Setelah makan dengan kecepatan tinggi, Jia berhasil menghabiskan menu makanan yang tadinya tersaji diatas meja. Di dalam hatinya, Jua berulang kali mengumpat Liu yang terlihat sangat santai dan menikmati makanannya.
"Sepertinya Nona Jia sangat menikmati makanan dari kalian. Karena calon istriku sangat menyukai makanan yang kalian sajikan, maka bulan ini aku akan menaikan gaji kalian." Kata Liu kepada keenam pelayannya.
Mereka terlihat sangat bersemangat dan bahagia dengan apa yang dikatakan Liu Qiang. Menatap Shella dengan tatapan terima kasih. Shella hanya tersenyum dengan terpaksa saat melihat keenam pelayan itu menatapnya.
Haruskah aku bersyukur juga? padahal saat ini aku sangat menderita! batin Jia dengan kesal.
Setelah Liu menghabiskan makan siangnya. Jika yang terus-menerus memperhatikan Liu akhirnya bernafas lega. Jia dengan penuh semangat langsung berdiri sambil berkata, "Terima kasih atas hidangannya Tuan Liu. Semua sa-ngat lezat. Kalau begitu saya permisi dulu Tuan, selamat siang...!" Jia langsung berbalik meninggalkan meja Liu Qiang yang bahkan belum sempat bicara sepatah katapun.
"Nona Jia...!" panggil Liu.
Jia menggertak kan giginya dengan kesal dan dengan terpaksa harus menoleh menatap Liu Qiang.
"Ponsel Nona Jia ada di kamar saya!" ujar Liu.
Jia lantas langsung mengangguk dan berjalan menuju kamar tersebut. Memasuki kamar Liu Qiang dan ia langsung bisa melihat ponselnya ada di atas meja. Jia lantas berjalan dengan cepat mengambil ponselnya.
Bruckk...! Suara pintu kamar tersebut dengan kerasnya tertutup.
Jia Li menoleh dan langsung berlari dengan paniknya menghampiri pintu. Dengan segala usaha ia berusaha membuka pintu tersebut namun tetap tidak bisa. Jia berteriak beberapa kali memanggil nama Liu.
"LIU QIANG BAJINGAN...!"
Liu Qiang memang sengaja meninggalkan ponsel Jia di kamarnya, karena Liu tau setelah menyelesaikan makan siang pasti Jia akan terburu-buru keluar dari kediamannya. Tentu saja Liu tidak mau hal itu terjadi, karena Liu sedang mempersiapkan suatu hal yang besar, sebuah kejutan yang akan membuat dunia ikut terkejut.
"Tetap awasi dia, jangan biarkan dia lari. Karena aku sedang menyusun rencana besar, aku akan keluar sebentar dan akan kembali larut malam. Jadi pastikan kalian memberikan dia makan dan menjaganya dengan baik." Kata Liu kepada semua pelayan rumahnya yang berbaris dihadapan pintu kamarnya.
Liu menarik mantel tebal dan memasangnya di pundak yang kekar. Ketampanannya tak surut walau dengan cahaya redup. Langkah kakinya tegas dan tubuh jenjangnya membuat semua orang yang menatap, menjadi terkesima.
Liu meninggalkan kediamannya. Membiarkan Jia berteriak dengan kerasnya, Liu malah tersenyum saat mendengar setiap ocehan yang keluar dari mulut Jia.
Hem... bibir pedas itu benar-benar menggoda! batin Liu sambil menyentuh bibirnya dengan jari jempolnya.
Jia tak putus harapan. Dengan ponselnya ia menelpon Tuan Kim.
'Hallo Jia...!'
Dengan suara panik Jia menjawab. 'Tuan Kim, tolong aku...! Liu Qiang mengurungku di kediamannya. Aku mohon tolong aku Tuan Kim, dia adalah Mafia itu... semua pemberitaan itu benar Tuan, dia bahkan memukuli menteri Humas kemarin."
"Halo... Jia... Jia... maaf tapi aku tidak bisa mendengar mu!" kata Tuan Kim dan mematikan ponselnya.
Tuan Kim sebenarnya merasa sangat bersalah, tapi karena Liu Qiang sudah menghubunginya dan memberikan gambaran rencana, dan mendapatkan impact yang cukup baik untuk stasiun beritanya. Akhirnya Tuan Kim terpaksa mengikuti kemauan Liu Qiang.
Maafkan aku Jia...! batin Tuan Kim.
Jia menelpon Lay dan Wang Yihan namun keduanya juga tidak dapat dihubungi sama sekali. Lay sedang latihan bermain musik sedangkan Wang Yihan mematikan ponselnya karena sedang mengikuti ujian.
Jia dengan frustasi meremas kepalanya. Jia bingung harus meminta pertolongan pada siapa, sedangkan jika ia menelpon polisi maka kasus ini akan semakin besar. Entah-entah Liu akan membalikkan laporan. Jia tau benar isi kepala Mafia kejam itu.
Jia teringat dengan Dokter Zhi. Jia dengan segera menghubungi Dokter tampan tersebut.
Namun sepertinya Jia memang sedang sial, Dokter Zhi sedang berada di ruang operasi. Dokter Zhi tidak mengangkat panggilan Jia karena mematikan suara Handphonenya dan meletakkannya di counter rumah sakit.
Jia hanya bisa berjalan ke sudut ruangan dan duduk di salah satu kursi. Jia berusaha berfikir keras cara untuk keluar dari kamar itu.
Jika ia tidak bisa keluar, entah apa yang akan terjadi padanya hari ini. Jia yang tak mau berputus asa berusaha membuka pintu kaca yang ada di kamar Liu Qiang. Namun seperti sudah sangat terencana, semua pintu terkunci dan Jia tidak bisa membukanya sama sekali.
Sejam setelah Zhi menyelesaikan tugasnya di ruang operasi, ia langsung berjalan ke counter dan mengambil handphonenya. Zhi kaget saat melihat ada tiga panggilan tak terjawab dari Jia.
Zhi Qin kembali menghubungi Jia.
'Hallo... Jia, ada apa menelpon ku? maaf tadi aku sedang berada di ruang operasi.
Terdengar suara Jia gemetaran sambil berkata, "Dok-ter Zhi, tolong aku Dok...! Aku dikurung dikediaman Tuan Liu Qiang. Aku mohon tolong aku...!" Suara Jia dengan paniknya langsung membuat Dokter Zhi panik .
Zhu terkejut dan langsung bertanya dimana keberadaan Jia. Setelah Jia mengirimkan lokasinya, Zhi langsung berlepas dari rumah sakit menelpon polisi untuk membantunya membawa Jia keluar dari kediaman Liu Qiang.
Sebenarnya Zhi sendiri belum terlalu tau siapa itu Liu Qiang, karena Zhi sangat sibuk dengan pasien-pasiennya dan mengabaikan berita terkini yang ada di media.