Angel sudah keluar dari rumah sakit dan tentu saja dengan pemaksaan dari Angel. Angel tak tenang di rumah sakit karena nyatanya kemarin sebelum ia pingsan, timnya mendapat tugas baru.
Angel menatap jalanan ibu kota yang begitu padat dengan tatapan kosong. Teo menyetir dan Silver sedang memperbaiki riasan wajahnya. Rai? dia sedang tidur manja di samping Angel dengan memeluk boneka hello kitty kesayangannya.
Dari awal Angel menerima Rai sebagai anggotanya hingga sekarang ini, Angel punya cita-cita ingin membuang boneka itu. Rai begitu maco tapi ia selalu membawa boneka hello kitty di mobil dan selalu ia peluk. Jika dijabarkan sepertinya itu merupakan istri Rai.
Angel menatap kembali ponselnya yang selalu berdering. Terlihat nama si penelepon yang berulang kali muncul di layar ponselnya.
Si psikopat
Siapa lagi kalau bukan Varo. Angel mengabaikan telepon masuk dari Varo. Entah kenapa Angel merasa perasaannya tak enak sejak Varo mengakui kalau ia suka padanya.
"Ponsel lo bunyi tuh nyet."
Yulia yang masih asik mengaca dan merias wajahnya tak tahan mendengar suara ponsel bergetar.
"Biarin."
Angel tetap mengabaikan telepon masuk itu dan menatap jalanan.
"Entar dia ngamuk loh."
"Biarin."
Yulia hanya bisa menghembuskan nafas malas dan melanjutkan kembali aktivitasnya. Memakai lipstik.
Entah sengaja atau tidak, bukanya mengenai bibir seksi Yulia, lipstik merah merona seperti warna darah melenceng jauh dari bibir dan membentuk garis panjang di pipi.
Teo tertawa terbahak-bahak sebagai pelaku yang membuat mobil bergetar sehingga membuat coretan lipstik di pipi
Yulia.
Angel menahan senyumannya karena tak ingin mendengar suara cetar membahana Yulia yang dapat memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya.
"Lo bangke bener sih Te! Pipi gue! Lo gila ya."
Ternyata tanpa di duga, Yulia menjambak rambut Teo yang membuat mobil oleng ke kanan dan ke kiri. Rai yang asik tidurpun langsung bangun dan berpegangan.
"STOP OI!."
Angel terlambat berbicara karena mobil sudah menabrak pohon di dekat jalan raya.
Teo meringis karena kakinya terjepit sedangkan Yulia pingsan setelah kepalanya terbentur dashboard mobil. Rai? dia sadar tapi lengannya lecet. Angel? Angel sadar tapi pelipisnya berdarah akibat benturan dengan kaca mobil yang membentuk retakan kecil di kaca.
Beberapa orang yang melihat kecelakaan itu segera menolong mereka. Tak berselang lama datang polisi dan 3 ambulans.
Angel samar-samar melihat wajah panik ayahnya. Angel hanya tau jika ia di brangkar dengan kepala super pening dan tentu saja suara membentak ayahnya membuatnya tambah mengantuk untuk tertidur. Ia melihat beberapa orang mendorong brangkarnya sebelum kegelapan menghampirinya.
🔰
"Ambil darah ku."
"Maafkan aku om, tapi om sudah tak bisa untuk mendonorkan darah om lagi. Apalagi om punya darah rendah dan darah om gak cocok dengan darah Angel."
Angel terbangun dari pingsannya karena suara argumen ayahnya dan dokter. Angel memegangi kepalanya yang tadi terbentur kaca mobil.
Pusing.
Angel merasakan kepalanya begitu pening dan matanya hanya bisa melihat samar-samar. Ayah Angel yang sadar jika Angel bangun pun segera menghampirinya.
"Apa ada yang sakit sayang?."
Ayah Angel memegang tangan Angel yang berada di kepala. Angel mengangguk.
"Tunggu sebentar ya. Ayah carikan donor darah untukmu."
Angel tersenyum kecil agar ayahnya merasa lega sedikit. Angel tak ingin ayahnya khawatir dan stres karena dirinya. Ia tak mau kalau penyakit ayahnya kambuh lagi.
"Din, tolong jaga anak ku. Akan ku carikan donor darah AB resus positif segera."
Dokter Hadin merupakan keponakan ayah Angel. Hadin pun mengangguk menyanggupi karena jam prakteknya sudah selesai sehingga ia bisa menjaga Angel.
Ayah Angel segera pergi dari sana dan meninggalkan Angel dan Hadin berdua di ruangan UGD ini.
Hadin duduk di dekat brangkar Angel dan tersenyum ke arah Angel yang menutup matanya.
"Lo gak papa kan Ngel?."
Angel membuka matanya dan menatap Hadin. Sepupunya itu tambah ganteng dan dewasa setelah 10 tahun tak bertemu.
"Lo bisa lihat sendiri kan."
Hadin tertawa kecil.
"Darah lo langka. Apalagi darah lo gak sama dengan keluarga lo."
Angel menatap langit-langit ruang UGD dengan tersenyum kecut.
"I know. Semua orang tau kalau wajah ku pun tak mirip dengan ayah maupun ibu."
Hadin terdiam. Hadin merasa sudah salah bicara dan menyinggung perasaan Angel.
"Sorry."
"It's okay. Gue tau diri."
Angel kembali menutup matanya saat rasa pusing yang luar biasa menyerang kepalanya seperti ratusan jarum yang menancap di kepalanya.
"Lo tidur aja kalau merasa pusing Ngel. "
"Sakit."
Angel memegang kepalanya yang semakin lama semakin menyiksanya.
"Lo minum obat pereda sakit biar rasa sakit lo hilang dan lo bisa tidur selama nungguin bokap lo dapetin kantung darah."
Angel mengangguk. Hadin berdiri dan pergi entah kemana dan datang membawa satu butir obat berbentuk bulat kecil. Hadin menyodorkan obat itu ke Angel.
"Lo tau kan gue gak bisa minum yang utuh."
Hadin memutar matanya malas. Entah kenapa ia mendadak kesal dengan Angel yang tak bisa meminum obat dalam bentuk pil maupun kapsul. Jika Angel minum obat pil atau kapsul, maka obat itu harus dihaluskan lebih dulu. Kalau tidak maka obat itu akan tetap utuh.
Hadin berjalan pergi dan kembali lagi bersama sendok yang sudah berisi halusan pil tadi. Segera Hadin menuangkan air secukupnya dan membantu Angel meminumnya .
"Ntar kalau lo udah jadi istri orang, kudu gini banget ya minum obat lo."
"Haruslah."
Angel kembali rebahan dan menutup matanya. Angel berusaha mengesampingkan rasa sakit di kepalanya dan tidur.
Hadin menatap Angel dengan iba. Dulu, ia diberitahu oleh mamanya kalau Angel adalah anak angkat pamannya. Tapi yang membuat Hadin kaget adalah Angel anak mafia yang menjadi buronan pamannya.
Pamannya berhasil meringkus mafia itu di rumahnya tapi ternyata mafia itu lebih memilih mati bersama istrinya. Setelah menembak istrinya hingga tewas, mafia itu langsung mengarahkan pistolnya ke arah Angel kecil yang waktu itu berusia 1,5 tahun.
Paman yang kaget dan khawatir dengan keselamatan Angel kecil, langsung menodongkan pistolnya ke arah mafia itu dan menarik pelatuk pistolnya. Tembakan dari pistol itu mengenai jantung mafia itu hingga tewas seketika.
Angel kecil yang menangis segera diambil paman dalam pelukannya untuk menenangkan Angel kecil yang menangis histeris.
Sejak itu, pamannya mengadopsi Angel kecil dan menjadikannya anak ketiga pamannya.
Hadin menatap Angel yang sudah tertidur karena efek obat yang baru saja ia konsumsi.
"Harusnya kau tau siapa keluarga mu. Keluarga mu yang sesungguhnya bukan yang sekarang. Mereka bukan kakak mu, jadi berhentilah mencari mereka."
🏵