Angel merasa kalau akhir-akhir ini ia sering sekali merasa diawasi. Tapi Angel tak yakin jika ia memang sedang diawasi karena setiap saat Angel begitu waspada terhadap lingkungan sekitar.
Angel memandang dokumen di depannya atau lebih tepatnya undangan.
"Mi.."
"Sttt..."
Mama Angel menutup mulut anaknya agar tak protes.
"Diam deh untuk saat ini. Mama lagi nentuin desain undangan acara tunangan kalian ini."
Angel memutar matanya jengah. Hari ini ia libur tetapi kenyataannya ia lah yang meliburkan diri. Bertemu pasien di pagi hari sampai sore hari begitu melelahkan dan malamnya Angel harus begadang karena misi membuatnya tambah lelah.
Belum lagi dengan keposesifan Varo yang tambah membuat Angel berkali lipat lelah.
Ting
Angel membuka pesan masuk dan ternyata dari Teo.
From Terong
Gavin
To Terong
Wait
Ternyata Gavin tak mau bicara. Angel menghembuskan nafasnya dan menengok ke arah maminya yang masih fokus tentang undangan.
"Mi..."
"Diem."
Fine. Angel diam tapi kerjaan menunggunya dan tak bisa menunggu karena hari ini juga laporan tentang intrograsi Gavin harus disetor atau si tua bangka maksundnya atasannya (ayahnya) akan mencak-mencak.
"Mi.. Angel harus pergi."
"Kemana?."
Akhirnya perhatian maminya Angel teralihkan dari undangan sialan itu.
"Mereka butuh Angel."
"Pergilah dan pulang sebelum jam 7. Varo bakal ikut kita makan malam."
Varo lagi.
Bahkan Angel dapat melihat Varo puluhan kali dimanapun ia berada. Kecuali markas tempat kerjannya.
"Fine."
Angel langsung pergi tanpa mau mendengar ocehan maminya dan mengendarai mobil kesayangannya yang sudah berumur 7 tahun.
Angel berhenti disebuah bangunan klasik tapi mewah. Siapapun tak akan menyangka jika ini adalah markas atau kantornya tapi kalau dilihat dari luar saja ini lebih mirip sebuah pendopo.
Biasa Alibi.
Angel berjalan masuk dan disambut oleh agen yang bertugas menerima tamu. Angel hanya tersenyum dan segera pergi menuju ruang neraka.
Angel mengintip dari kaca kecil yang disediakan di depan pintu ruang neraka. Angel menatap datar Gavin yang sedang santai bahkan terlampau santai.
Dari profil yang ia baca kemarin, Gavin membenci katak. Angel tersenyum miring sambil melihat bungkusan yang ia bawa.
Sebelum ke sini, Angel mampir ke sebuah rumah makan khusus yang menyediakan makanan tradisional dari berbagai dari daerah di Jawa.
Ini adalah makanan spesial baut Gavin.
Angel membelinnya sangat jauh dan butuh tenaga. Tentu saja ini istimewa.
Angel membuka pintu dengan kasar dan mengejutkan semua yang ada di dalam. Gavin yang tadinnya kakinya berada di atas meja ia turunkan saat melihat tatapan tajam tak bersahabat dari Angel.
Gavin gugup. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia takut akan tatapan seorang wanita.
"Sepertinya kau menikmati hidup mu disini, Tuan Gavin?."
"Ehem.. disini mereka membuat ku nyaman seperti di rumah."
Gavin menormalkan suarannya agak tak tampak gugup.
Angel meletakkan barang yang ia bawa ke meja.
"Silver, ambilkan piring. Aku bawa makanan spesial untuk Gavin."
Angel tersenyum misterius dan membuat Teo, Rai maupun Silver merinding seketika. Tak ada makanan maupun apapun yang dibawa Angel ke ruang neraka yang bisa disebut normal dan bisa dimakan.
Silver pergi menuruti perintah Angel. Angel duduk di dekat Gavin dan tersenyum ke arahnya.
"Sudah 3 jam berlalu dan tak membuahkan hasil. Let's see. We will see. I will make you open your own mouth."
Gavin merinding. Teo berdehem dan melirik Rai yang duduk dengan tenang tanpa ekspresi.
Silver datang dan segera membuka bungkusan yang dibawa Angel tadi. Mereka kaget saat melihat makanan yang berasal dari katak.
Silver ingin muntah melihat masakan katak ini. Teo dan Rai menatap ngeri makanan yang dibawa Angel. Sedangkan Gavin? Dia ketakutan ditempat.
"Teo, pegang Gavin."
Angel mengambil makanan dari katak itu dan membawanya mendekat ke Gavin. Gavin yang merasa kematiannya dekat segera memberontak tapi tertahan dengan energi Teo.
"Ah.. lihat ini Gavin. Aku membawakan mu makanan enak. Dulu waktu kecil aku suka makan ini."
Angel mengangkat sendok berisi daging katak. Silver membekap mulutnya dan segera keluar. Rai menahan rasa jijiknya.
"SINGKIRKAN ITU!."
"No... it's for you. How do I throw it away if it's made specifically for you? Tak gampang mendapatkan ini. Nama makanan ini Swike. Makanan khas Purwodadi."
Angel menjejalkan makanan itu ke dalam mulut Gavin. Tentu saja Gavin memberontak tetapi lagi-lagi usahanya gagal karena tangannya dipegang erat oleh Teo dan mulutnya dibuka kasar oleh Rai.
Angel tersenyum jahat saat Gavin memuntahkan segala makanan yang tadi dimasukkan Angel dan lemas. Angel mendekati Gavin yang lemas.
"Katakan segala yang kau tau. Hanya kejujuran dari mulut busukmu yang ingin ku dengar bukan nonsense. Aku membawa banyak Swike kalau kau tak mau bicara."
Gavin pasrah.
"Aku.. akan bicara apa yang ku tau."
"Good Boy."
Hampir 2 jam interogasi berjalan dan selama itu Gavin menghabiskan 2 piring full Swike dan berakibat ia pun pingsan karena selalu muntah.
Segala informasi yang ia butuhkan dari Gavin sudah ada ditangan Angel. Teo dan Rai sudah berada di klinik karena mereka mual. Silver? dia tersenyum saat menerima laporan interogasi itu.
Dia senang karena hanya menonton dari luar dan tak masuk. Jika ia masuk sudah dipastikan ia sudah pingsan dari awal.
"Ngel, lo gak bohong soal lo dulu waktu kecil makan makanan khas itu?."
Mereka berjalan keluar bersama.
"Aku makan itu waktu kecil. Karena tak ada makanan lain dulu."
Angel mengecilkan suarannya saat mengatakan tak ada makanan lain waktu itu.
Angel tak suka orang mengorek masa lalunnya.
"Ayo pulang. Aku lelah."
"Kuy!!!."
Angel segera menuju mobilnya dan menuju ke rumahnya. Angel tak ingin membuat maminya kecewa karena ia terlambat pulang.
Ini pukul 17.50 p.m.
Angel masih punya waktu untuk bersiap-siap. Angel mengemudi dengan kecepatan biasa dan terkejut saat sampai di rumah sudah ada beberapa mobil tamu terparkir.
Angel menatap plat nomor mobil itu dan menghembuskan nafas pasrah. Varo ada disini.
Angel masuk dan disuguhi pemandangan keluarga Varo memang ada disini dan sedang bercanda ria dengan ayahnya.
"Ayah.."
Ayah Angel yang sedang berbicara pun tersenyum saat melihat anaknya pulang.
"Kata mami tadi kamu pergi dan bakal pulang sekitaran jam 6 sore. Kenapa jam segini sudah balik?."
Angel menatap ayahnya datar.
"Ayah.. lihat jam."
Angel menunjuk jam yang berada di dinding kiri Angel. Sang ayah tertawa saat menyadari jika jam sudah menunjukkan jam 18.13 pm.
"Ayah tak sadar sudah jam segini aja. Kamu mandi sana."
"Iya ayah. Saya permisi om tante."
Orang tua Varo tersenyum dan Angel segera pergi tanpa pamit ke Varo.
Angel malas dan lelah.
Lelah menghadapi Varo dan kenyataan yang akan ia hadapi sebentar lagi.
🌼 TBC 🌼