20 Februari 2038 ....
Sejak diciptakannya 40 Persona New Generation. Semakin banyak orang yang menyalahgunakan kekuatan mereka untuk sesuatu yang buruk, seperti mencuri, membunuh, dan hal yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Salah satu di antaranya adalah pembunuhan keluarga Orion di Inggris distrik LD, pada tengah malam oleh segerombolan bandit yang tidak bertanggung jawab, hanya menyisakan seorang anak laki-laki yang masih berusia 7 tahun.
Anak itu dibawa ke panti asuhan setelah ditanyai beberapa pertanyaan oleh polisi.
Mereka menduga, bisa saja bahwa anak itu yang membunuh keluarganya sendiri, tetapi setelah pemeriksaan kekuatan, ternyata anak itu tidak memiliki kekuatan yang dapat mengancam nyawa seseorang bahkan sampai membunuh.
Polisi mengamankan area dan kawasan di sekitar rumah korban, sementara petugas penyembuhan membawa mayat-mayat korban pembunuhan untuk diotopsi. Ketika sedang melakukan investigasi, seorang petugas polisi menemukan adanya sebuah jari-jari tangan milik seseorang, ukurannya kecil, diperkirakan jari tersebut milik seorang anak perempuan. Namun, polisi tidak dapat menemukan jasad atau tubuh anak perempuan dimanapun, di tempat kejadian. Hanya ada dua mayat saja, dan itu adalah mayat dari sepasang suami-istri, tuan dan nyonya Orion.
"Sangat disayangkan, rumah yang besar dan semegah ini, tidak akan dihuni oleh siapapun lagi" gumam seorang petugas ketika berjalan di tanah area belakang rumah.
Petugas polisi selesai memeriksa area belakang, dan tidak menemukan apapun disana. Ketika, petugas tersebut hendak pergi ke area berikutnya, terdengar suara seperti ada yang sedang menggaruk-garuk tanah.
Petugas itu mendengar adanya suara yang aneh dari balik pohon besar di belakangnya, sambil melangkah perlahan kesana, dia memanggil rekannya yang lain dengan alat komunikasi melalui jam tangan yang dapat memunculkan hologram.
Suara garukan tanah itu semakin jelas dan jelas, ketika petugas itu semakin dekat dengan pohon besar di depannya. Perlahan, dia melangkah ke samping dengan hati-hati, dan melihat tanah disana seperti bergerak.
Untuk memperjelas apa yang dilihatnya, dia mengotak-atik jam tangan di lengannya, kemudian sebuah cahaya muncul dan menyorot tanah yang dilihatnya tadi.
"Gak ada apa-apa ... bikin merinding aja, mungkin tadi hanya khayalanku saja" ucap petugas dengan nafas lega.
Petugas polisi itu berbalik, dan hatinya terasa tenang setelah mengetahui tidak ada apapun di balik pohon besar itu, dan dia berasumsi bahwa suara seseorang yang sedang menggaruk tanah hanyalah ilusinya.
Lalu, beberapa sorot cahaya datang dari kejauhan, itu adalah rekan-rekannya yang dia panggil sebelumnya.
"Ada apa, apa kamu menemukan sesuatu?" tanya rekannya yang dia panggil.
"Tidak ada, kurasa tadi hanya perasaanku aja"
responnya dengan nada bicara yang sedikit membawa tawa.
"Oh, apa itu?" tanya rekannya satu lagi.
"Tadi aku mendengar suara seseorang yang sedak menggaruk tanah di balik pohon besar ini" petugas itu menunjuk pohon yang berdiri kokoh di belakangnya.
Merasa penasaran dengan apa yang rekannya rasakan, kedua petugas yang baru datang, mengecek tanah di balik pohon besar tersebut dan menemukan sebuah tanah yang sudah tergalih.
"Ini, apa ini?" petugas B bertanya-tanya.
"Ada apa?" petugas A bertanya.
Petugas A menyorotkan lampu dari jam tangannya ke tanah yang sebelumnya dia sorot, dan menemukan sebuah lubang yang sudah tergali entah darimana. Padahal sebelumnya, dia tidak menemukan apapun disana.
Ketiga petugas itu, memutuskan untuk menutup mulut soal kejadian ini, dan melanjutkan pemeriksaan di area rumah yang selanjutnya.
Ketika tiga petugas tersebut meninggalkan area belakang rumah, di atas pohon besar tersebut, terlihat sesosok bayangan hitam yang duduk disana sedang mengawasi ketiga polisi tadi yang sedang memeriksa tempat lain di rumah ini. Bayangan hitam tersebut terus mengawasi ketiga petugas tersebut sampai mereka selesai memeriksa semua tempat di rumah, sekitar rumah ini dipasangkan pelindung magnetik untuk mencegah siapapun melewati garis pembatas sebelum petugas-petugas yang memeriksa kasus ini kembali ke kantor mereka.
5 tahun kemudian, di distrik BD.
Sedang mengadakan acara seleksi penerimaan murid baru Sekolah Supermagic BD. Ini adalah acara seleski penerimaan pertama yang diadakan oleh Sekolah Supermagic BD atau biasa disingkat SSBD setelah sekitar 6 tahun berdiri.
Di sebuah stand pendaftaran bagi siswa baru, berbondong-bondong calon siswa mengantri dan membuat hampir seisi lingkungan sekolah penuh karenanya. Di antara kerumunan tersebut, terdapat dua orang yang berselisih karena masalah sepele.
Seorang anak berambut perak dengan jaket abu yang dilapisi bulu hangat di sekitar leher, sedang berlutut di lantai setelah dihajar habis-habisan oleh seorang anak gemuk dan gengnya.
Kedua lengan anak berambut perak itu, dipegangi dan diberdirikan kembali, lalu dipukuli oleh anak gemuk tersebut.
"Sudah cukup!" teriak suara itu.
Di antara kerumunan yang melihat pertengkaran tersebut, berdiri seorang gadis yang cantik dan anggun.
Angin menerpa rambut coklat panjangnya, matanya yang seperti berlian delima, menatap tajam anak gemuk tersebut. Aura positif yang dipancarkan gadis tersebut sangatlah besar, semua orang yang melihat gadis itu terpana.
Dan gadis itu adalah Elisa Agathania, putri dari seorang bangsawan terkenal di dunia, keluarga bangsawan yang menginvestasikan uang terbanyak kepada 40 Persona dan SSNID atau Sekolah Supermagic Nasional Indonesia.
"Ka-kamu, kan .... putri dari keluarga Agathania. Elisa Agathania?!" kata si gemuk merinding ketika melihat Elisa si putri bangsawan terkaya muncul dan menatapnya tajam.
"Lepaskan anak itu!" suruh Elisa kepada kawanan si gemuk.
Si gemuk melihat ke temannya, lalu menyodorkan dagunya ke depan seolah dia memerintahkan temannya untuk melepaskan anak berambut perak tersebut.
"Sekarang, kalian pergi dari sini. Aku tidak ingin melihat wajah kalian lagi!!" teriak Elisa dengan angkuh.
Si gemuk dan kawannya terkejut atas apa yang dikatakan Elisa, tapi karena tidak punya pilihan lain, si gemuk hanya bisa berdecak kesal lalu pergi dari sana meninggalkan anak berambut perak tergeletak disana.
"Apa yang kalian lihat? Kalian juga cepat bubar kalau sudah selesai mendaftar, kalau belum, segera daftar!" suruh Elisa kepada orang-orang yang mengerumuni pertengkaran itu.
Elisa berjalan menuju ke anak berambut perak, dan mengulurkan tangannya, menawarkan bantuan pada anak itu.
Anak berambut perak tersebut mengangkat kepalanya dan meraih tangan Elisa.
Elisa lekas menariknya berdiri, dan Elisa dapat melihat wajah anak itu dengan jelas sekarang.
Seorang anak dengan rambut perak yang terlihat seperti sebuah tumpukan salju yang membentuk rambut, ekspresinya wajahnya yang tidak biasa, menunjukkan kalau dia tidak pernah tertarik pada apapun, tidak ada rasa sakit ataupun senang yang terlihat di wajahnya, hanya sebuah ekspresi yang dingin yang dapat menembus hati yang hangat. Matanya biru, seperti lautan biru yang tenang tanpa ombak yang menghancurkan ketenangan laut biru tersebut.
"Aku Elisa Agathania, kamu siapa?" tanya Elisa, tangannya menawarkan sebuah genggaman perkenalan.
"Aku ... Zell" jawab pemuda bernama Zell menunjukkan kebosanan.
'Ugh, anak ini. Apa dia tidak tahu, kalau aku ini adalah putri dari keluarga terkaya di dunia?' batin Elisa sambil menahan emosi ketika mendengar jawaban Zell yang terdengar membosankan.
"Ahh, Zell, ya? Apa kamu mau mendaftar seleksi di sekolah ini?" tanya Elisa lagi.
Zell menatap matanya dengan tenang dan lama, membuat Elisa merasa tidak nyaman.
'Ke-kenapa dia menatapku lama sekali? apa dia naksir padaku??'
Zell mengalihkan pandangannya ke sebuah gedung tertinggi di sekolah ini, dan itu adalah gedung dari kepala sekolah SSBD. Elisa yang menyadari bahwa Zell sedang menatap gedung tertinggi di sekolah, dia bertanya "Itu adalah gedung kepala sekolah, apa mungkin kamu ada urusan dengan kepala sekolah disini? Jika benar, aku bisa mengantarmu"
Zell mengangguk sambil berjalan melewati Elisa dan menuju ke arah gedung tertinggi, kemudian dia berhenti setelah beberapa langkah setelah melewati Elisa. Dia berbalik lalu bertanya "Kenapa diam saja? cepat antarkan aku"
"Eh?" Elisa mencoba untuk menahan emosinya.
Elisa berbalik dengan wajah tersenyum lebar yang dipaksakan, dia melihat Zell, wajahnya masih menunjukkan kebosanan dan ketidaktertarikan padanya.
Tanpa banyak bicara lagi, Elisa menuntun Zell menuju sebuah kapsul kaca yang berada di sekitar halaman sekolah, mereka berdua memasuki kapsul tersebut.
"Ini adalah kapsul yang dapat memindahkan kita ke area lain di sekolah ini" Elisa menjelaskan tentang benda kapsul kaca sebelum mereka mengoperasikan benda tersebut.
"Baiklah, sepertinya kamu tidak tertarik akan hal ini ... Kalau begitu, aku mulai saja" ucap Elisa, kali ini dia menunjukkan kekesalannya.
Wujud mereka di dalam kapsul kaca tersebut memudar lalu menghilang. Dan dalam sekejap, mereka berada di depan pintu ruangan kepala sekolah.
"Bagaimana perasaanmu tentang kapsul tadi?" tanya Elisa mengenai pendapat Zell setelah mereka menggunakan kapsul.
Zell melirik Elisa sebentar, kemudian dia melihat pintu di depannya lagi.
"Lumayan" kata Zell, lalu dia mengetuk pintu.
Tok-tok ....
___________
To be continued ....