Angel mengurung dirinya di dalam kamar dan tak membuka pintu untuk siapapun. Angel ingin sendiri. Angel lelah.
Riyan sekarang pasti sedang diinterogasi oleh tim Kai. Harusnya Angel ikut tapi Angel tak mau.
Angel tak ingin membuat hatinya tambah bersalah.
Tok Tok
"Angel.. ini aku.. Varo."
Angel menulikan kupingnya dari gedoran pintu.
"ANGEL!."
"..."
**Tok Tok Tok
Tok Tok Bug
"**Angel! Buka pintunya."
Angel menghembuskan nafas lelah. Angel tak ingin melihat Varo.
"Pergilah."
Angel tak ingin melihat wajah Varo sekarang.
"Buka atau pintu ini akan ku dobrak. Kau tau aku tak pernah main-main dengan perkataan ku. Ku hitung sampai 3. Satu..."
Dengan kesal Angel segera bangkit dari acara rebahannya dan membuka pintu.
Pertama kali yang ia lihat adalah bunga. Varo tersenyum sambil membawa sebuket bunga tulip.
"Mau apa kau datang kemari?."
Angel hanya memandang bunga di depannya tanpa mau menerimanya.
"Aku bawakan kau bunga."
Angel hanya memandang datar sodoran bunga dari Varo.
"Angel.."
Dengan ogah-ogahan Angel menerima bunga itu.
"Katakan apa mau mu?."
Varo menerobos masuk ke dalam kamar Angel. Varo tiduran di kasur Angel yang acak-acakan.
"Varo..."
Angel meletakkan bunga itu di meja riasnya.
"Aku hanya ingin melihat mu saja."
Angel memutar matanya malas.
Ting
Angel segera mencari keberadaan ponselnya dan segera membuka notif yang masuk.
From Kai busuk
Riyan nyariin lo
Angel hanya menatap datar pesan masuk dari Kai. Angel segera mengalihakan perhatiannya ke arah Varo yang tiduran di kasurnya dan melihatnya.
"Aku ada pekerjaan mendadak. Ada keluarga pasien ku yang mengamuk."
Varo bangkit dari tidurannya dan menghampiri Angel. Entah bagaimana ceritanya Varo memeluk Angel. Angel hanya terdiam tanpa membalas pelukan Varo.
"Tak bisakah kau tetap disini?."
Angel melepaskan tangan Varo dari dirinya tapi Varo malah tambah mengencangkan pelukannya.
"Tuntutan pekerjaan."
Varo akhirnya melepaskan pelukannya dan tersenyum ke Angel.
"Tak bisakah kau berhenti dari pekerjaan mu? kita akan menikah. Nantinya kau tak perlu lagi untuk bekerja. Aku akan memenuhi semua yang kau mau."
Angel menatap datar Varo.
"Kau tak bisa mengatur ku."
"Angel.."
"Kita punya kesepakatan. Kau urus urusan mu dan aku mengurus urusan ku. Pekerjaan ku adalah dokter psikolog dan itu akan terus ku lakukan. Jangan kira hanya karena akan menikah maka kau bisa mengatur ku. Aku suka kebebasan."
"Bukam maksud ku..."
"Kau melakukannya. Kau mengekang ku."
"Angel... dengarkan aku dulu. Aku tak bermaksud mengekang mu. Aku hanya tak ingin kau lelah saja."
"Kalau ku katakan pekerjaan ini membuat ku hidup, apa kau masih akan melarang ku bekerja?."
"Tidak .. Tentu saja tidak. Tapi apa kata semua orang nanti."
Angel tersenyum sinis.
"Aku tak perduli dengan omongan orang lain. Ini hidup ku. Bukan hidup mereka."
"Aku tau itu tapi tetap saja ini tentang harga diri kita."
Angel lagi-lagi tersenyum sini.
"Harga diri kita?."
"Angel.. Keluarga ku.. maksud ku reputasi nama ku.."
Angel melepaskan tangan Varo yang daritadi di pundaknya.
"Reputasi? Sepertinya harga diri mu terlalu tinggi. Batal kan saja rencana pernikahan kita. Itu akan lebih baik untuk reputasi mu."
Varo kaget dengan perkataan Angel.
"ANGEL!."
Varo membentak Angel tanpa ia sadari. Saat sadar Varo segera menggapai tangan Angel tapi Angel mundur satu langkah.
"Keluar."
Angel menunjuk pintu kamarnya.
"Maafkan aku Angel.. Sungguh.. aku tak sengaja membentak mu."
Varo masih berusaha menggapai tangan Angel tapi lagi-lagi Angel tepis.
"Keluar.. KELUAR!."
Angel segera menyeret Varo keluar dari kamarnya dan membanting pintu kamarnya lalu menguncinya.
Angel akhirnya menangis juga.
Ia lelah.
Varo hanya menambah rasa lelah fisik dan hatinya. Angel sungguh muak dengan semua ini. Angel bersandar pada pintu kamarnya dan merosot ke bawah.
Angel menangis dalam diam. Hanya air mata yang mengalir. Angel melipat lututnya dan menangis diantara kedua lututnya.
Varo masih di depan kamar Angel dan menyesal telah membentak Angel. Harusnya tadi ia tak membentak Angel.
Varo meletakkan kepalanya di pintu. Ia menyesal.
"Angel.. maafkan aku. Maafkan aku. Jangan marah Angel.. aku tau aku salah.."
Angel masih tetap dalam posisinya.
Nada dering dari ponsel Angel membuyarkan lamunan Angel. Segera Angel mengangkat telepon masuk.
"Hallo.."
"Angel.. kita diserang."
Angel melihat ponselnya dan tertera nama Kai.
"Apa maksud mu?."
Angel dapat dengan jelas mendengar suara tembakan dari sebrang sana.
"Kai.. ada apa?."
Angel segera mencari pistolnya dengan tetap memegang ponselnya.
Segera Angel memakai peralatan berburunya. Karena terburu-buru Angel hanya membawa 2 pistol. Angel membuka laci bawah dekat ranjangnya. Disana ada pistol kesayangan Angel.
Angel mengambil pistol itu. Pistol Glock 20.
image
Angel segera menyembunyikannya di belakang punggungnya. Angel melihat ponselnya dan tak melihat tanda-tanda Kai akan membalasnya. Segera Angel memakai jaketnya dan menghapus jejak air matanya.
Angel keluar dari kamar dan terkejut saat melihat Varo yang masih di depan kamarnya.
"Angel.. kau.."
Angel tak menggubris Varo dan segera turun ke bawah.
Angel segera masuk mobilnya dan memacu kecepatan tinggi. Kali ini Angel memakai mobil sportnya. Tanpa Angel sadari Varo mengikutinya.
Angel yang sedari tadi berusaha menghubungi Kai atau siapapun yang bisa ia hubungi akhirnya melirik ke belakang.
Angel melihat mobil yang mirip punya Varo sedang membuntutinya. Segera Angel memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Varo memukul setir mobilnya saat ia tak bisa mengejar Angel. Mobil-mobil di depannya seakan menghalanginya.
Angel segera mnecari jalan alternatif yang berliku-liku menuju markasnya dan tentu saja Angel berhasil kabur dari Varo.
Angel segera memarkirkan mobilnya sembarangan saat melihat sudah banyak polisi dan tentu saja banyak orang juga.
Segera Angel berlarian menembus kerumunan menuju ke depan. Angel dapat melihat banyak sekali agen yang terluka dan ada yang terbunuh. Angel akan maju masuk ke dalam markas tapi langkahnya dihentikan polisi.
"Nona.. Anda tal boleh memasuki wilayah ini."
"Saya harus masuk pak."
Polisi itu mengamati Angel yang di pinggangnya ada 2 pistol.
"Nona membawa pistol?."
Segera Angel mengambil lencana identitasnya. Polisi itu kaget dan segera mempersilahkan Angel lewat.
Angel segera masuk dan melihat banyak sekali orang yang terluka maupun mati. Angel segera menuju sumber suara tembakan.
Angel bersembunyi karena ada suara langkah mendekat ke arahnya. Segera Angel mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke samping.
Angel kaget saat orang yang ia todongkan senjata adalah..
🏵
TBC
🏵