Arya tersenyum manis saat tau jika wanita yang baru saja ia selamatkan memang Angel. Tadinya Arya berfikir bukan Angel, tapi setelah melihatnya langsung ia jadi yakin jika itu memang Angel.
Angel segera menegakkan badannya dan tersenyum ke Arya. Sebenarnya jantung Angel berdetak tak karuan. Mungkin karena kaget karena hampir diserempet mobil. Bukan karena perasaan masa lalunya.
"Terima kasih."
"Lain kali hati-hati. Ngomong-ngomong.. apa kita.. pernah bertemu sebelumnya?."
"TIDAK!.. maksudku mungkin."
Arya terkekeh pelan. Reaksi Angel masih sama seperti yang ia harapkan.
"Apa kabar Angel?.. udah lama ya.. um.. mungkin hampir 6 tahun kita gak pernah bertemu."
"Iya ya udah lama."
"Kamu masih inget aku kan Ngel?."
"Arya kan? ketua osis yang galak itu?."
"Maybe."
Suasana canggung yang tercipta entah karena apa membuat Angel sadar akan sesuatu.
Rumah sakit.
"Sh*t ! Laporan ku."
Angel segera menengok kanan dan kiri mencari kendaraan apapun yang bisa ia tumpangi. Arya menepuk pundak Angel.
"Angel.. kau mencari apa?."
"Tumpangan."
Arya tersenyum.
"Mau ku antarkan? kebetulan aku bawa mobil.. disana."
Arya menunjuk mobil berwarna hitam di bawah pohon. Satu-satunya mobil yang terparkir. Angel tak berfikir lama dan langsung mengangguk.
"Tapi.. aku tidak merepotkan mu bukan?."
"Tidak."
"Yakin?."
"Iya. Yakin."
"Ayo."
Tanpa tau diri Angel mendahului Arya. Angel sebenarnya agak malu melihat Arya apalagi jantungnya tak mau berhenti berdetak kencang. Kalau berhenti berdetak maka Angel mati dong.
Angel berhenti di samping pintu penumpang mobil Arya.
"Kenapa?."
Arya mengangkat sebelah alisnya.
"Em.. gak sopan banget aku masuk duluan, padahal ini kan mobil mu."
Arya terkekeh pelan dan membuat detakan jantung Angel bertambah kencang.
"It's okay. Ayo masuk."
Arya masuk ke dalam mobil diikuti Angel.
"Kamu mau kemana?."
"Rumah sakit XXX..X."
"Oke."
Arya segera melajukan mobilnya ke arah rumah sakit yang dimaksud Angel. Selama perjalanan kurang lebih 15 menit, mereka diselimuti keheningan.
Angel keluar dari dalam mobil Arya ketika mereka sudah sampai di depan rumah sakit. Arya juga ikutan keluar dari mobil dan mendekat ke arah Angel.
"Kok kamu ikutan turun?."
Angel menatap penasaran Arya.
"Calon istri ku lagi sakit dan di rawat di sini."
"Oh.."
Mendadak hati Angel sakit setelah mendengar perkataan Arya. Ternyata Arya sudah akan menikah.
Arya dan Angel berjalan beriringan. Beberapa suster dan dokter yang kenal Angel, menyapanya atau sekedar melambaikan tangan.
Mungkin kalau dari segi penglihatan mereka, Arya itu ganteng dan mungkin adalah pacar Angel yang selama ini digosipkan.
"Angel.."
"Hmm..."
"Kamu.. di sini jadi apa?."
"Hanya dokter psikolog."
Angel berhenti berjalan dan menatap Arya.
"Aku akan belok ke kiri."
Arya sadar jika tujuan mereka berbeda.
"Yah.. aku lurus."
"Kalau begitu salam untuk calon istri mu. Bye."
Tanpa basa basi Angel segera pergi meninggalkan Arya yang masih menatapnya.
"Kau mungkin tak tau Ngel, gimana perasaan ku pada mu selama ini. Mungkin kita memang gak jodoh."
Arya segera pergi untuk menemui calon istrinya yang sedang sakit.
Angel menatap pintu ruang kerjanya yang sudah ia tinggal lama. Angel menarik nafas panjang. Mungkin hari ini ia tidak hanya menulis laporan tentang sakitnya tetapi juga menyelesaikan setumpuk berkas rekap pasien.
Dan benar saja, saat Angel membuka pintu ia melihat dua tumpukan kertas setinggi setengah meter. Angel segera duduk dan menulis laporannya.
Krrr Krrr Krrr Krrr
Ponsel Angel bergetar dan tanpa melihat nama siapa yang menelepon langsung menjawab telepon masuk.
"Halo?."
"Angel.."
Angel segera melihat nama yang tertera di ponselnya. Ayahnya.
"Ya Ayah. Ada apa?."
"Apa kau melihat map hijau di meja kerja mu di rumah sakit?."
Angel segera mencari apa yang dimaksud ayahnya. Setelah ketemu Angel membukanya.
"Apa ini ayah?."
"Ayah lupa bilang, kau akan segera mendapatkan tugas untuk menggantikan posisi ku sementara waktu."
Angel memijat pelipisnya karena pusing.
"Ayah tau kan Angel tak mau posisi itu."
"*Ayah terpaksa. Ayah akan di sini lama. Apalagi Kai lagi ada tugas ke China selama 3 bulan. Jadu hanya kamu yang bisa ayah percayai untuk posisi ini."
"*Yah.. kerjaan Angel gimana?."
"Ayah udah berfikir matang. Kamu keluar dari pekerjaan mu ini sekarang dan fokus dengan pekerjaan utama mu."
"Yah.. gak segampang itu yah."
"Kau memilih ayah atau pekerjaan mu?."
"Yah...?."
"Atau kau lebih memilih untuk segera mempercepat pernikahan mu?."
"Omong kosong apa yang ayah katakan?."
"Varo akan kembali ke Indonesia akhir pekan ini. Nanti setelah Varo kembali, acara pertunangan kalian akan segera dilangsungkan tanpa kehadiran ayah maupun mami mu."
"Yah.."
"Sttt.. dengerin ayah Ngel. Kali ini aja. Ini yang terkahir."
Angel melepas kaca mata yang daritadi ia pakai untuk menilis laporan.
"Harusnya dari awal Angel jujur sama ayah. Angel gak siap nikah."
"..."
"Yah...?."
"Terlambat Ngel."
"Gak ada kata terlambat yah. Kita bisa batalin pernikahan ini."
"Lakukan saja seperti yang ayah katakan. Jangan lakukan hal gegabah. Varo menyukai mu dan ini juga bagian dari misi mu untuk menyembuhkan Varo."
Angel menghela nafas lelah.
"Fine."
Angel langsung mematikan panggilan dari ayahnya. Angel memutar kursinya ke belakang yang menampakkan pemandangan taman samping rumah sakit lewat jendela kecil.
"Memang dari awal.. aku tak pernah bebas."
Tak pernah bebas memilih jalan hidup ku sendiri.
Angel merogoh saku celananya dan menampilkan secarik kertas yang berisi pesan pendek dari Riyan. Ketas ini terselip di makanan yang di antar suster dulu saat Angel masih terpenjara di rumah sakit.
***Hei adikku
Kakak menyesal telah membuat mu menderita sendirian
Tapi bisakah kau membantu kakak mu ini sekali lagi?
Bantu kakak untuk memimpin geng kakak
Temui Glen, anak buah kepercayaan ku di Cafe Griffin tanggal 23 Agustus jam 10 malam.
Kakak sangat butuh bantuan mu.
Kakak bodoh mu
Riyan***
Angel tersenyum kecut saat membaca pesan dari Riyan. Satu lagi beban yang harus ia pikul. Tak mungkin Angel membiarkan klan kakaknya hancur.
🏵
TBC
🏵