🏵Sebelum kejadian penyergapan
Kai masih menginterogasi Riyan yang tak mau berbicara.
"Apa kau akan diam sepanjang waktu?."
Riyan hanya diam dan memandang datar Kai.
Kai yang masih sabar sekali lagi bertanya pada Riyan.
"Akan ku tanya sekali lagi. Apa hubungan mu dengan tuan Ervan?."
Diam. Kai segera menggebrak meja. Salah satu anak buah Kai yang juga ada di dalam ruangan ini menyentuh lengan Kai.
"Bos.. Bagaimana kalau kita menggunakan nona Angel?."
Kai tersenyum misterius.
"Ekhemm.. Tak apa kalau kau tak mau bicara. Jika kami tak berhasil menginterogasi mu maka Angel yang melakukannya."
Riyan akhirnya bergerak dan tersenyum.
"Angel?."
"Iya Angel."
"Saya akan berbicara asalkan kau bisa membawa Angel ke hadapan ku."
Kai memijit keningnya. Kenapa tidak dari tadi mereka menggunakan nama Angel.
"Fine."
Kai keluar dari ruang interogasi dan segera mengirim pesan ke Angel. Tak lama kemudian Angel membalas pesannya.
From Devil but Angel
Ogah
Kai ingin sekali membanting ponselnya ke lantai. Tentu saja Angel tak akan mau datang kalau itu menyangkut Riyan.
Segera Kai masuk ke dalam ruang interogasi lagi.
"Angel tak akan datang."
"Maka saya tak akan bicara apapun."
Kai menahan rasa terbakar dalam dirinya. Ingin sekali ia memukul Riyan yang angkuh.
"Kau akan membusuk disini berarti "
"Kalian tak akan bisa menahan ku lama disini."
Kai menatap tajam Riyan yang sedang tersenyum mengejek ke arahnya.
"Kita lihat saja."
Kai segera keluar dari ruang interogasi dan segera menuju ruang kerjanya.
Adam yang meeupakan rekan dekat Kai daritadi membuntuti Kai dari ruang interogasi sampai tempat kerjanya.
"Bos."
Kai yang sedang duduk sambil memegang kepalanya yang sedang pusing akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Adam.
"Ada apa?."
"Apa bos tak memikirkan ucapan Riyan tadi?."
"Yang mana?."
Adam mendekat ke Kai.
"Kalian tak akan bisa menahan ku lama disini."
Kai mengangkat sebelah alisnya.
"Memangnya ada apa dengan ucapannya itu?."
"Bos. Dia itu pemimping gangster bos. Jika bosnya tertangkap maka anak buahnya tak akan diam saja."
Kai baru sadar dan mengerti dengan perkataan Adam.
Kai langsung berdiri dan menggapai pistolnya.
"Kau benar. Perketat keamanan.. "
Ucapan Kai terpotong saat ponselnya berbunyi dan menampilkan nama anak buahnya. Segera Kai mengangkatnya.
"Ada apa?."
"Kita diserang bos! Cepat bos!."
"Fu*k. Adam Ayo."
Adam dan Kai segera berlari ke arah ruang tahanan Riyan. Banyak sekali Agen yang terluka dan tentu saja anak buah Kai juga.
Kai marah dan segera menghubungi Angel. Setelah menghubungi Angel, Kai hampir saja tertembak.
Kai langsung membuang ponselnya dan mengambil pistolnya. Kai menembak para anggota geng yang sepertinya menyelamatkan Riyan.
Adam sudah pergi entah kemana dan Kai harus menghentikan aksi penyerangan ini.
Disisi lain Adam sedang menuju sel Gio dan mengumpat saat Gio sudah hilang. Adam segera berlari ke arah depan ingin mencari Kai tapi ternyata ia malah dapat todongan pistol di kepalanya.
"Nona Angel?."
Angel kaget karena ia hampir saja menembak Adam.
"Adam!."
"Nona.. tidak ada waktu. Kita sedang di serang. Bos sedang menangani pihak Riyan dan sekarang Gio hilang."
"Fu*k."
"Nona.."
"Ayo cari mereka. Aku akan ke arah basement."
"Saya ikut nona."
"Ayo."
Angel dan Adam berlari ke arah basement. Mereka juga beberapa kali bertemu anak buah Riyan karena mereka orang luar.
Angel melihat Kai yang sedang memegangi tangannya. Angel segera menghampiri Kai yang terluka. Adam melindungi mereka.
"Kai.."
"Jangan perduliin gue. Lo kejar abang-abang lo sekarang juga."
Angel melihat ke depan dan terkejut saat kedua geng kakaknya sedang mengarahkan pistol satu sama lain.
"Ini.. perang?."
Kai mencengkeram lengan Angel.
"Lo gak boleh lengah. Ini.. perang. Jika kita kalah maka jabatan kita akan dicopot. Karena dua tawanan berharga hilang sekaligus."
Angel masih setia menatap depan dimana kedua kakaknya kembali saling menodongkan senjata.
Segera Angel maju ke depan dan berjalan pelan. Gio dan Riyan kaget saat sadar jika ada Angel diantara mereka.
Angel melepaskan saku pengaman psitolnya bersama pistolnya. Kai dan Adam yang bersembunyi kaget saat Angel melakukan hal yang akan membunuhnya.
Mereka tak tau jika Gio dan Riyan sangat menyayangi Angel melebihi nyawa mereka.
"Angel.."
Gio memanggil Angel yang sekarang meneteskan air matanya sambil berjalan ke arah mereka. Riyan yang sedang terluka memegangi tangan kanannya pun kaget.
"Kalian mau mengulang kejadian dulu kan?."
Suara Angel serak. Kai dan Adam saling memandang dan tau jika Angel menangis.
"Kalian mau saling tembak bukan?."
Angel berdiri di antara dua kubu itu.
"Angel.. minggir."
Gio hampir saja ingin maju dan menarik Angel untuk menyingkir tapi langkahnya dihalangi salah satu anak buahnya.
"Angel.."
Kini giliran Riyan yang juga ingin maju memeluk adiknya yang menangis tapi juga dihalangi anak buahnya.
Angel meraih pistol Glock 20 yang tersimpan di belakang punggungnya.
"ANGEL!."
Ayah Angel yang datang terlambat bersama pasukannya shock saat melihat kedua anak laki-lakinya bersama anak buah masing-masing saling menodongkan senjata dan ditengah mereka ada anak gadisnya.
Angel mengarahkan pistol Glock 20 ke arah kepalanya. Gio dan Riyan saling memberontak dari halangan anak buahnya.
Angel tersenyum ke arah Gio dan Riyan bergantian.
"Kalian ingin saling bunuh membunuh dari dulu dan sekarang. Dulu karena wanita jalang itu dan sekarang juga pasti karena wanita jalang itu juga."
Angel tersenyum sini. Angel lelah.
"Angel.. JANGAN LAKUKAN! Ayah mohon."
Angel berbalik dan menatap ayahnya.
"Maafkan Angel ayah."
Gio dan Riyan saling berteriak untuk menghalangi tindakan Angel.
"ANGEL.. JANGAN.."
"Angel...!"
Angel menatap ayahnya.
"Dulu.. ibu yang menghalangi kakak untuk saling menembak. Kalian meninggalkan Angel dengan segala beban berat. Angel lelah. Angel tak bisa lagi.. hiks.. menahan semuanya lagi.. Angel ingin egois sekarang."
Angel menutup matanya dan bersiap-siap akan menarik pelatuk pistolnya.
Dor
Semua orang shock saat sebuah peluru menancap di dada kanan Angel. Suara tembakan itu bukan dari pistol Angel melainkan dari orang lain.
Gio segera memberontak dari hadangan anak buahnya dan begitupun Riyan. Mereka segera menghampiri Angel yang akan tumbang.
Gio segera menggapai tubuh Angel yang roboh. Riyan menangis saat melihat mata adiknya yang tertutup tapi air mata tak berhenti mengalir.
Gio juga sama menangis. Gio menatap tajam orang yang sudah menembak adiknya.
Stefani tersenyum bahagia sambil memegang pistol yang ia gunakan untuk menembak Angel. Stefani segera diamankan oleh agen ayah Angel.
🏵
TBC
🏵