Angel terbangun dari tidur lamannya setelah aksi menangis tadi atau malah kemarin. Angel tak tau ini hari apa dan jam berapa. Bahkan Angel tak tau sudah berapa lama ia mendekam disini.
Angel merasa pegal di tangan kirinya. Angel melirik ke samping dan melihat pelaku yang membuat tangannya keram.
Varo asik tertidur di atas kiri Angel. Angel mencoba untuk bersuara tapi tenggorokannya sakit dan butuh air minum.
Varo yang terusik dengan gerakan tubuh Angel pun terbangun.
"Angel!?.."
Varo segera berdiri dan tersenyum saat melihat Angel sudah bangun.
"Mi..num"
Angel mengutuk suaranya yang seperti kodok kejepit. Varo yang tau maksud Angel pun mengangguk.
"Ah.. sebentar."
Varo segera mengambil gelas yang berada di nakas. Varo membantu Angel untuk duduk dan membantunya untuk minum.
"Apa ada yang sakit?."
Angel menggelengkan kepalanya. Varo mengelus rambut Angel dengan senyum simpul.
"Aku tau kau kuat terhadap rasa sakit sehingga selalu ingin kesini terus."
Angel menatap galak ke arah Varo.
"Memangnya siapa yang mau disini terus."
Lagi-lagi suara Angel belum normal. Angel berdehem untuk menormalkan suaranya.
"Kamu."
Varo mencubit pipi Angel dengan gemas.
"Sakit."
Angel meringis dan menepis tangan Varo. Sedangkan Varo terkikik.
"Mana yang sakit?."
Angel menunjuk ke arah pipinya yang tadi dia cubit. Tanpa diduga Varo mengecup pipi yang Angel tunjuk tadi. Angel menegang karena kaget akan kecupan Varo di pipinya barusan.
"Jangan bengong. Ntar aku gemes loh. Ntar kalau aku gemes aku malah pengen cium loh."
Angel segera tersadar dari bengongnya dan melototkan matanya ke arah Varo.
"Otak mu isinya mesum semua."
Varo tersenyum tanda ia tak membantah perkataan Angel.
"Kalau kau tau isi otak ku yang sebenarnya, maka kau akan menjauh dari ku."
Angel mengeryitkan dahinya.
"Maksud mu?."
"Aku punya fantasi liar tentang mu."
Angel langsung melotot galak ke arah Varo dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Brengsek!."
Kini gantian Varo yang menatap tak suka ke arah Angel.
"Angel!."
Varo menaikkan intonasi suaranya saat memanggil Angel.
"Apa!."
Angelpun juga meninggikan suaranya.
"Jangan melawan ku."
Varo mencengkeram kedua pipi Angel dengan satu tangannya. Varo mendekatkan wajahnya ke Angel dan menatap Angel dengan tatapan intimidasi andalannya.
"Kau milikku! Artinya kau harus menuruti semua keinginan ku."
Angel merasakan hawa marah Varo. Angel meremas kedua tangannya dengan gugup karena intimidasi Varo.
"Aku bukan milik mu."
Varo kembali mengencangkan cengkeramannya di pipi Angel. Sedangkan Angel meringis menahan sakit.
"Kau milikku! Camkan itu."
Varo mencium Angel dengan kasar. Angel sudah melakukan usaha memberontak karena rasa tak suka dan kecewanya terhadap sikap Varo.
Angel menangis dalam usahanya yang sia-sia untuk lepas dari ciuman kasar Varo.
Sampai kapanpun Varo tetaplah Varo. Yang selalu ingin menang sendiri.
Varo yang sadar kalau ada rasa asin dalam ciumannya pun segera menyudahi. Varo kaget saat melihat Angel yang menangis.
Varo sadar jika ia sudah menyakiti Angel.
"Angel..?"
Varo melepaskan cengkeraman tangannya dan menatap khawatir Angel yang terdiam.
"Maafkan aku.. aku..lepas kendali."
Angel tetap bungkam dan menunduk ke bawah. Varo pun memeluk Angel yang tak melawan saat ia memeluknya.
"Maafkan aku. Maafkan aku Angel."
Angel menutup matanya dan mensugesti dirinya sendiri untuk tak memperlihatkan kembali kelemahannya.
Angel mendorong Varo agar melepaskan pekukannya. Tapi Varo tambah memeluk erat Angel.
"Maafkan aku."
Angel tetap berusaha melepaskan pelukan Varo.
"Lepaskan aku."
Varo menegang di pelukan Angel dan tentu saja Angel sadar akan hal itu.
Varo melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Angel. Varo menatap tak percaya ke arah Angel. Varo tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Apa.. apa maksud mu, Angel?."
Angel membalas tatapan kebingungan Varo.
"Lepaskan aku. Tinggalkan aku. Sudahi semua ini."
Varo tersulut emosi. Selama ini Varo lah yang selalu memutuskan semua hubungan antara dia dan para wanita. Bukan wanita yang harus memutuskan hubungan diantara mereka.
Varo mencengkeram erat bahu Angel yang membuat sang empu meringis kesakitan. Angel mencoba melepaskan cengkeraman Varo padanya.
"Sakiiittt."
Varo tetap mencengkeram erat bahu Angel dan menulikan pendengarannya dari suara Angel yang kesakitan. Varo menikmati saat-saat Angel kesakitan tapi disisi lain ia juga merasa kasihan kepada Angel. Tapi Varo harus bisa mempertahankan Angel. Apapun caranya.
"Katakan padaku, apa alasan mu ingin aku meninggalkan mu?."
Angel meringis dan usahanya untuk melepaskan cengkeraman Varo sia-sia.
"Kau menyakiti ku."
"Itu bukan alasan yang tepat. Apa ada laki-laki lain yang kau sukai? JAWAB AKU ANGEL!."
Angel menutup matanya karena bentakan Varo tepat di depan wajahnya.
"Gak.. ada."
Angel menjawab dengan suara bergetar karena takut dibentak lagi.
"Lalu kenapa kau ingin aku pergi?."
"Kau menyakiti ku. Apa itu kurang jelas?."
Varo menatap tajam Angel.
"Itu bukan sebuah alasan yang tepat untuk membuat ku pergi."
Angel merasa takut dengan cengkeraman tangan Varo yang makin kencang dan tatapan tajam Varo yang membuatnya seperti ditusuk pedang.
"Aku.. tak mencintaimu."
Varo melemas setelah kata-kata yang paling ia tak ingin dengar meluncur dengan bebas dari mulut Angelnya. Wanitanya.
"Cinta? ha ha.. kita tak butuh CINTA!."
Angel kaget dengan aksi Varo barusan. Varo membanting gelas yang ada di nakas tadi. Angel menatap pecahan beling yang berserakan di lantai.
Angel yang tau kalau ia salah bicara dan memancing emosi Varo pun menutup matanya.
Angel merasa adegan ini seperti dejavu untuknya. Angel melihat gambaran abu-abu di kepalanya dimana ia melihat ada seorang wanita dan laki-laki yang tertawa bahagia.
Angel memegangi kepalanya dengan erat karena gambaran di kepalanya semakin membuatnya merasakan sakit.
Varo yang melihat itupun panik. Angel kesakitan. Varo segera memencet bel untuk panggilan darurat para suster mauoun dokter.
Varo langsung memegang tangan Angel yang berada dikepalanya. Varo khawatir apa yang selama ini disembunyikan oleh kedua orang tua Angel dengan rapat terbongkar secepat ini.
Bagaimana Varo tau? karena dia seorang Varo. Informasi apapun bisa ia dapatkan walaupun itu rahasia negara sekalipun.
"Apa ada yang sakit?."
Varo panik dengan keadaan Angel sekarang yang sedang memegangi kepalanya dan menangis.
"Sakiiit."
Tak lama smdatanglah dokter dan suster yang khusus merawat Angel.
"Maafkan saya tuan tapi anda harus keluar. Serahkan nona Angel kepada saya."
Varo yang awalnya enggan meninggalkan Angel yang kesakitan tapi pada akhirnya ia menuruti perkataan dokter untuk keluar dari ruang inap Angel.
Varo menatap mereka yang sedang menangani Angel dari balik kaca pintu. Varo melihat Angel yang langsung tenang saat obat bius itu disuntikkan ke lengannya.
Varo takut.
Varo takut jika setelah ini Angel akan membencinya. Varo meremas rambutnya dengan kasar. Varo harus bisa menemukan sebuah cara untuk membuat Angel bersamanya.
Apapun cara itu akan Varo lakukan. Ya. Apapun walaupun itu cara kotor asalkan ia tak kehilangan Angel.
Sebutlah semua kegilaan Varo karena Angel. Harusnya kalian tau, penyebab Varo menjadi psikopat karena Angel.
Semua ini karena Angel.
Karena cintanya bukan rasa penasaran yang mendalam lah Varo nekat.
🏵