Karin terkejut pagi-pagi ada beberapa orang laki-laki dengan badan yang besar datang ke tempat kontrakannya.
"Heeeii ada apa ini? siapa kalian? dan ada apa kalian kemari?" teriak Karin dengan keras.
Ke empat laki-laki itu saling berpandangan. Salah satu dari mereka dengan usia yang sudah setengah tua, mendekati Karin.
Dengan mengangguk hormat laki-laki itu mencoba menjelaskan.
"Maaf nona Karin, Sepagi ini kami di perintahkan sama Tuan Aska untuk segera menjemput Nona Karin, serta membawa barang-barang milik Nona." ucap salah satu dari mereka.
"Bilang sama Tuan kalian! saya tidak bisa sekarang, sebaiknya kalian pulang." Ketus suara Karin.
"Kami mohon Nona...jangan persulit kami, jika Kami tidak bisa membawa Nona Karin pagi ini, maka kami berempat bisa di pecat Tuan Aska Nona."
"Aaaaarrrgghhh! dasar Tuan kalian." Karin menghentakkan kakinya ke tanah dengan keras.
"Mari Nona, ikut dengan saya biar yang lainnya membawa semua milik Nona. Dan perkenalkan saya sopir pribadi Tuan Aska, Pak Damar." Damar menganguk hormat memperkenalkan diri.
Karin mengangguk dan tersenyum kecut masih kesal dengan apa yang di lakukan Aska.
"Saya duduk di mana Pak Damar?" tanya Karin bingung.
"Silahkan duduk di tengah Non, Non Karin kan majikan saya calon istri Tuan Aska."
Kening Karin berkerut. Ini pasti ulah Aska, awas nanti, tunggu saja." geram Karin dalam hati.
***
Tiba di rumah besar Aska, segera Karin turun dari mobil, berlari dengan menahan amarah Karin memasuki kamar Aska dan membuka pintu dengan keras.
"AAAAARRRGGGHH"
Karin menutup wajahnya dengan kedua tangannya. dan segera membalikkan badannya.
"Apa yang kamu lakukannnn hhaaaah! cepat pakai bajumu! dasar mesum!" teriak Karin, sungguh ini tidak bisa di percaya, Aska berada di kamarnya telanjang hanya memakai handuk sebagai penutup perutnya.
Aska yang melihat tingkah Karin seperti singa terluka, hanya tertawa dalam hati.
Dengan santai Aska memakai piyamanya kembali. Dia tidak tahu kalau Karin tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu.
"Makanya jika masuk ke kamar ketuk pintu dulu." Aska mendekati Karin dan membalikkan tubuh Karin ke arahnya.
Mata Karin masih terpejam.
"Buka matamu sekarang, aku sudah pakai baju." tangan Aska mengetuk kening Karin.
Karin membuka matanya berlahan, dengan mata tajam dan gerakan cepat Karin mendorong tubuh Aska terutama menekan pada dadanya, hingga tubuh Aska limbung. Aska memegang dadanya, dan terbatuk.
"Kamu kenapa?" tanya Aska tidak mengerti.
Ingin balik marah tapi tidak bisa, entah kenapa tiap berhadapan dengan karin, Aska merasa wibawanya dan arrogannya lenyap seketika entah ke mana.
"Siapa yang suruh orang pagi-pagi menjemputku? sangat mengganggu tidur pagiku!" ucap Karin dengan kedua tangan terlipat.
Dengan masih memegang dadanya, Aska mencoba bangkit dan duduk di ranjangnya.
"Aku yang menyuruh mereka, bukannya kamu sudah setuju untuk tinggal di sini?"
"Tapi tidak harus hari ini kan pindahnya!" teriak Karin, sungguh ingin Karin menonjok Aska yang selalu seenaknya sendiri memerintah orang.
"Terus? sekarang bagaimana?" tanya Aska melihat Karin sudah di rumahnya.
"Kamu harus di hukum." kata Karin
"Apa hukumannya,?" Aska penasaran apa Karin akan menghajarnya lagi sungguh Karin memang singa betina.
Karin mendekati Aska menatap tajam mata Aska. Aska yang di tatap Karin seperti itu mengerjapkan matanya. Ingin sekali segera melumat bibir Karin yang memerah.
"Pertama, tiap hari kamu harus bangun pagi, berjemur di sinar matahari pagi. Kedua, jam kerja harus di kurangi bila perlu jika ada hal yang penting saja kamu ke kantor. Ketiga jadwal makan harus teratur dan tidak ada makan daging, semua serba sayur dan buah. Ke empat tidak ada keluar malam, begadang atau minuman yang berakohol. Dan yang terakhir, kamu harus tetap semangat, kamu harus tetap bertahan untuk hidup! bagaimana Tuan Aska Aliando? apakah kamu menerima hukuman ini !" tegas suara Karin.
Kata-kata Karin sungguh di luar dugaan Aska, di pikirnya Karin akan meninggalkanya atau mengancamnya. Tapi kata-kata ini sangat menyentuh perasaannya. Di balik keras singa betinanya, tersembunyi perhatian yang sangat besar.
"Apakah aku harus menjalankan hukuman itu?" tanya Aska hati-hati.
"Harus kamu jalani! jika tidak..." Karin tidak melanjutkan kalimatnya.
"Jika tidak... apa?" tanya Aska dengan suara parau menatap mata Karin, dan beralih menatap bibir Karin.
"Jika tidak, maka aku akan menyiapkan kain kafan untukmu." Karin mendorong pelan pundak Aska.
"Kamu berharap aku meninggal begitu?" tanya Aska polos.
"Tentu saja bodoh, kalau kamu tidak mau menjalankan kelima hukuman itu, pasti hidupmu tidak akan lama!! Aasshhh sudahlah! aku mau ke kamarku! ingat mulai besok kamu sudah harus menjalani hukumannya!" Karin bergegas keluar kamar.
Aska masih duduk di ranjangnya, di pegangnya dadanya yang mulai berdegup kencang, perasaannya sudah di porak porandakan oleh Karin.
Karin yang keras, tapi berhati lembut. Aska membaringkan tubuhnya dan memeluk gulingnya dengan erat. Senyumnya mengembang, mengingat kembali wajah Karin yang tidak cantik tapi manis dan imut.