Angel dan Kai tersenyum saat melihat Riyan dan rombongan bajingan yang sedang mereka incar berkumpul di dekat mereka.
"Hai."
Angel mengangkat sebelah tangannya tanda menyapa Riyan.
"Siapa nona cantik ini tuan Riyan?."
Riyan menoleh ke arah rekan bisnisnya yang bertanya tentang hubungannya dengan Angel. Riyan memandang Angel dan tersenyum.
"Dia adik ku."
"Oh.. I see."
Angel hanya menampilkan wajah datar. Ia malas untuk tersenyum walaupun cuma sekedar senyum palsu. Kai melirik kanan dan kiri untuk melihat dimana Varo bersembunyi.
"Kakak mau kemana?."
Angel basa basi dengan Riyan agar suasana aneh ini berubah.
"Kakak ada bisnis dengan rekan kakak di kapal itu."
Riyan menunjuk sebuah kapal pesiar yang bagus dan besar. Angel menganggukan kepalanya.
"Lalu.. kenapa kau disini bersama.. dia?."
Riyan menatap tajam dan tak suka ke arah Kai.
"Dia teman ku. Kami sedang menjemput teman kami yang akan datang."
"Oh.. okay. Kakak pergi ya. Jaga dirimu."
Riyan menghampiri Angel dan memeluknya. Angel diam saja tapi salah satu tangannya menggapai pistol yang ada dibalik punggungnya dan mengarahkannya ke perut Riyan.
Sontak saja Riyan kaget saat akhirnya ia dapat memeluk adiknya lagi tapi malah dapat todongan pistol.
"Angel.. kau.."
Mereka masih dalam posisi saling memeluk maaf tapi yang memeluk itu hanya Riyan. Angel tersenyum ke arah Kai dan dengan cepat Kai memberikan aba-aba ke pasukannya untuk segera menyerbu mereka.
Riya melepaskan pelukannya dan menatap Angel denn tatapan sendu.
"Angel.."
"Shhhhhh.."
Angel menggelengkan kepalanya agar Riyan tak berbicara.
"Kakak tak ada hak untuk bicara. Ikuti saja permainan ini. Berbaliklah."
Riyan menatap kecewa Angel tapi ia tetap melaksanakan apa yang Angel mau. Riyan berbalik dan melihat aksi baku hantam dan tembak sana sini.
Riyan tak menyangka jika hal ini akan cepat terjadi. Harusnya malam ini mereka pergi dari daratan ini.
"Kakak lihat."
Angel menodongkan pistolnya ke belakang kepala Riyan.
"Tadinya Angel tak mau melakukan tugas ini. Tapi ayah memaksa."
"Kakak hanya.. sedikit.. kecewa."
"Kenapa? apa karena aku yang jemput kakak? bukan ayah?."
"Bukan itu. Kakak merasa jika ini semua terjadi karena salah kakak."
"Ini semua memang salah kakak."
"Angel..."
"Shhhhh...."
Rombongan bajingan di depan mereka sudah dapat dilumpuhkan dan tergeletak. Kai menghampiri Riyan dan Angel.
"Beres."
Kai memborgol tangan Riyan.
"Good boy."
Angel menjauhkan pistolnya dari kepala Riyan. Jika saja ia tak menjauhkan pistolnya bisa jadi dalam waktu kurang dari satu menit ia akan menembak kepala Riyan.
"Dia jadi urusan mu."
Angel berjalan pergi menajuh dari tim Kai dan para bajingan yang menjadi target mereka.
Riyan yang melihat Angel pergi tersenyum kecut. Adiknya berubah menjadi wanita tangguh.
"Kenapa kau tersenyum?."
Riyan menoleh ke arah Kai.
"Angel ku sudah besar dan.. tangguh."
Kai melihat kesedihan di mata Riyan.
"Angel berubah jauh sejak ia masuk ke dalam dunia kami."
Riyan tersenyum kecut.
"Pasti ia mendapatkan tekanan besar dari ayah."
"Sangat."
Kai menggiring Riyan dan tawanan lainnya menuju mobilnya.
"Apa Angel selama ini punya kekasih? "
Kai melirik Riyan dan berdehem.
"Dia akan menikah."
Riyan terpaku dengan ucapan Kai.
"Dengan siapa?."
Kai menatap Riyan.
"Alvaro."
Riyan shock mendengar nama Varo.
"Tidak mungkin."
"Mungkin."
"Bagaimana bisa.. Angel.. Varo.."
Kai menghela nafas lelah.
"Angel belum tau tentang kebenaran ini. Jadi jangan katakan pada Angel."
"Apa maksudmu?."
"Tadi.. saya melihat Varo bersama rombongan anda."
Riyan membelalakkan matanya.
"Angel.."
"Dia tak tau."
Riyan bernafas lega.
"Jika Angel tau Varo ikut terlibat dalam semua ini, maka.. bukan hanya hati Angel yang akan terluka. Kau tau maksud ku bukan?."
"Tapi cepat atau lambat ia pasti tau."
"...."
Kai segera memasukkan Riyan ke dalam mobil agar Kai tak mendengar segala kemungkinan tentang Varo dan Angel.
Kai melihat sekeliling pelabuhan karena merasa diperhatikan oleh seseorang tapi nyatanya keadaan pelabuhan sekarang sedang sepi mengingat ini malam. Harusnya sih ramai.
🏵
Dilain sisi tapi masih berada di pelabuhan, Varo melihat segalanya. Bagaimana Angel dan teman-temannya sedang mengeksekusi rombongan teman bisnisnya.
"Hah..."
Jika saja Varo tadi bersama mereka maka rencana pernikahannya akan gagal. Varo tak akan sudi jika ia kehilangan Angel karena ini.
Varo segera pergi dari area pelabuhan dan segera menyusun rencana kedepannya tentang bisnisnya. Bisa hancur segalannya jika Angel sampai mengetahui bisnisnya.
🏵
Angel mendobrak pintu ruang kerja ayahnya. Ayah Angel yang sedang fokus membaca laporan kerja anak buahnya kaget.
Ayah Angel segera berdiri dan mengelus dadanya. Ayah Angel menatap tajam Angel yang duduk tenang di depannya.
"Angel!."
Angel tak tersenyum.
"Angel sudah melakukan apa yang ayah lakukan."
Ayah Angel segera duduk.
"Kau tak melakukan seperti yang ayah minta."
Angel menatap malas ayahnya.
"Angel tak bisa."
"Gio saja kau bisa melakukan apa yang ku perintahkan. Kenapa Riyan tak bisa? "
"Gio kabur dan membuat ku emosi. Sedangkan dia tidak."
Ayah Angel menghela nafas dan melepaskan kaca matanya.
"Lakukan saja apa yang kau mau."
Angel berdiri dari duduknya.
"Kalau begitu Angel pulang. Angel capek."
Angel berjalan menuju pintu.
"Hubungi Varo. Kalian harus mendiskusikan tentang pernikahan kalian."
"Ya."
Angel segera pergi dan pulang ke rumah untuk istirahat. Ia sebenarnya tak benar-benar ingin menghubungi Varo.
Angel terlalu malas.
🏵
TBC
🏵