"Siapa yang kau sebut bajingan Nona Jia?" tanya Liu berjalan mendekati Jia.
Jia terkejut, ia kelabakan melihat Liu semakin mendekatinya. Dalam hati ia berkata, 'tentu saja kau bajingan nya?'
"Tolong jangan lontarkan kata-kata itu lagi di hadapanku, atau kau akan benar-benar melihat se-bajingan apa aku ini!" Liu mencubit dagu Jia dan tersenyum kepada Jia.
Tak lama ponsel Jia berdering, panggilan dari Tuan Kim. Ya... tentu saja Tuan Kim menelpon Jia, bukankah satu jam lagi Jia akan membacakan berita di Tv nasional. Tapi saat itu Tuan Kim tidak menemukan keberadaan Jia Li.
Liu Qiang mengambil ponsel Jia yang terjatuh diatas tempat tidur. Dan langsung mengangkat panggilan dari Tuan Kim.
Hallo Tuan Kim...! sapa Liu Qiang.
T-tuan Liu...! kenapa ponsel Jia Li ada pada Tuan? tanya Tuan Kim terkejut saat mendengar suara Liu Qiang.
Oh... itu karena Jia Li sedang bersamaku, maaf karena tidak memberitahukan Tuan Kim, aku memaksa Nona Jia untuk makan siang dengan ku, dan sepertinya Nona Jia akan datang terlambat, apakah tidak masalah Tuan Kim? tanya Liu Qiang sambil menatap Jia Li.
"Ti-DAK...! TUAN KIM..." Liu Qiang membekap mulut Jia Li dengan tangannya.
Apa-Kah Tidak Masalah Tuan Kim? tanya Liu Qiang sekali lagi, dan saat itu ada penekanan di beberapa kalimat, yang dapat diartikan Tuan Kim sebagai suatu peringatan.
'AH... tentu saja Tuan Liu, jangan khawatir... aku akan meminta reporter lainnya untuk menggantikan Nona Jia.' Kata Tuan Kim. 'Selamat makan siang Tuan Liu, maaf sudah mengganggu waktu Anda Tuan..." kata Kim sambil mematikan panggilan.
Liu menarik tangannya dari bibir Jia, dan saat itu Jia menatap Liu dengan tajam.
"Apa kau lapar?"
"Itu bukan urusan mu!" bentak Jia, memalingkan wajahnya.
"Huh... baru saja kau menangis memohon padaku, sekarang kau kembali bersikap dingin terhadapku!" kata Liu.
"Sebaiknya lepaskan aku sekarang juga. Untuk apa Anda memperlakukanku seperti ini?"
"Apa kemarin kau masih ingat apa yang aku katakan saat kau mengunjungi perusahaan ku?"
Jika berusaha mengingat, tapi ia sama sekali tidak mengingat ada kata-kata yang penting kala itu. Ia hanya tau bahwa semua pembicaraan mereka tidaklah penting bagi Jia.
"Heum... sepertinya kau lupa! baiklah aku akan mengingatkan sekali lagi."
Liu Qiang mendekati Jia sambil berkata, "Aku hanya ingin mengatakan kepada Nona Jia bahwa, siapapun laki-laki yang mendekatimu saat ini sebaiknya segera suruh ia menjauh. Karena aku sepertinya mulai tertarik dengan Nona Jia. Dengan begitu berarti kau tidak boleh dekat dengan laki-laki manapun, apalagi membiarkannya menyentuhmu sesuka hati. Aku sangat tidak suka Nona Jia...!"
Nafas Liu Qiang membelai lembut leher Jia, membuat bulu kuduk wanita itu berdiri tegak. Liu terlihat mendekatkan bibirnya ke leher Jia dan menghisapnya dengan sangat agresif. Leher jenjang itu kini memiliki cap merah, dan orang yang melakukannya adalah orang yang paling Jia Li tidak sukai.
Jia Li berusaha mengelak namun Liu menarik dan menahan tubuh Jia untuk tetap diam.
"Hen-ti kan Liu Qiang... aku mohon hentikan!" kata Jia memohon.
Liu tertawa dan menatap wajah Jia, Jia membuang wajahnya kesamping.
"Aku akan mengijinkan mu pulang, asalkan kau mau makan siang denganku. Bagaimana apa kau mau?" tanya Liu.
Kali ini walau Jia tidak suka, tapi mau tidak mau ia harus mengiakan kemauan mafia itu, agar bisa lepas dari tempat ini. Jia tidak tau apa yang akan terjadi jika, Jia tetap berada di ruangan ini.
Jia mengangguk malas dan saat itu juga Liu Qiang langsung membuka borgol tangan Jia. Jia langsung menarik tangannya yang sedikit memerah karena terlalu banyak menggerakkan tangannya, membuat Jia sedikit mengerinyit kesakitan.
Liu menopang tubuh Jia dan membawa gadis itu kemeja makan. Jia sendiri terkejut saat Liu mengangkat tubuhnya tanpa bertanya terlebih dahulu.
"Maaf, tapi aku bisa jalan sendiri!" kata Jia yang mengepit kedua tangannya didada.
Liu kemudian menghentikan langkahnya dan menatap Jia.
"Ini rumahku, dan apapun yang aku ingin lakukan, akan aku lakukan. Kau hanya boleh menurut dan jangan membantah. Okay...!" Liu memperingati Jia.
Jia hanya menunduk dengan kesal dan membiarkan Mafia itu melakukan apapun yang dia mau, asalkan Jia bisa segera keluar dari Villa ini.
Jia duduk di kursi berhadapan dengan Liu Qiang. Terlihat kurang lebih ada enam pelayan yang melayani makan siang mereka sat itu. Sebelum memakan makanannya, Liu akan meminta salah satu dari mereka untuk mencicipi makan itu terlebih dahulu. Dan setelah memastikan semuanya aman, barulah Liu akan menyantap semua makanan itu.
Jia merasa sangat heran dengan sikap Liu. Ini pertama kalinya Jia bertemu seseorang yang amat menyebalkan baginya. Jia dengan cepat menyantap makanannya, bukan karena ia lapar, tapi Jia ingin segera keluar dan lepas dari Liu Qiang.
Liu Qiang tersenyum melihat Jia yang menyantap makanannya dengan sangat terburu-buru. Dalam hati Liu berkata, 'Apa kau pikir aku akan melepaskanmu semudah itu Nona Jia? jangan panggil aku Liu Qiang jika tidak bisa membuatmu bermalam disini. Dengan caraku, kau akan menginap di villa ini, hari ini.'
Liu Qiang tersenyum licik, ia merasa bahwa Jia sangat menarik untuk dipermainkan. Walau ia cerdas, kelemahan satu-satunya Jia, adalah dilecehkan. Itulah mengapa Liu terus menerus mengganggu Jia.