"Angel.. bangun. Ini kakak Angel."
Angel membuka matanya saat pipinya ditepuk-tepuk oleh Riyan. Air mata Gio dan Riyan saling bergantian jatuh ke pipi Angel.
"Ah.. rasanya sakit."
Angel meringis saat dada kirinya sakit. Riyan menggengam tangan kanan Angel dan Gio memangku Angel. Sedangkan ayahnya memegang tangan kirinya.
"Dingin."
Riyan segera melepaskan jaketnya dan meletakkannya di tubuh Angel.
"Angel.. mereka akan segera datang."
Asisten ayahnya sedari tadi menghubungi beberapa ambulans dari rumah sakit.
"Ayah.."
Angel menatap sendu pada ayahnya.
"Sampaikan rasa terima kasih ku kepada Mami karena udah menyayangi Angel. Angel sangat sayang mami.. juga sama Ayah. Maafkan Angel jika selama ini Angel nakal."
"Jangan katakan apapun lagi."
"Kakak.."
Angel menatap Gio dan Riyan gantian.
"Kalian harus akur. Kalian hanya dimanfaatkan oleh si jalang itu. Kakak sadar kan?."
Gio dan Riyan mengangguk.
"Jangan lakukan hal itu lagi. Angel takut."
Angel entah kenapa merasa mengantuk diantara rasa sakit yang menyerang dada kirinya.
"Angel ngantuk. Angel ingin tidur."
"Jangan.. tutup mata mu. Lihat kakak Angel."
Gio menangis saat Angel sesekali menutup matanya. Riyan jangan tanya lagi. Ia juga menangis.
"Tetap sadar Angel."
Ayah Angel segera berdiri dan memarahi asistennya karena ambulans bersama para medis tak kunjung sampai.
Riyan sudah menangis histeris saat tangan Angel dingin. Gio segera menggapai tangan kiri Angel.
"Angel.. lihat kakak."
Angel melihat Gio.
"Maafkan Angel kak. Angel ngantuk. Angel ingin tidur."
"Lihat kakak.. lihat.. kakak.."
Gio menangis hebat saat Angel tersenyum melihatnya dan menutup matanya. Semua anak buah Gio dan Riyan sudah menyerah dan ditawan oleh pasukan Ayah Angel.
Mereka juga sedih saat melihat bos mereka menangis di depan mereka karena adik mereka.
Ayah Angel jatuh terduduk saat melihat kedua anaknya menangis hebat. Gio memeluk Angel yang terdiam dan matanya tertutup.
"Tidak.."
Ayah Angel segera menghampiri anak-anaknya.
"Angel.."
Ayah Angel merebut tubuh Angel dari Gio. Ayah Angel segera menutup darah Angel yang mengalir terus menerus.
Ayah Angel memeriksa nafas Angel yang terputus-putus. Setidaknya Angel masih bernafas.
"Angel.. ayah disini. Ayah janji.. ayah.. tak akan pernah memaksa mu lagi. Angel.. dengarkan ayah.. ayah.."
Ayah Angel tak kuasa menahan tangisnya saat Angel tak merespon semua panggilannya.
Gio menangis dan terdiam. Gio tiba-tiba berdiri dan menyeka air matanya.
"Dimana Fani?."
Riyan juga berdiri lalu menghampiri asisten ayahnya.
"Dimana si jalang itu?."
Ayah Angel juga ikutan berdiri setelah meletakkan tubuh Angel hati-hati.
Tanpa aba-aba Ayah Angel pergi. Gio dan Riyan mengikuti ayahnya dari belakang.
Tubuh Angel yang terluka segera diambil alih oleh tim medis yang datang berbondong-bondong.
🏵
Angel merasa jika dirinya pasti akan mati. Tapi kenyataannya ia masih bisa hidup karena Angel masih bisa membuka mata.
Angel melirik kanan dan kirinya dan ingin duduk. Angel meringis saat dada kirinya terasa sakit. Angel melirik dadanya yang diperban.
Angel melihat seseorang yang sedang tertidur di sofa yang ada di ruangan ini.
Itu mami Angel.
"Ma.. mi.."
Suara Angel serak dan tenggorokannya sakit.
"Ma.. mi."
Maminya tak bangun dan membuat Angel frustasi karena suaranya serak dan tak bisa berbicara.
Segera Angel memencet tombol yang ada disamping tempat tidurnya. Tak lama kemudian ada seorang dokter dan suster datang dan segera memeriksa Angel.
"Nona.. tahan sebentar ya."
Dokter itu segera mengganti perban Angel. Angel meringis saat perban itu mengenai lukannya.
"Berapa lama.. saya.. disini?."
Dokter yang sedang fokus mengganti perban luka Angel pun mendongak.
"Kalau perhitungan saya benar, nona Angel disini sudah hampir 1 bulan."
Angel kaget dan shock. Selama itukah ia membusuk disini.
Mami Angel yang terusik oleh suara orang akhirnya bangun dan kaget saat melihat Angel yang sedang duduk.
Mami Angel segera mendekati anaknya yang hampir satu bulan ini tidur sambil menangis.
Dokter dan suster yang tadinya sedang mengganti perban Angel segera menyingkir karena tugasnya sudah selesai.
Angel tersenyum ke arah maminya yang sedang mendekat dan menangis.
"Ma..mi.."
Mami Angel menangis hebat dan segera memeluk anaknya karena dapat mendengar suara anaknya lagi.
"Angel..."
Angel merasa dadanya sakit dan segera melepaskan pelukan mamanya.
"Maafin mami. Mami lupa. Sakit ya?."
Angel menggelengkan kepalanya.
"Ti..dak mi."
"Istirahatlah. Mami mau ngabarin ayah mu dulu."
Angel menganggukan kepalanya. Mami Angel membantu Angel berbaring dan menyelimutinya lalu berjalan pergi sambil menelepon.
Angel penasaran bagaimana nasib si jalang itu. Angel mencari ponselnya dan memeriksanya. Banyak sekali telepon masuk tak terjawab dari berbagai orang dan ratusan pesan masuk.
Angel akhirnya malas membuka pesan mereka dan segera menutup ponselnya. Angel menatap langit-langit kamar inap ini.
Fikiran Angel melayang ke kejadian dulu. Hampir saja kedua kakaknya saling membunuh lagi.
"Ini.. sepadan."
Ya, pengorbanan Angel yang ingin pura-pura menembak kepalanya sendiri untuk menghentikan kedua kakaknya nyatanya berhasil. Hanya saja eksekusinya Angel benar-benar tertembak.
Wanita jalang itu memang harus ia bunuh dari dulu. Angel menyesal telah melepaskan wanita jalang itu.
Angel ingat akan sesuatu.
Alvaro.
Angel tak menerima telepon maupun pesan dari Varo tadi. Angel memejamkan matanya untuk mengingat semua mimpinya saat tidur kemarin.
Tak ada suara Varo sedikitpun.
Kemana Varo selama ini dan kenapa dia tak ada disini disaat dia butuh support.
Angel tersenyum kecut. Varo pasti lebih memilih pekerjaannya daripada Angel. Tentu saja karena Angel..
"Because I'm.. nothing."
🏵
TBC
🏵