Chereads / FALLING IN LOVE / Chapter 9 - AKU MENCINTAIMU

Chapter 9 - AKU MENCINTAIMU

Perasaan nyaman yang di dapatkan Aska dari Karin, membuat rasa cinta di Aska semakin tumbuh subur.

Ada semangat yang luar biasa yang dirasakan Aska. Walau tahu penyakitnya adalah penyakit yang mematikan, yang sewaktu-waktu bisa mengambil nyawanya. Aska mengingat jelas awal mengenal sosok Karin yang ceplas ceplos dalam berbicara, bahkan sepintas dia menilai Karin adalah gadis matre yang suka menggoda pria.

Aska tersenyum, saat mengingat Karin menawarinya menjadi kekasihnya. Dan Aska menerimanya. Aska masih senyum-senyum di ranjangnya sambil memeluk bantal gulingnya erat. Terlihat sangat jelas jika Aska sedang jatuh cinta.

Hari ini Aska akan ke rumah sakit lagi untuk kemoterapi lagi. Dan Aska berniat setelah melakukan kemo, Aska akan mengutarakan isi hatinya pada Karin. Aska ingin menjalin hubungannya dengan lebih serius tanpa ada hubungan yang hanya pura-pura.

Dokter Heru memeriksa keadaan Aska untuk tiap melakukan kemo. Aska harus melakukan cek up secara keseluruhan, jika semua dalam keadaan baik, baru Aska bisa melakukan proses kemo.

Untuk proses kemoterapi hari ini Aska agak merasakan sedikit kesakitan, dan merasakan mual yang sangat pada perutnya.

Wajah Aska mulai pucat, berkali-kali matanya terpejam menahan mual. Karin yang berada di sampingnya mulai merasa cemas. Di olesinya tengkuk leher Aska dengan minyak kayu putih, Agar tubuh Aska merasakan hangatnya minyak kayu putih. Tapi rasa mual Aska sudah tidak bisa di tahannya lagi. Sambil menahan perutnya Aska mencoba turun dari ranjangnya dan tertatih ke kamar mandi. Karin memegang pundak Aska membantunya berjalan. Di kamar mandi Aska memuntahkan semua yang ada dalam perutnya tanpa bisa di tahan lagi.

"Hueeekkk...huekkkkkk"

Aska mengeluarkan semua menu sarapan paginya dengan muntahan yang berulang. Karin memijat pelan tengkuk leher Aska, agar rasa mual Aska berkurang.

Tubuh Aska merasa lemas setelah memuntahkan semua isi perutnya. Karin membersihkan mulut Aska dengan waslap. Dan memapah Aska kembali ke ranjangnya. Aska berbaring dengan mata terpejam untuk menghilangkan rasa mualnya. Karin segera memberikan obat anti mual pada Aska , karena di lihatnya Aska masih tersiksa dengan rasa mualnya.

"Tidurlah sebentar, biar rasa mualnya hilang." kata Karin sambil menambah bantal di kepala Aska agar bisa berbaring nyaman.

Aska menggeleng lemas.

"Aku tidak bisa tidur, perutku sangat tidak enak Karin. Bisakah kamu memelukku dan tidur bersamaku?" rengek Aska mulai keluar manjanya.

Karin menghela nafas panjang.

"Tempat tidurnya tidak cukup Aska? nanti kamu bisa jatuh jika aku ikutan tidur." jawab Karin mencari alasan.

"Ranjang ini cukup besar Karin, kamar ini kan VIP jadi ranjang ini cukup untuk kita berdua." kata Aska lagi dengan wajah polosnya.

"Nanti malu, jika ketahuan orang Ka." Karin mulai menahan emosi karena kebandelannya Aska.

"Kan bisa di kunci kamarnya? dan lagi kita hanya tidur saja kan?" kata Aska lagi yang sekarang menatap Karin dengan mata pupyeyesnya.

Tangan satu Karin yang di bawah ranjang mengepal, mendengar ucapan Aska.

"Kamuuuu! jika saja tidak mengingat kamu sakit, sudah aku pastikan kamu patah tulang." teriak Karin mengumpat dalam hati.

"Maukan menemaniku? biar rasa mualku hilang dan aku bisa istirahat. Tubuhku terasa lemas Karin." kata Aska merajuk lagi, tanpa memperdulikan wajah Karin yang sudah merah padam menahan kesal.

Karin menghela nafas dengan berat, mengeluarkan rasa kesalnya dengan tarikan nafas yang panjang.

Karin bangkit dari duduknya melangkah ke pintu untuk mengunci kamarnya.

"Semoga tidak ada yang datang nantinya." doa Karin dalam hati. Karin balik lagi ke ranjang Aska, dan menatap Aska tajam.

"Minggirlah sedikit." kata Karin ketus, dan mengalah lagi demi pria yang telah menggajinya dengan gaji yang fantastis di tiap bulannya.

Karin naik ke ranjang di samping Aska dengan berlahan. Aska menggeser tubuhnya sedikit ke samping, agar Karin mendapatkan tempat di sampingnya.

Tubuh Karin sudah berbaring di samping Aska. Namun badannya menghadap ke atas atap. Tubuh Karin tidak bergerak, takut jika tubuhnya menyentuh tubuh Aska.

Dalam hati Aska tertawa senang, Aska memiringkan badannya dan menatap wajah Karin yang masih tak bergerak menatap langit kamar.

"Kamu tidak memelukku?" tanya Aska mengingatkan Karin untuk segera memeluknya agar dia bisa tertidur.

"Bisakah kamu tidak menyiksaku dalam sehari saja?" tanya Karin dengan mata kesal.

"Aku hanya ingin tidur dalam pelukanmu, aku tidak menyiksamu Karin." jawab Aska dengan suara yang sudah parau.

"Hemmn, baiklah!" kata Karin mengalah lagi dengan kata-kata Aska yang selalu membuatnya tak berkutik.

"Tidurlah sekarang, pejamkan mata babymu itu." lanjut Karin sambil memeluk tubuh Aska dengan gerakan yang ragu.

Aska memejamkan matanya, membalas pelukan Karin dengan pelukan penuh. Aska menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Karin. Tangan Aska dengan erat memeluk pinggang Karin yang kecil.

Karin diam dan tidak bergerak lagi. Dadanya mulai berdegup karena kepala Aska menyentuh sebagian pada sesuatunya yang dadanya.

Karin menatap Aska yang mulai memejamkan matanya.

"Ini pria...selalu memaksakan kehendaknya, tetapi kenapa aku selalu tidak bisa menolaknya! aku selalu mengalah tiap kali menatap mata baby Aska, dan luluh dengan rengek manja Aska." ucap Karin dalam hati.

Karin menatap langit lagi, dan menelan air ludahnya saat kepala Aska bergerak menekan dadanya untuk mencari posisi tidur yang lebih nyaman.

Di pandanginya lagi wajag Aska yang tertidur lagi. Sangat tampan wajah Aska, walau dengan kulit putih yang pucat, dan bibir Aska yang tipis kemerahan, membuat Karin teringat saat dia mencium bibir itu. Sangat memabukkan.

"Assshhhhhh! apa yang aku pikirkan?" kata Karin dalam hati, segera Karin menghentikan pikiran kotornya.

Karin mencoba untuk memejamkan matanya, berharap waktu berjalan dengan cepat, dan bisa pulang dengan cepat.

Karinpun mulai merasa mengantuk dan tertidur dengan tangannya yang memeluk pinggang Aska.

Saat Karin sudah tertidur, Aska membuka matanya. Di pandanginya wajah Karin dengan penuh perasaan. Di usapnya pipi Karin yang kemerahan.

"Kamu sangat cantik dan manis." gumam Aska.

"Aku mulai mencintaimu sejak pertama melihatmu. Apa kamu tahu Karin?" kata Aska berbisik masih dengan membelai pipi Karin.

"Aku ingin hidup lebih lama, aku ingin sembuh. Agar aku bisa menemanimu selamanya." lanjut Aska dengan mata yang tak lepas menatap wajah wanita yang sangat di cintainya.