Angel menatap dirinya di kaca yang berada di butik tempat ia membeli gaun yang akan ia pakai untuk "berburu" malam ini.
Dress warna hitam yang cantik dan tentu saja harusnya bisa dibuat bergerak bebas. Angel meletakkan satu pistol di paha kirinya dan beberapa belati di kaki kanan
dan kirinya.
Silver melihat itu tersenyum. Angel sungguh bersemangat karena akan bertemu dengan kakaknya yang lama ia cari.
"Lo yakin pakek pakaian itu Ngel?."
Angel menatap dirinya di kaca dan mengangguk yakin.
"Emang apa yang salah pakai dress?."
Rai menilai penampilan Angel yang hampir bisa dibilang mirip cewek nyata. Oke selama ini Angel selalu memakai celana dan tentu saja cuek terhadap penampilannya.
Teo yang baru masuk ke butik dan disuguhi pemandangan langka yang hampir jarang dilihat membuat Teo terpaku.
"Njir malaikat turun dari neraka."
Angel menatap datar Teo. Silver dan Rai jangan lagi ditanya. Mereka menahan ketawa.
"Ekhem.."
Angel berdehem dengan mengangkat sebelah tangan kanannya sebagai ancaman dan peringatan untuk berhenti tertawa.
Dengan sigap mereka berdehem dan menormalkan wajah mereka dan berhenti tertawa.
"Hari ini kita bakal ke Restauran Hotel Indah Dua untuk menangkap Gio. Kabar baiknya kita juga dapat misi untuk menghentikan Varo yang akan menyakiti anak gadis menteri keuangan. Dan yang paling utama mereka juga hadir maksud ku mereka juga akan ada disana. Ada pertanyaan?."
Rai mengangguk tanda paham dengan misi mereka. Silver dan Teo saling berpandangan dan tersenyum ke arah Angel.
"Jadi, nanti siapa yang akan ke Varo dan siapa ke Gio?."
Angel menatap mereka.
"Gue.. ke Varo. Kalian ke Gio. Kalau urusan Varo udah selesai baru gue nyusul kalian."
Mereka mengangguk. Segera mereka meluncur ke arah tujuan misi mereka karena waktu sudah menunjukkan pukul 8.56 a.m.
Angel merasa gugup dan cemas secara bersamaan karena ia akan bertemu dengan kakaknya.
Teo yang menyetir dengan kecepatan yang bisa dibilang normal untuk standar Angel, sedari tadi fokus dan tentu saja membuat beberapa orang mengumpat ke arah mobil yang mereka tumpangi.
Semakin cepat Teo menyetir maka waktu yang mereka butuhkan untuk tiba di hotel Indah Dua hanya 7 menit. Mempersingkat waktu yang seharusnya 24 menit dari butik.
Angel turun dengan anggun setelah pintu mobilnya dibuka oleh Rai yang malam ini akan menemaninya menjaga Varo. Sedangkan Teo dan Silver ia yakin bisa "menjaga" kakaknya dengan baik selagi ia mengawasi Varo.
Angel masuk ke dalam hotel dan disambut beberapa pegawai yang sebenarnya adalah agen yang ditugaskan Angel untuk menyamar dan mengawasi keadaan.
Angel mengangguk ke arah pegawai laki-laki yang name tagnya bertuliskan Hans. Hans yang mengerti menuntun Angel dan Rai ke arah restauran hotel tersebut.
Angel melebarkan sayap pandangannya ke penjuru restauran. Disana ia melihat Varo bersama seorang wanita yang ia yakini target berikutnya.
Hans menuntun mereka ke meja yang sangat dekat bahkan bersebelahan dengan meja Varo.
Angel duduk dan tersenyum saat Rai memundurkan kursi untuk ia duduki. Semua hal itu tak luput dari lirikan sinis Varo.
"Sweetheart, kau mau makan apa?."
Rai menatap Angel yang asik melihat menu. Angel tersenyum membalas tatapan Rai dan melalui matanya ia memperingati Rai untuk tak berbicara sembarangan.
"Aku makan sama dengan punya mu, dokter Rai."
Rai memesankan makanan yang sama untuknya dan Angel.
"Jangan panggil diriku dokter. Kita di lingkungan luar bukan rumah sakit lagi."
Rai mengedipkan sebelah matanya dengan senyum sejuta mautnya. Angel ingin muntah melihat sikap playboy cap kadal Rai yang kambuh.
"Haruskah ku panggil kakak?."
"Kenapa kakak? yang lain dong."
"Kau senior ku. Untuk menjaga sopan santun, maka ku panggil dirimu kakak saja. Kau sudah seperti kakak untuk ... ku."
Angel menatap tak percaya pandangan di depannya. Gio bersama anak buahnya duduk tak jauh dari tempat duduknya. Gio yang merasa diperhatikan pun membalas tatapan Angel.
"Kak Gio!?."
Rai yang penasaran pun ikut menoleh ke arah belakangnya. Rai kaget dengan keberadaan Gio yang di sana. Bukankah mereka menghuni ruang VVIP?.
Rai menyentuh tangan Angel untuk menyadarkannya akan kebetulan ini.
"Angel, fokus."
Angel menatap Rai dan mengangguk. Varo melihat genggaman tangan Rai di tangan Angel pun merasa panas. Tak ada seorang pun yang boleh memegang tangan wanita Varo.
Varo hampir akan berdiri tapi terhenti karena suara tembakan dari arah belakang. Varo melihat ke belakang dan terlihat beberapa orang berseragam jas hitam mengerubungi seorang wanita yang menodongkan senjata ke arah laki-laki berjas putih.
Varo menoleh ke arah Angel yang tiba-tiba berdiri dan menerobos kerumunan. Varo berdiri ingin melihat apa yang terjadi tapi ternyata saat tiba di depan kerumunan orang-orang ia malah melihat Angel yang sudah berada di antara laki-laki berjas tadi.
Sebuah belati bertengger dengan indah di leher kanan Angel yang seperti kapan saja bisa menggores leher mulus Angel.
Angel tenang dan menatap Gio dengan tatapan membunuh. Gio yang ditatap seperti itu pun merasa mendadak sesak di hatinya.
"Biarkan semua orang keluar dari sini."
Angel berkata dengan dingin. Gio merasa kalau adik kecilnya bukan lagi gadis yang manis.
"Boss, pergilah. Biar kami yang urus."
Laki-laki yang menyandera Angel semakin mengeratkan belatinya di leher Angel dan membuat sebuah goresan. Angel meringis begitupun Gio dan Varo yang melihat hal itu.
"FRANS! JANGAN SAKITI DIA! jangan lukai dia lebih dari itu. Ini perintah."
Gio menodongkan senjatanya ke arah Frans. Semua anak buahnya tak menyangka akan hal itu akan dilakukan oleh Gio.
"Boss, aku hanya ingin melindungimu."
Frans membela dirinya.
"Aku tau tapi jangan sakiti wanita itu."
Silver membuat isyarat mata ke arah Rai yang berdiri tak jauh dari laki-laki yang menyadera Angel. Rai mengangguk dan menunggu aba-aba dari Angel.
"Ada istimewanya wanita ini boss?."
Gio menatap Angel dalam dengan sedih dan bersamaan dengan tatapan rindu.
"Dia adikku."
Semua anak buah Gio tercengang. Wanita yang sedang jadi sandera adalah Angel. Adik wanita satu-satunya bossnya yang mereka tau jika boss mereka menaruh perasaan pribadi kepada adiknya itu.
"Adik? heh."
Angel tersenyum meremehkan ke arah Gio. Frans yang agak terpancing emosi pun mengeratkan belati di leher Angel. Gio dan Varo meringis merasa ngilu dan sakit saat lagi-lagi darah segar mengalir di leher Angel.
"FRANS!."
Gio berteriak nyaring saat lagi-lagi darah segar mengalir dari leher cantik Angel.
"Walaupun boss sangat menyayangi dia, tapi dia tetaplah musuh bos. Pergilah bos."
Gio menatap sendu ke arah Angel.
"Jika kau menyakiti dia lebih dari ini maka aku sendiri yang akan menghabisimu."
Gio berjalan pergi diikuti rombongannya tapi terhenti saat Angel mengatakan sesuatu yang membuat Gio merasakan sakit hati.
"Pergilah."
Suara dingin nan arogan itu menusuk hati Gio.
"Pergilah yang jauh. Jangan kembali. Anggap saja kau bukan kakak ku lagi. Anggap saja kau tak pernah mengenal ku."
Gio berbalik menatap Angel dengan tatapan terluka.
Sebegitu bencikah Angel pada Gio?
🏵