Angel merasa begitu nyata saat dirinya melihat anak kecil yang sangat kecil sedang bermain dengan seorang laki-laki yang ia yakini sebagai ayah anak itu.
Angel tersenyum karena anak kecil itu begitu bahagia disana. Dari arah belakang, ada seorang wanita yang Angel tebak sebagai ibu anak kecil itu.
Entah apa yang mereka katakan sehingga membuat anak kecil itu tertawa gembira. Angel tak ingat masa kecilnya seperti apa. Ia hanya tau kalau dirinya diadopsi keluarganya yang sekarang dari ia masih kecil.
Tiba-tiba banyak sekali orang-orang berdatangan dengan membawa senjata. Tak lama setelah itu mereka melakukan aksi baku tembak. Ibu itu menyelamatkan anak kecil itu tapi tiba-tiba ibu itu terdiam karena dadanya tertembak.
Angel mencoba meraih tubuh ibu itu yang masih mendekap erat anak kecil itu. Angil menangis karena tak bisa meraih tubuh ibu itu yang sekarang sudah tergeletak tak sadarkan diri atau malah sudah meninggal.
Angel menoleh ke arah gerombolan tadi tapi ternyata mereka sudah tergeletak dilantai dengan banyak darah. Angel melihat ayah anak kecil itu yang semakin mendekat dan menodongkan pistolnya ke arah anak kecil itu.
Angel ingin menutupi tubuh anak kecil itu dengan tubuhnya tapi nyatanya pistol itu menembus dirinya. Angel berteriak tapi nyatanya suaranya tak keluar sama sekali. Angel menatap wajah ayah anak kecil itu dengan tatapan kaget.
Air mata mengalir dengan deras sari kedua matanya. Angel pun menangis dan menutup matanya. Samar-samar Angel mendengar suara itu.
"Maafkan ayah Aurora. Ayah sangat menyayangi mu. Ayah takut kalau nanti ayah pergi, Aurora akan dibunuh mereka. Ayah tak rela. Ini adalah jalan yang ayah pilih. Kita akan mati bersama. Ibu mu sudah pergi duluan, kamu juga akan pergi, sebentar lagi. Ayah akan menyusul. Ayah sangat sayang Aurora kecil ayah."
Angel menatap wajah tampan di depannya dengan air mata. Laki-laki itu hanya ingin menyelamatkan Aurora tapi caranya salah.
"Jangan.. jangan.. ku mohon jangan.."
DOR! DOR! DOR!
angel seketika terbangun dari mimpi buruknya dengan wajah basah air mata dan keringat banyak. Angel melihat ibunya yang menangis dan memeluknya erat.
"Jangan tinggalkan ibu Angel hiks.. ibu takut.. ibu takut kau meninggalkan ibu seperti kakak-kakak mu hiks hiks.."
Angel kembali menangis entah karena apa tapi hatinya begitu sakit karena mengingat nasib anak kecil itu. Angel membalas pelukan erat ibunya dan menangis dalam pelukannya.
Angel melepaskan pelukannya dan menatap sang ibu dengan tersenyum kecil.
"Ibu..."
"Kamu anak nakal hiks.. sungguh nakal."
Ibu Angel menyeka air matanya yang tak berhenti mengalir karena mencemaskan keadaan anaknya yang dua hari lalu dinyatakan koma karena terlambat mendapatkan donor darah.
Ibu Angel langsung pingsan saat mendengar hal itu. Anak perempuan yang sangat ia sayangi berada di ambang kematian.
"Aku tak papa, ibu."
Ibu Angel mengangguk dan memegang tangan anaknya.
"Ya. Angel ibu tak akan kenapa-kenapa. Angel ibu sangat kuat hiks.. Ibu takut."
Air mata Angel meluncurkan dengan bebas. Ibu Angel menyeka air mata anaknya.
"Jangan tinggalkan ibu apapun yang terjadi."
"Iya ibu."
"Janji?."
Ibu Angel mengangkat kelingking tangan kanannya. Angel membalas dengan menautkan jari kelingking tangannya di tangan ibunya.
"Angel janji ibu."
Ibu Angel tersenyum dan kembali memeluk Angel. Angel mengelus pundak ibunya untuk menenangkan.
Tiba-tiba pintu ruang inap ini dibuka dengan kasar. Angel dan ibunya langsung melepaskan pelukannya dan menatap siapa yang datang dengan tak sopan.
Disana ada ayahnya yang air mata mengalir. Ayah Angel segera menghampiri Angel yang tersenyum tapi air mata menetes dari air matanya.
"Angel..?."
Angel mengangguk. Ayah Angel seketika memeluknya dengan erat.
"Kamu menakuti ayah."
Angel mengelus pundak ayahnya yang sudah menangis dalam pelukannya.
"Angel.. disini ayah."
"Ayah takut kehilangan anak kesayangan ayah. Ayah sangat takut."
"Maafkan Angel ayah."
Ibu Angel pun ikut memeluk anak dan suaminya yang menangis. Ibu Angel pun ikut menangis karena merasa bahagia anaknya sudah kembali bangun.
Angel bersyukur dirinya masih memiliki keluarga yang begitu menyayanginya dengan sepenuh hati. Angel sangat bahagia sehingga entah sejak kapan kegelapan menguasai dirinya.
🔰
Ruang inap VVIP yang sekarang Angel tempati sudah dipenuhi orang-orang yang ingin menjenguk Angel. Mereka merupakan bawahan ayah Angel.
Mereka semua berbincang-bincang dan langsung terdiam saat melihat kehadiran seseorang.
Varo.
Varo berada diambang pintu. Mereka yang tau siapa itu Varo segera pamit pergi.
Ayah Angel membawa istrinya untuk pergi. Saat Ayah Angel berada di samping Varo, Ayah Angel menepuk pundak Varo.
"Jaga Angel selama aku pergi."
Varo mengangguk dan Ayah Angel serta istrinya pergi meninggalkan mereka.
Varo datang mendekat ke arah brangkar berisi Angel yang tertidur. Varo menatap datar pelipis Angel yang tertempel perban dan lengan kanan Angel yang diperban.
Varo membungkukkan tubuhnya untuk mengelus setiap luka ditubuh Angel.
"Pasti ini sakit."
Varo mengecup pelipis Angel lama. Varo tersenyum saat dirinya merasa lega karena dapat melihat Angel selamat dari kecelakaan itu.
Saat mendengar Angel masuk rumah sakit karena kecelakaan, Varo segera menyudahi semua urusan bisnisnya di Brazil dan langsung kembali ke Indonesia.
Varo takut kalau Angelnya yang begitu ceroboh akan meninggalkan dirinya sebelum dirinya menghukum sifat membangkang Angel.
Varo menatap bibir pucat Angel. Entah sejak kapan Varo menempelkan bibirnya di bibir Angel. Varo tak tau sejak kapan ia sudah menangis dan air matanya menetes di wajah Angel.
"Bangun Angel ku. Ayo bangun sayang. Kalau tidak, aku akan.. kembali membunuh mereka agar dirimu datang pada ku."
Alam bawah sadar Angel memaki sikap Varo. Harusnya ia dibujuk untuk bangun dengan romantis bukannya dengan ancaman. Angel ingin segera bangun taoi lagi-lagi matanya susah dibuka seperti ada lem melekat di matanya.
Varo duduk di kursi yang tersedia di dekat brangkar Angel. Varo memegang tangan Angel.
"Baru kemarin dirimu keluar dari rumah sakit dan sekarang dirimu berakhir disini lagi. Katakan padaku, apa ada yang menarik disini sehingga kau betah disini?."
Hening.
Varo tertawa kecut saat dirinya sadar jika Angel masih setia tertidur. Pasti karena obat bius.
"Bangunlah."
Varo mengecup tangan Angel dan meletakkan tangan Angel dipipinya.
"Bangunlah karena aku membutuhkan mu.. sebagai dokter ku."
Varo meneteskan air matanya kembali. Selama ini Varo tak pernah menangis untuk perempuan lain selain ibunya. Tapi hari ini, Varo diliputi rasa takut yang luar biasa yang menggerogoti jantungnya.
Sakit, takut, khawatir dan kecewa menjadi satu.
"Aku.. mencintai mu. Jadi jangan tinggalkan aku."
Pengakuan Varo barusan sangat menyentak alam bawah sadar Angel. Varo mencintainya?
🌓
Banyak yang iris bawang merah kayaknya sampe author nangis pas nulis ini T_T.