Chereads / FALLING IN LOVE / Chapter 28 - AKU SELALU ADA

Chapter 28 - AKU SELALU ADA

"Aska." tatap Karin lembut ke manik mata Aska yang terlihat sangat teduh.

"Apa yang kamu katakan? kamu tidak akan mati, kamu akan hidup dan berumur panjang." ucap Karin dengan suara tersendat menangkup wajah Aska yang pucat dengan pipi yang semakin tirus.

Aska mengembangkan senyumnya, memegang kedua tangan Karin yang menangkup pipinya, di raihnya dan di gemggamnya dalam dadanya.

"Karin, seandainya aku bertahan...tapi jika Tuhan sudah menentukan takdirku, apa aku bisa melawannya? Aku atau kamu tidak akan bisa berbuat apa-apa." ucap Aska masih dengan senyum lemahnya.

Mata Karin yang tadinya berkaca-kaca, mulai mengalir deras dengan suara tangisnya yang mulai terdengar.

Karin menubruk tubuh Aska, dan memeluknya sangat erat, sungguh hatinya sangat bersedih dengan perkataan Aska.

"Aska, jangan katakan itu lagi. Berjanjilah padaku, kamu tidak akan meninggalkan ku." ucap Karin memeluk tubuh Aska semakin erat.

Tangan Aska membelai rambut Karin dengan penuh kelembutan, kemudian mencium puncak kepala Karin.

"Aku berjanji padamu Karin, sampai akhir hayatku...di sini, di dalam jantung dan hati ini..kamu selalu ada di dalamnya. Aku selalu bersamamu, walau tidak berada di sisimu." mata Aska berkaca-kaca, mengingat cerita Pak Damar yang diam-diam mengikuti Karin menemui Edo dan mendengar semua perbincangannya Karin dengan Alea.

Sungguh membuat hati Aska menangis dalam hati, Ternyata Karin masih belum sepenuhnya mencintainya, hatinya masih belum yakin akan perasaannya, dan hubungan Karin sama Edo belum berakhir, karena belum ada kata putus dari keduanya.

Hati Aska telah menyerah, menyerah pada cintanya, menyerah dengan penyakitnya. Serasa tubuh yang tanpa jiwa.

Aska semakin memeluk tubuh Karin.

"Sampai kapan aku bisa memelukmu seperti ini Karin." rintih hati Aska.

"Aska, aku akan selalu di sisimu selamanya, asal kamu berjanji untuk bertahan hidup. Kamu harus hidup demi aku, berjanjilah padaku." ucap Karin dengan suara bergetar, menatap mata Aska dengan sedih.

Aska terdiam, hatinya semakin sedih, kenapa Karin rela mengorbankan hidupnya untuk selamanya berada di sisinya, apakah karena rasa kasihan Karin begitu besar padanya?

"Aska." panggil Karin.

"Berjanjilah padaku kamu akan bertahan hidup demi aku? katakan Aska?" ulang Karin lagi, karena Aska masih dalam kediamannya.

"Kalau kamu berjanji akan bersamaku selamanya, bagaiamana dengan Edo, yang statusnya masih kekasihmu? bukannya Edo juga sekarang membutuhkanmu Karin?" tanya Aska tak mampu lagi menyembunyikan semua yang di ketahuinya. Karin menatap Aska dengan wajah terkejut.

"Kamu tahu darimana semua itu Aska? kamu harus menceritakan semuanya padaku apa yang kamu ketahui tentang Edo." tuntut Karin, hatinya mulai merasa kuatir, pasti keadaan Aska tidak baik sekarang, jika sudah mengetahui semua tentang Edo.

"Aska, ceritakan padaku sekarang! aku mohon!" mata Karin mulai berkaca-kaca.

"Pasti hati Aska terluka akan hal ini."

"Kamu tidak akan marah padaku kan kalau aku menceritakan semuanya? dan kamu juga tidak akan marah sama pak Damar?" tanya Aska penuh harap,

"Aku tidak akan marah, percayalah padaku. Aku tidak akan bisa marah padamu, apalagi pada pak damar yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku." jawab Karin tulus menatap mata Aska.

Aska membalas menatap Karin, menceritakan dari awal saat dia datang, saat Alea menceritakan kalau Karin berada di rumah sakit menemani Edo semalaman di mana Edo yang masih berstatus sebagai kekasih Karin, Aska juga menceritakan saat Karin minta ijin pada pak Damar untuk keluar, sebenarnya pak damar mengikuti Karin, karena Pak Damar merasa kuatir dengan sikap Karin yang seakan tertekan, hingga sampai pada perbincangan antara Karin dan Alea, pak Damar telah mendengarnya.

Tubuh Karin terasa lemas, hatinya sungguh sangat merasa bersalah. Tak bisa lagi Karin membayangkan hati Aska yang mengetahui semua itu.

"Aska." panggil Karin dengan suara yang hampir hilang.

"Maafkan aku, maafkan aku." ratap Karin memeluk erat tubuh Aska, tangis suara Karin tersendat-sendat.

"Kamu pasti terluka dengan semua itu. Akkuu, hanya masih bingung dengan perasaanku, tapi percayalah padaku...aku ada perasaan padamu. Aku merasa kehilangan saat jauh darimu, dan pada saat kamu pingsan, saat aku memegang keningmu...aku, akuu merasakan rindu padamu, ingin segera memelukmu." jelas Karin dengan jujur.

Aska membalas pelukan Karin, luka di hatinya sedikit terobati, mendengar kejujuran tentang perasaan Karin padanya.

"Aku percaya padamu, andai kita tidak pernah bertemu, mungkin kamu tidak akan sebingung ini, kamu pasti akan bisa bersama lagi dengan Edo. Aku merasa aku sebagai penghalang pada hubungan kalian." lirih suara Aska dengan wajah tertunduk.

"Apa yang kamu katakan Aska, kamu sama sekali bukanlah penghalang antara aku dan Edo, aku minta buang pikiran itu dari sekarang Aska." pinta Karin dengan tajam menatap mata Aska.

"Andai aku tidak bisa bertahan hidup, apakah kamu akan kembali pada Edo..Karin?" tanya Aska lagi.

Pertanyaan Aska membuat Karin semakin terluka dan sedih.

"Itu tidak akan terjadi, karena kamu akan hidup untukku, ingat itu Aska." sentak Karin sambil mengusap airmatanya.

"Sudah, hentikan omong kosong ini, aku sama sekali tidak suka jika kamu selalu membicarakan soal kematian, kamu bisa bertahan Aska, kamu akan hidup dan kamu akan berumur panjang, karena aku selalu berdoa untuk semua itu." tegas suara Karin, dengan hati menangis pilu, sungguh dia tak tahan lagi mendengar Aska yang putus asa.

"Edo saat ini juga membutuhkan Karin, dia akan bisa lebih gila jika kamu meninggalkannya. Aku tidak bisa menjalani kebahagiaan di atas penderitaan orang lain." ucap Aska mulai lebih tenang setelah mendengar kata-kata Karin, jiwanya mulai merasa hidup kembali.

"Kamu jangan pikirkan soal Edo, aku akan menyelesaikan masalahku dengan Edo." ucap Karin menenangkan hati Aska, sambil menekan-nekan pelipisnya.

"Apakah kamu akan ke sana dan menemaninya sampai dia benar-benar sembuh?" tanya Aska , dengan hati sedikit cemburu dan takut Karin tidak akan punya waktu lagi untuknya.

"Apakah kamu keberatan? kalau kamu keberatan, aku berjanji...aku tidak akan menemuinya." jawab Karin serius.

Hati Aska seakan terbang ke langit,

"Aku sama sekali tidak keberatan, Edo juga punya hak untuk kamu temani, bukankah kamu juga sudah berjanji padanya untuk menjaganya sampai dia sembuh." Aska menahan rasa cemburunya, Aska tidak ingin egois lagi, hatinya harus bersiap-siap untuk melihat Karin yang akan membagi waktunya untuk menjaga Edo dan dirinya.

"Benarkah? kamu tidak keberatan? yakin?" tanya Karin sedikit menggoda Aska, melihat wajah Aska yang terlihat jelas kecemburuannya.

"Aku tidak keberatan asal kamu masih ada waktu untukku." jawab Aska jujur.

"Hanya itu saja? tidak ada hal yang lain kah?" tanya Karin mendesak Aska untuk menjawab jujur jika dia cemburu.

"Emmmm, apa lagi Karin?" tanya Aska bingung, malu untuk mengungkapkan semua yang rasakannya, rasa keberatannya, rasa cemburunya, rasa takutnya jika Karin akan kembali pada Edo.

"Ya mungkin saja, kamu sebenarnya cemburu jika aku menemui Edo, atau mungkin juga kamu takut jika aku kembali pada Edo." jawab Karin pasti.

Wajah Aska bersemu merah mendengar jawaban Karin yang benar semua.

"Tidak sepert itu." sahut Aska cepat.

"Tapi dari mana kamu bisa menjawab seperti itu?" tanya Aska heran.

"Kamu ingin tahu? darimana aku bisa menjawab itu dengan benar? dari wajahmu sudah terlihat jelas Tuan Aska Aliando." jawab Karin menahan senyum melihat wajah Aska yang semakin memerah. Aska memalingkan wajahnya ke dinding kamar.

"Hai...Tuan Aska, lihat wajahku sekarang dan tatap mataku." perintah Karin.

Reflek Aska kembali menatap wajah Karin. Karin menangkup wajah Aska dengan kedua tangannya.

"Aska, mungkin waktuku akan terbagi sedikit, karena aku memang sudah terlanjur janji pada Edo akan menemaninya sampai dia sembuh, tapi aku juga telah berjanji padamu untuk selama hidupku akan menemani dan menjagamu, aku tidak akan meninggalkanmu Aska. Aku akan selalu ada di sampingmu." ucap Karin bersungguh-sungguh.

"Emmmm, apakah janjimu itu hanya karena rasa kasihan, atau karena kamu mencintaiku?" tanya Aska dengan ragu-ragu.

"Menurutmu apa?" Karin balik bertanya.

"Apa? aku tidak tahu...dan aku ingin jawabanmu jujur kali ini." jawab Aska dengan dada yang berdebar.

Bibir merahnya sedikit terbuka menungu jawaban Karin. Karin menatap lembut manik mata biru Aska.

Dengan hati yang pasti, dan hati yang sangat yakin Karin mendekatkan wajahnya ke wajah Aska, Karin melirik bibir Aska yang merah, Mirip suatu bisikan Karin menjawab pertanyaan Aska.

"Aku melakukannya, karena aku mencintaimu,

sangat mencintaimu." Karin menyentuh bibir Aska yang masih terbuka dengan bibirnya, di ciumnya berlahan bibir Aska dengan segenap perasaannya.

Jantung Aska berdegup kencang, hatinya serasa melayang entah kemana. Aska memejamkan matanya, menerima dengan pasrah lumatan bibir Karin yang meluluh lantakkan perasaan dan hatinya.

"Aku juga sangat mencintaimu Karin." bisik Aska lirih, dan membalas lumatan bibir Karin yang bagaikan candu baginya.