tiba-tiba mengagetkan semua yang ada di dalam ruangan.

"Pandu A-ada apa?" tanya Nisa panik.

"Lupa membawa makanan nih! Bisa kelaparan nanti!" sahut Pandu yang sukses dijitak oleh Puput dan Anna secara bersamaan.

"Keadaan seperti ini jangan bercanda bodoh!" omel Anna emosi.

"Bodoh! Jangan bikin kaget begitu dong! Kupikir ada apa!" dengus Puput emosi, dia sudah kaget saja tadi. Dia pikir mereka ketahuan.

"Tenang saja, urusan makanan Andre sudah bawa stock di dalam tasnya!" kata Rio yang langsung menunjuk Andre yang memang membawa tas dengan ukuran yang hampir menyamai badannya itu.

"Oke, deh! Urusan makanan sudah beres!" kata Pandu nyengir dan langsung ambil posisi duduk.

"Sebelumnya Riko, kau harus memberi kartu Jokernya itu padaku terlebih dulu" kata Rey yang langsung duduk di sebelah Riko. Tampak Riko terdiam dengan menatap curiga kepada Rey.

"Apa? Kenapa melihatku kau curiga begitu?" tanya Rey seraya mengangkat sebelah alisnya merasa terintimidasi dengan tatapan Riko yang diarahkan kepadanya.

"Kau tidak akan menipuku kan?" tanya Riko yang masih dengan tatapan yang sama kepada Rey.

"Tentu saja tidak, lagi pula kalau aku menipumu bisa habis nanti… " kata Rey sambil bergumam pelan dan melirik keadaannya yang tidak menguntungkan kalau mau menipu mereka semua.

"Tunggu apa lagi, cepat login!" sambar Michael tak sabar yang sudah login terlebih dulu. Tak lama yang lainnya juga ikut login.

.

"Kartunya.. berikan padaku" kata Rey yang sudah bertemu dengan Riko di kota para peri (elf village), kota ini emang jadi tempat favorite para pemain kalau sedang bermain, selain kotanya indah disini juga banyak para peri yang manis-manis, selain itu berada di kota ini akan menyembuhkan para pemain yang terluka.

"Awas saja kalau macam-macam" kata Riko yang akhirnya terpaksa mempercayakan kartunya ke tangan Rey.

"Sepertinya mereka akan segera memulai… Baiklah ini sudah saatnya" kata seorang gadis berambut hitam panjang, bola matanya yang berwarna merah muda pucat berkilat-kilat seraya menatap layar handphone miliknya. Dia mengirimkan pesan ke seluruh pemain Neverland, dan isi pesannya adalah 'Bersiaplah untuk memburu seratus kartu Joker yang dipegang Rey'.

Setelah mengirimkan isi pesan itu, gadis tersebut tersenyum puas dan segera pergi dari sana.

.

"Rey, kau mau apa?" tanya Puput yang melihat cowok itu memasukkan sebuah flashdisk.

"Diam dan lihatlah" jawab Rey yang mendadak jadi serius.

Dengan konsentrasi Rey mengklik sebuah program dan mulai menjalankan program tersebut. Disaat yang bersamaan dia mengklik kartu Joker, program mulai membaca kode-kode dari kartu tersebut. Rei dengan cepat menghapal kode hexdecimal tersebut.

Dengan cepat Rei mengetik kode yang jumlahnya banyak itu sebanyak 99 kali, dibagian backpack diprogram itu.

"Voila, 100 kartu Joker!" Rey berteriak senang karena dia berhasil menduplikat kartu Joker. Michael dan yang lainnya ternganga melihatnya, benar-benar bagaikan sulap.

"Put, kartunya kau saja yang pegang" kata Riko.

"A-aku yang pegang? Tapi kenapa?" tanya Puput setengah bingung.

"Karena aku tau usahamu mencari Jis dan Daniel sangat gigih, jadi kurasa kau pantas memegang kartu itu" jawab Riko yang merasa gadis itu mampu.

"Baiklah, terimakasih Riko" ucap Puput dengan terharu.

"Lalu setelah ini apa?" tanya Denis.

"Kita ke kota kelahiran Joker dan serahkan kartu-kartu itu" akhirnya mereka sepakat pergi ke kota Neverland untuk menemui NPC Joker, tanpa menyadari ada pemain lain yang mengikuti mereka. Mereka berencana untuk merebut kartu-kartu tersebut disaat Puput dan yang lainnya lengah.

Satu jam perjalanan mereka sampai di Neverland …

.

.

"I-ini Neverland? Kok kotanya jauh dari bayanganku yah… " celetuk Puput yang melihat kota Neverland jauh diluar dugaannya.

"Memangnya apa yang kau bayangkan Put?" tanya Rio yang sepertinya biasa-biasa saja.

"Aku pikir Neverland kota yang indah seperti dunia dongeng… Tapi ternyata… " Puput menghentikan omongannya, mendadak dia merasa merinding.

"Neverland itu menurut cerita gamenya adalah sebuah kota mati dan hanya terdapat satu NPC Joker. Joker adalah satu-satunya orang yang tersisa di kota itu. Karena merasa kesepian Joker menebar terror dengan menculik anak-anak dan dijadikan anak buahnya, dia hanya akan tenang kalau diberikan 100 kartu Joker" kata Riko menceritakan sedikit kisah Joker berdasarkan cerita di dalam game.

"Jadi begitu… " balas Puput hanya bergumam kecil. 'Aku jadi kepikiran Jis dan Daniel' batin Puput pikirannya mulai melayang jangan-jangan Joker memang menculik mereka berdua.

"Jangan banyak berpikir Put, cepat berikan kartu itu pada NPC Joker" kata Michael yang sudah tidak sabar lagi.

"Ba-baiklah … " balas Puput yang kemudian mengklik karakter Joker. Semua temannya yang lain menatap Sakura dengan tegang dan menahan napas.

ZZZZZTT!

Mendadak layar komputer yang ada disana mati semua, begitu juga dengan lampu yang padam seketika.

"Wah, apa-apaan ini! Kok mati sih!" keluh Pandu kesal bercampur kaget.

"Padahal sedikit lagi! Belum bayar listrik mungkin!" Dio ikut menggerutu, jantungnya nyaris saja copot.

Semuanya menggerutu sebal sambil berdiri dari posisi masing-masing hendak keluar dari ruangan. Tapi tidak setelah Puput memanggil mereka dengan setengah berteriak.

"Te-teman-teman! Lihat ini! Kemari semuanya!" kata Puput menatap layar komputer miliknya.

"Untuk apa Put? Sudah jelas sedang mati lampu, lanjutkan besok saja!" balas Angel yang sepertinya enggan untuk mendekati Puput yang histeris sendiri.

"Cepat kemari dan siapapun yang tau tolong katakan apa dia Joker!" kata Puput dengan menunjuk layar komputernya. Mendengar ucapan Puput yang menyebut nama Joker, kontan semua menghampiri gadis itu.

"Ti-tidak mungkin… Itu… itu Joker! Ta-tapi bagaimana bisa dia muncul?" Michael tak kalah histeris dari Puput, dia nyaris terjatuh sangking kagetnya, untung saja Pandu segera menahan temannya itu.

Semuanya saling pandang, lalu beralih menatap Joker yang muncul di layar gelap itu. Sosok itu memakai topi khas Joker, topi itu menutup penuh rambutnya hingga tak terlihat, selain itu dia juga memakai topeng sehingga Puput dan yang lainnya hanya mampu melihat separuh wajah Joker dari bawah hidung hingga lehernya saja. Ada sebuah tattoo berbentuk segi empat seperti tear drop merah di pipi kanannya. Pakaian yang digunakan juga sangat khas, kemeja lengan panjang berwarna putih dengan bentuk yang sedikit mengembung dari bagian siku sampai pergelangan tangan, dan ada kancing dibagian pergelangan tangannya itu. Dan diluar kemejanya ada sebuah rompi berwarna coklat gelap dengan ukuran lebih pendek dari kemejanya. Celana yang dikenakannya juga menggembung lucu sekilas mungkin terlihat lucu, tapi tidak dengan seringai yang dipamerkan sosok itu.

"Ke-kenapa Joker ada dimana-mana!" kata Andre yang tersentak kaget ketika sosok Joker muncul disemua layar komputer yang ada di dalam ruangan.

"Apa yang terjadi!" kata Amel yang kebingungan dengan situasi aneh saat ini.

"Welcome to Neverland, game start!" kata sosok Joker tersebut. Tak lama muncul suatu dimensi yang seperti menghisap mereka masuk kedalamnya!.