" Marv,...jaga Nadine,..!"mereka sudah mengikuti kita,..." ucap Jian , mulai menancap gas dengan keras, menambah kecepatan mobilnya,menjauh dari keramaian kota.
Selang beberapa waktu, mobil Jian memasuki area kota yang tidak terlalu ramai, masih dengan kecepatan tinggi, Dengan melewati jalan yang mulai berbelok-belok Jian agak kesulitan karena belum menguasai medan. Jian sama sekali tidak tahu mana jalan yang bisa di lalui dan mana jalan yang buntu. Hingga saat mobil lawan tinggal beberapa meter, Jian menginjak gas dengan keras memasuki area jalanan yang di sisi kiri dan kanan hanya bangunan-bangunan kosong, seperti perumahan yang sudah lama tak berpenghuni. Tepat di sebuah pertigaan Jian bingung harus memilih antara ke kanan atau ke kiri. Wajah Nadine dan Marvin sedikit pucat dan tegang, menatap Jian yang meghentikan mobilnya.
" Jian kenapa berhenti,..?" ayoo cepat jalan,...mereka sudah ada di belakang,." teriak Marvin panik. Nadine menoleh ke belakang, di lihatnya mobil musuh sudah terlihat walau masih jauh.
" Jian,....cepat belok kanan saja,.." teriak Marvin sambil menepuk kursi belakang Jian
Dengan ragu Jian menginjak gas, mengambil arah kanan sesuai saran Marvin, dengan kecepatan tinggi mobil Jian menyusuri jalan yang semakin lama semakin sempit hingga mobil Jian harus berhenti saat di depan tidak ada lagi jalan atau belokan, kecuali bangunan-bangunan rumah kosong,
" Shitttt,...kita tidak bisa kemana-mana lagi,...putar balikpun kita tidak bisa,..." ucap Jian sambil melihat kaca spion, di mana mobil musuh pun berhenti dengan jarak beberapa meter dari mobilnya berada. Jian menarik nafas panjang. Baru sehari dia tiba , musuh sudah mengetahui kedatangannya. Jian memutar badannya menghadap Nadine dan Marvin.
" Nad,...kamu telpon Ardham sekarang dan kirim lokasi kita, dan kamu Marv....jaga Nadine di sini,..apapun yang terjadi nanti ,kalian jangan keluar dari mobil,.." pistol ini kamu bawa Marv,..bisa kamu gunakan jika terjadi sesuatu padaku,..." ucap Jian menatap Nadine dan Marvin bergantian seraya menyerah pistol desert eaglenya pada Marvin. Sedangkan Jian mengambil dua pistol thunder 50 BMG nya serta 2 bilah belati yang di simpannya di belakang ikat pinggangnya.
Jian berbalik menghadap ke depan bersiap untuk keluar dari mobil. Dengan inderanya Jian mengetahui posisi di mana saja musuhnya,..ada dua orang di balik pintu mobil yang terbuka,dan tiga orang ada di luar.
" Jian,..." Hati-hati,...." ucap Marvin dengan rasa kuatir yang sudah membelenggunya.
Jian menatap ke arah kaca spion menatap Marvin, dan tersenyum tipis, kemudian beralih menatap Nadine yang sedang menatapnya dengan tatapan yang terlihat kuatir. Jian melepas tatapannya, seraya mengambil nafas panjangnya lagi. Dengan pasti Jian membuka knop mobilnya, dengan dua pistol yang ada di tangan kanan dan kirinya. Dengan langkahnya yang cepat, serta tatapan matanya yang tajam, Jian menekan ke dua pistol ke arah dua orang yang bersembunyi di balik pintu mobil, kemudian Jian berguling ke arah tong besar yang ada di pinggir jalan. Baku tembakan terdengar kedua belah pihak saling menembakkan pelurunya.
" Dor,.."
" Dor,..."
" Dor,.."
" Dor,..."
Tembakan Jian tepat pada sasaran, satu orang terkena pada dada kirinya, dan satunya lagi tepat di kepalanya. Tiga orang di luarpun tidak tinggal diam , membalas tembakan Jian sambil berjalan mendekati di mana Jian berada.
Nadine dan Marvin yang melihat itu saling pandang,...
" Kita harus menolong Jian Marv,.." ucap Nadine pada Marvin yang masih terpaku melihat baku tembakan tepat di depan matanya.
" Marv,..kamu dengar perkataanku tidak,..!" teriak Nadine melihat Marvin yang masih belum sadar dari keterpakuannya.
" Eiitt,.jangan Nad,..kita harus tetap di sini,...Jian sudah bilangkan tadi,.." sahut Marvin dengan gugup. Karena baru pertama kalinya, Marvin melihat sungguhan adegan baku tembakan , serta darah yang keluar dari dua orang yang tertembak.
" Kamu,....Marv,...sangat egois sekali,..." umpat Nadine pada Marv dengan tatapannya yang masih tertuju pada Jian yang di datangi ke tiga laki-laki yang bersenjata itu.
Jian yang menerima beberapa tembakan dari tiga penjuru segera membalikkan tubuhnya yang masih sembunyi di balik tong besar, Pendengaran Jian yang tajam menangkap langkah kaki ketiga orang itu sudah mulai mendekat. Mata Jian melirik ke cendela rumah kosong yang nampak terbuka, dengan hitungan detik,.Jian berbalik menghadap ke tiga orang itu dengan melepaskan beberapa tembakan, kemudian berlari cepat ke arah cendela dan melompatinya masuk ke dalam rumah kosong.
Jian berdiri di balik samping cendela,..suara tembakan masih terdengar di tujukan ke arahnya. Jian kembali mengisi pelurunya penuh, dengan perhitungan matangnya Jian yakin peluru lawannya tinggal beberapa tembakan.
" Dor,..."
" Dor,.."
" Dor,..."
Jian kembali melepaskan tembakannya, dan kali ini tembakan musuhnya menyerempet pundak kiri Jian ,membuat pistol Jian terlempar. Dengan hanya satu pistol Jian membalas tembakan musuhnya. Suara tembakan pun berlangsung tanpa henti.
" Dor,.."
" Dor,.."
" Dor,..."
Satu musuh tumbang dengan tembakan di bagian perutnya. Sesuai perkiraan Jian, Musuh sudah kehabisan pelurunya , sebelum musuh ada kesempatan untuk mengisinya , Jian melepaskan tembakanya tepat pada ke dua tangan musuh yang hendak mengisi pistolnya.
Pistol kedua musuh itupun terpental, Jian keluar dari persembunyiannya, mendekati kedua orang yang lagi meringis kesakitan yang sama-sama memegangi tangannya yang terkena tembakan Jian.
" Siapa yang menyuruhmu,....?" tanya Jian dengan suara dingin berdiri tepat di kedua orang itu. Kedua orang itu saling pandang dengan wajah yang memucat.
" Jiannnnn,.." teriak Marvin masih dengan membawa pistol berlari menghampiri Jian berada, yang di ikuti Nadine di belakangnya.
" Kenapa kalian ke sini,...!" cepat kembali,..." teriak Jian pada Marvin dan Nadine yang sudah berada di hadapannya.
Marvin dan Nadine saling berpandangan. Belum sempat Marvin membalas ucapan Jian. Telinga dan mata Jian menangkap pergerakan dari arah mobil musuh. Orang yang di tembak di dada kirinya ternyata masih hidup dan siap melepaskan tembakannya ke arah Nadine yang berada di hadapanya. Dengan cepat Jian menarik pundak Nadine masuk kedalam pelukannya, kemudian Jian membalikkan tubuhnya untuk melindungi Nadine dari tembakan musuh yang sudah terlepas,
" Dor,..."
" Dor,..."
Tembakan Musuh mengenai lengan Jian, seiring tangan Jian yang satunya memutar tanpa dengan melihat musuhnya, Jian pun melepas tembakan tepat di kepala musuhnya. Marvin yang masih memegang pistol pun tegang dan mengarahkan pistolnya pada kedua orang musuhnya yang bergerak hendak kabur.
" Hai.,..kamu mau kemana...!" teriak Marvin masih menodongkan pistolnya.
" Nadine kamu tidak apa-apa kan,." tanya Marvin , tanpa melihat Nadine yang masih terpaku dalam pelukan Jian yang menatapnya tak berkedip.
" Nadine,....!" teriak Marvin lagi lebih keras , hingga membuyarkan tatapan Nadine dan melepaskan tubuhnya dari pelukan Jian.
" Aku tidak apa-apa Marv,..." sahut Nadine sedikit gugup, menahan rasa malu yang tiba-tiba menyelimutinya.
" Marv,....cepat telpon paman Ardham , kenapa sampai sekarang paman belum ke sini,.." ucap Jian sambil memegang lengannya yang terkena peluru.
" Bagiamana dengan orang ini,...?" ponselku ada di mobil,..." ucap Marvin sedikit panik.
" Biar aku yang mengurusnya,....kamu segera telpon paman,.dan bawa juga Nadine ke dalam mobil,..." ucap Jian dengan wajah sedikit pucat menahan rasa sakit di lengannya.
" Ayo Nad,..." ajak Marvin pada Nadine, Namun Nadine tak bergeming dari tempatnya, yang melihat lengan Jian mengalirkan darah terus menerus.
" Nadine,...!" teriak Marvin sedikit kesal.
" Bentar Marv,..." ucap Nadine, beranjak mendekati Jian, dan mengeluarkan sehelai saputangan dari kantong celananya. Tanpa menatap Jian, Nadine mengikat erat sapu tangannya pada lengan Jian yang terluka. Entah kenapa Jian membiarkan saja apa yang dilakukan Nadine pada lukanya. Jian hanya bisa menatap Nadine dengan perasaan yang mulai tidak menentu.
" Ayo Marv,..." ucap Nadine setelah selesai menghentikan pendarahan Jian dengan mengikat lengannya dengan sapu tangannya.
Jian menatap kepergian Nadine dan Marvin dengan pandangan rumit.