" Apakah kamu sudah mendingan dham,..?" tanya Nadine di pagi hari yang dingin, karna di luar lagi hujan gerimis.
Ardham mengangguk kecil, sambil menyiapkan beberapa berkas yang akan di bawa ke Yayasan William Care.
" Jadi di jemput Abay kan,..?" tanya Nadine, sambil berdiri menaruh koper yang berisi beberapa baju milik Ardham di sisi meja kerja Ardham.
" Hm,..." jawab Ardham singkat masih fokus dengan berkasnya.
" Ada jaket di dalam koper, jika di sana dingin kamu bisa memakainya,..."
Sekali lagi Ardham menjawab dengan anggukan kepala.
Nadine menatap Ardham dengan heran , tak biasanya Ardham bersikap dingin dan datar padanya. Dari pagi saat dia datang di ruang kerjanya. Ardham sama sekali tidak menatap wajahnya. " Ada apa,..?" tanya Nadine dalam hati.
Berlahan Nadine mengambil kursi dan duduk di sebelah Ardham. Di tatapnya sekali lagi wajah Ardham yang tak berekspresi. Wajah inilah yang di lihat Nadine lima bulan yang lalu,..di mana Ardham adalah laki-laki yang dingin dan tak tersentuh yang selalu menolak dan menghindarinya.
Hati Nadine terasa ragu dan menciut saat mau bertanya, ada masalah apa yang menyebabkan wajah dan sikap Ardham kembali seperti dulu.
" Dham,...?" panggil Nadine pelan.
" Ya Nad,.." jawab Ardham menatap Nadine sekilas kemudian beralih lagi pada kerjaannya.
" Ada apa denganmu,...?" tanya Nadine sambil meremas jemarinya yang gemetar.
" Tidak ada apa-apa,... memang Kenapa Nad,...?" tanya Ardham balik bertanya menatap wajah Nadine yang gelisah.
" Apa yang terjadi padamu,...kenapa sikapmu kembali seperti dulu,...?" tanya Nadine langsung pada masalah yang di pikirkannya.
" Kembali seperti dulu,..?" maksudmu Nad,..?" aku tidak mengerti,..." ucap Ardham dengan tenang walaupun dia melihat ada perubahan di wajah Nadine yang sedang meragu.
" Kenapa wajahmu dan sikapmu jadi dingin dan datar seperti dulu,..kamu tahu,...aku jadi merasa takut padamu,...!" cicit Nadine dengan wajah tertunduk.
Ardhampun senyum terkulum.
" Kemarilah Nad,...duduk di sini,.." ucap Ardham sambil menepuk pahanya. memberi isyarat Nadine agar duduk di pangkuannya. Sedikit ragu, Nadine berdiri dari kursinya dan duduk di atas pangkuan Ardham. Wajah Nadine bersemu merah tertunduk malu.
" Nad,..," lihat aku sebentar,...jangan kau tundukkan merahnya wajahmu,...?" bisik Ardham di telinga Nadine, hati Nadine bergemuruh,..sungguh sikap dan gaya Ardham telah membuatnya jatuh cinta lagi. Dingin, menggoda dan tak tersentuh.
" Ada apa denganmu,...?" ulang Nadine lagi dengan suara gugup.
Ardham menghela nafas panjang, meraih dagu Nadine, dan menyibakkan anak rambut Nadine yang menutupi sebagian mata Nadine.
" Aku sudah berjanji padamu,...untuk tidak membuatmu kesal,..." dan aku melakukannya sekarang,..." ucap Ardham menatap dalam manik mata Nadine.
" Jangan tatap aku seperti itu,.." semakin gugup suara Nadine.
" Kenapa dengan tatapanku Nad,...?" apa yang kau rasakan sekarang,,...?" serak suara Ardham tak melepas pandangannya.
" Aku jadi gugup,..." seakan-akan kamu menarikku ke dalam perasaanku yang telah lalu,.." jawab Nadine jujur mengalihkan pandangannya ke jemarinya yang semakin dingin. " Ada apa dengan Ardham sih,..kenapa membuat jantungku tak tenang,..dan kenapa aku jadi malu dan gugup sekarang, ?" keluh Nadine dalam hati.
" Perasaan yang lalu seperti apa Nad,..?" bukankah kamu mencintaiku dari dulu sampai sekarang, apa ada beda perasaanmu yang dulu sama perasaanmu yang sekarang,...?"
Nadine terdiam tak bisa menjawab atau menjelaskan apa-apa.
" Kamu tidak bisa menjawabnya Nad,..?" tatap Ardham melembut. " Sepertinya kamu lebih mencintai aku yang dulu, yang dingin dan datar, dari pada aku sekarang yang posesif, yang selalu membuatmu kesal dan tak nyaman,..." benarkah jawabanku itu Nad,...?" jawab Ardham seraya menangkup wajah Nadine yang semakin memerah karena apa yang di katakan Ardham benar adanya.
Nadine memang merasakan hal itu, sejak dirinya menerima Ardham menjadi kekasihnya sejak itu pula sikap Ardham berubah menjadi kekanakan dan sangat posesif, yang semakin lama membuat Nadine merasa tak nyaman dan sedikit kesal pada Ardham.
" Aku telah membuatmu kesal dan tak nyaman sejak kita menjadi sepasang kekasih Nad,... " aku minta maaf,...harusnya aku lebih membuatmu nyaman agar kamu semakin mencintaiku,..bukan malah membuatmu sebal padaku,...?" tatap Ardham menatap Nadine dengan lembut.
" Jangan bilang seperti itu Dham,...aku tidak mengatakan sebal padamu,..." bantah Nadine dengan wajah merasa bersalah.
Ardham tertawa menatap nadine yang salah tingkah.
" Dengan sikapku yang seperti tadi malam, lama-lama rasa cintamu akan menjadi rasa sebal Nad,..." kekeh Ardham. Mata Nadine tak berkedip melihat Ardham tertawa terkekeh.
" Aku mencintaimu Nad,..dan aku tidak mau kehilangan kamu hanya karena sifat konyolku,..." lirih suara Ardham membuat hati Nadine semakin meleleh.
" Kamu sekarang tidak konyol Dham,...tapi sekarang kamu perayu ulung,...dari mana kamu belajar kata-kata manis,..?" tatap Nadine intens
" Kalau aku jawab jujur, janji kamu tidak mentertawakanku,...?" jawab Ardham membalas tatapan Nadine dengan rasa keingintahuannya.
Nadine menganggukkan kepalanya.
" Sapa,....?"
" Marvin yang mengajariku tadi pagi, aku menelponnya,..." jawab Ardham dengan wajah yang mulai memerah.
Nadine menatap Ardham sambil menahan tawanya yang nyaris pecah.
" Kamu tidak senang Nad,..?"
Nadine menarik nafas panjang. Kemudian menangkup wajah Ardham.
" Dham,...jadilah dirimu sendiri sayang,.. jangan pernah berubah,...aku mencintai Ardham yang dulu ...yang dingin dan tak tersentuh,..bukan Ardham yang posesif atau Ardham yang perayu,.." berjanjilah padaku untuk tidak pernah berubah,..." ucap Nadine dengan wajah serius.
Mendengar ucapan Nadine yang serius, Ardham mendekap penuh tubuh Nadine.
" Aku berjanji Nad,....aku berjanji,..." bisik Ardham lirih di telinga Nadine.
" Dham,...sepertinya Abay sudah datang,..." ucap Nadine saat lamat-lamat mendengar bel pintu berbunyi.
" Hm,...aku harus berangkat sekarang Nad .." ucap Ardham seraya mengecup kening Nadine. Nadine yang duduk di pangkuan Ardhampun turun dari pangkuan, seraya mengambil koper baju Ardham.
" Aku antar ke depan ya Dham,.."
" Tidak usah Nad,...kamu siapkan keperluanmu saja untuk nanti sore,..." jangan ada yang tertinggal ..terutama jaket,..." ucap Ardham penuh perhatian.
" Dham,...." panggil Nadine sebelum Ardham keluar.
" Kamu tidak ingin mengatakan apa-apa,...?" aku pergi ke puncaknya dengan Marvin dan Jian,.." ucap Nadine mengingatkan Ardham, jika kepergiannya tidak sendiri tapi dengan Marvin dan Jian yang selalu di cemburui Ardham.
Ardham berbalik menatap wajah Nadine, gadis cantik yang sangat di cintainya.
" Hati-hati di sana ya Nad,..kamu jangan kuatir selain Jian dan Marvin yang menjagamu, anak buah Abay juga di sana,.." mereka semua akan menjagamu...." ucap Ardham kembali mencium kening Nadine.
" Dham,...!" maksudku bukan itu,..." tapi kata-kata yang lain,..." apa kamu tidak cemburu melihat aku pergi dengan mereka,...?" gugup suara Nadine, berharap Ardham ada rasa cemburu.
Ardham menarik tubuh Nadine ke dalam pelukannya. Menekan tengkuk leher Nadine dengan salah satu tangannya, kemudian dengan cepat memagut bibir Nadine yang sedikit terbuka karena keterkejutannya dengan sikap Ardham yang spontan.
" Jagalah hati di sana,..." bisik Ardham pelan, setelah melepas pagutannya.
Nadine terpaku di tempatnya, sambil meraba bibirnya yang serasa bengkak karena pagutan bibir Ardham yang sedikit brutal. " JAGALAH HATI DI SANA,.." kata-kata singkat Ardham menggema di seluruh ruang hati Nadine.
" Aaaahhhh,...Ardham aku mencintaimu sayang,...sangat mencintaimu ..." teriak Nadine dalam hatinya.