Di sebuah pabrik lama yang terbengkalai.
Sesampainya di rumah, Jia langsung berjalan menuju kamar Wang Yihan. Secara kebetulan Lay mendengar Jia baru saja kembali, ia lantas menyapa Jia dengan ramahnya.
"Kak Jia...!" sapaan Lay tidak di gubris sama sekali oleh Jia Li yang sibuk membuka semua laci dan mengobrak-abrik barang Wang Yihan.
"Kak... ada apa?" tanya Lay.
Secara kebetulan Jia Li mendapat sabuk berwarna merah dengan lambang Naga hitam yang merupakan tanda bahwa sabuk tersebut adalah sabuk keanggotaan Naga Hitam.
Seketika lutut Jia bergetar, ia tidak pernah menyangka Wang akan menjadi salah satu bagian dari komplotan itu.
"Kak... Kak Jia...!" Panggil Lay saat melihat Jia merosot ke lantai dan matanya berkaca-kaca.
"Wang.... hiks... kenapa dia sampai bergabung dengan orang-orang keparat itu." Kata Jia menangis dengan derasnya.
Di kamer rumah sakit.
Zhu bersama bodyguard-nya datang menghampiri Liu Qiang yang tengah berbaring sembari memejamkan mata. Senyumannya tak surut sama sekali sedari tadi.
"Ada apa dengan saudara Liu, kenapa dia terlihat seperti seorang yang baru saja mendapatkan penghargaan?" tanya Zhu kepada salah satu Bodyguard yang menjaga Liu.
"Tentu saja karena aku bertemu dengan bidadari ku!"
"Hemp... ingat tujuan mu apa, jangan terperdaya dengan kata cinta. Kau tidak tau apa yang akan terjadi jika kau mencintai seseorang, kau akan sulit untuk menaklukkan dunia ini karena bahkan duniamu sudah di kuasai oleh wanita yang kau cinta."
"Tenang aku tidak akan lupa, mana ada Mafia yang punya cinta. Kau tidak perlu kahwatir saudara Zhu, aku hanya sedang meras tertantang untuk memiliki seseorang. Kali ini cukup sulit karena ini kali pertama aku di tolak dan apa yang aku inginkan sulit untuk di dapat." Kata Liu.
"Baguslah kalau kau mengerti Saudara Liu, aku hanya takut jika kau sampai lupa diri. Ingat tujuan kita untuk menguasai dunia. Oh ya... dan lagi kenapa kau betah di tempat seperti ini. Sebaiknya urus soal pasokan barang yang di tahan di sempadan, hanya kau yang bisa membuat mereka semua para polisi bodoh itu untuk bungkam."
"Aku sedang sakit, apa kau tidak lihat." menunjukkan lengannya. "Aku bukan mereka orang-orang bodoh itu, make up itu cukup bagus karena tidak luntur dan bertahan lama di lenganmu. Hem... kadang aku berfikir jika kau tidak menjadi mafia maka kau akan menjadi Aktor terkenal yang sangat pintar berakting.
Kata-kata Zhu membuat Liu tertawa terbahak-bahak.
"Okay then... let's go to sempadan, ayo kita bereskan para polisi bodoh itu. Barang ku yang berharga harus tiba dengan selamat ke Negara A."
Liu berjalan dengan lantang sembari memakai jas di pundaknya dan dari belakang Zhu berjalan diikuti para bodyguard yang bertugas melindungi mereka, bukan berarti mereka tidak hebat. Mereka hanya ingin terlihat lemah agar tidak membongkar jati diri mereka di mata masyarakat.
*****************
Jia mencari tau keberadaan Geng Naga hitam dan setelah menemukan lokasi tempat mereka berkumpul, Jia dan Lay segera bergegas ke tempat tersebut. Tak lupa Jia membawa kamera tersembunyi di tas dan juga di kaca matanya yang sudah di sisipkan kamera kecil.
Ini adalah langkah pertama untuk Jia agar bisa membongkar semua kejahatan para mafia tersebut.
"Kak haruskah kita memanggil polisi?" tanya Lay yang sudah tau bahwa Wang terlibat kasus besar dengan geng sekejam Naga hitam.
"Tidak... tidak perlu, kita akan membawa uang ini. Menurut yang kakak dengar Wang hanya perlu membayar hutang dan sebelum itu kakak akan memancing mereka untuk mengatakan siapa yang sebenarnya yang memimpin geng berandalan seperti mereka."
"Uang sebanyak ini kak, kakak yakin?"
Jia mengangguk dan mengendong tas tersebut, menyelampangkan nya ke samping.
Mereka lantas bergegas ke markas Geng Naga hitam. Jia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai tepat waktu.
Dua puluh menit kemudian.
Jia tiba di sebuah pabrik bekas berhampiran pelabuhan kota A. Jia turun dari mobil dan berusaha tetap terlihat tenang berjalan menghampiri beberapa orang pria berotot yang menjaga di pintu depan pabrik.
"Lay... kakak masuk dan jika dalam kurun waktu tiga puluh menit kakak tidak keluar lekas telpon polisi. Okay..."
Lay mengangguk. Jia berjalan dengan santai menghampiri orang yang berjalan kearahnya.
"Apa kalian mengenali anak ini?" menujukan foto dari Wang.
Mereka lantas langsung menatap satu sama lain.
"Anda siapa?"
"Aku adalah kakaknya, bos kalian menelpon dan memintaku untuk datang!" ujar Jia dengan memainkan permen karet di mulutnya.
Kembali kedua orang itu saling menatap sebelum akhirnya menarik Jia untuk masuk.
"HOy... aku bisa jalan sendiri, please don't touch me!" ujar Jia menepiskan tangan kedua pria itu dan membetulkan topinya.
Saat berjalan masuk kedalam pabrik, Jia melihat ada begitu banyak orang yang ada di tempat ini. Apa yang tidak di sangka oleh Jia sama sekali. Jia lantas menelan ludahnya karena gugup, namun ia berusaha tetap tenang dan pelan-pelan mengarahkan kameranya untuk merekam semua orang yang ada di tempat tersebut.
Tibalah mereka di salah satu ruangan yang di jaga ketat dan tak lama pintu besi terbuka, Jika melihat Wang di gantung bak seekor tahanan. Wajahnya habis babak belur, ditambah darah yang mengalir dari pelipisnya.
"Wang....!" bibir Jia gemetaran menyebutkan nama Wang.