Kesehatan Aska masih stabil walau terkadang ada rasa lelah yang begitu tiba-tiba jika Aska ada kesibukan yang lebih. Dan tiap itu terjadI Karin selalu memarahinya.
Memamg Karin terkesan cuek sikapnya pada Aska, tapi Aska tahu perhatian Karin tak pernah lepas pada Aska.
Dari tiap pagi di mana Karin selalu membuka korden cendela, dan menyiapkan segala menu makanan yang menunjang kesembuhannya. Terkadang di waktu senggang saat beristirahat di ruang tengah, berdua memonton video lucu, dan Aska dengan manja berbaring di pangkuan Karin. Dan Karin di saat hatinya sedang baik membiarkan saja Aska bermanja padanya. Aska merasakan ada perbedaan dirinya yang sekarang dengan yang dulu.
Sekarang Aska merasakan dirinya sangat ingin menikmati hidupnya dengan tenang, ingin hidup dengan wanita yang mencintainya, dan mencintai wanita itu dengan sepenuh hati, dan sifat keras dan arogan Aska dulu , berubah menjadi Aska yang sangat manja. Ingin selalu si perhatikan tiap saat oleh Karin. Bagi Aska dunianya sekarang hanyalah Karin, bukan lagi pekerjaannya, ambisinya atau wanita-wanitanya.
Aska masih tenggelam dalam selimut tebalnya dengan lamunan panjangnya.
Pagi ini Aska ingin melanjutkan tidurnya karena semalaman pikirannya hanya tertuju pada Karin.
Karin minta ijin keluar untuk bertemu dengan salah satu temannya. Dan Aska merasa cemburu saat Pak Damar bilang jika teman yang di temui Karin adalah seorang pria. bahkan Karin menyuruh Pak damar segera balik, karena Karin pergi dengan pria itu.
Sampai malam Aska tidak bisa tidur karena Karin belum juga pulang. Baru hampir tengah malam Aska mendengar jika Karin sudah pulang. Baru Aska bisa tertidur.
Aska memeluk bantal gulingnya erat, Namun Aska tersentak saat ada yang menarik bantal gulingnya dengan kasar.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Aska pada Karin yang begitu saja sudah berada di hadapannya sambil membawa bantal gulingnya.
"Apa kamu tidak tahu! sekarang sudah siang!" jawab Karin datar mendekati korden jendela dan menggesernya dengan keras.
"Please Karin, aku mengantuk sekali hari ini, semalam aku tidak bisa tidur, aku mohon."
"Jangan beralasan, bukannya aku sudah bilang kalau kamu harus tidur tidak boleh dari jam 9 malam."
"Jangan salahkan aku, salahkan dirimu yang pulang larut malam." kata Aska dan merebut kembali guling yang masih di tangan Karin
"Hai...apa hubungannya kepulanganku dengan jadwal tidurmu?" tanya Karin, membalikkan tubuh Aska yang memunggunginya.
"Aku menunggumu tahu!" jawab Aska dan kembali membalikkan tubuhnya.
"Kenapa kamu menungguku? bukannya aku sudah ijin padamu jika aku mau bertemu temanku!"
"Aku kuatir padamu dan kamu tidak mengatakan teman yang kamu temui ternyata laki-laki. Apakah aku tidak boleh kuatir jika aku di sini sakit, dan kekasihnya di luar pergi dengan pria lain!" teriak Aska meledak, menahan rasa cemburu yang tidak bisa di tahannya lagi.
"Kenapa kamu harus marah? aku bisa menjaga diriku. Dan harus nya kamu menguatirkan dirimu sendiri! jangan menguatirkan diriku yang tidak sakit!!!"
Aska menoleh menatap Karin dengan pandangan tak percaya, mendengar kata-kata Karin yang sangat menyakiti hatinya.
"Ya, harusnya aku tidak menguatirkanmu, harusnya aku kuatir dengan diriku yang sebentar lagi sekarat lalu mati." kata Aska dengan suara parau.
Aska kembali membalikkan tubuhnya memunggungi Karin, dan menutupi semua tubuhnya dengan selimut tebalnya.
Hatinya sangat sakit dan kecewa dengan kata-kata Karin.
Karin dengan cepat menyadari ucapannya. maksudnya sebenarnya baik, dia tidak ingin Aska menguatirkannya, tapi Aska harus kuatir dengan kesehatannya dan bisa menjaga kondisinya.
Karin meremas tangannya, melihat sikap manja Aska. Sungguh raja ngambek!"
Karin naik ke tempat tidur, mendekati tubuh Aska yang masih terbungkus selimut.
Di tariknya pelan selimut yang menutupi wajah Aska. Namun Aska menariknya dan menutupi kembali wajahnya. Karin menarik nafas kesal.
Di cubitnya pinggang Aska dengan keras, hingga Aska terlonjak dan mengaduh kesakitan. Aska meringis sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
"Kenapa kamu mencubitku?"
"Karena kamu tidak mau mendengarku."
"Memang kamu sudah bilang apa? kamu belum bilang apa-apa! bagaimana aku bisa mendengarmu?"
"Sssttt...diam! bangunlah sebentar dan duduk." kata Karin bernada pelan.
Aska bangun dan duduk menghadap Karin.
"Sekarang, dengarkan apa yang aku bilang."
Karin pun menghadap Aska. Keduanya saling berhadapan.
"Kemarin aku memang menemui temanku pria, dia seorang dokter di singapura, aku meminta tolong padanya untuk mencarikan pendonor tulang sumsum belakang untukmu. kamu tahu butuh waktu lama untuk hal itu? Dan mengenai aku yang mengatakan untuk kuatir dengan dirimu sendiri, maksudku kamu harus kuatir dengan kesehatanmu, karena itu sangat penting untuk kesembuhanmu. Apakah sekarang kamu sudah mengerti?" tatap Karin tepat ke mata Aska yang menatapnya tanpa berkedip.
Aska memeluk Karin dengan erat. Aska merasakan kebahagiaan yang luar biasa. hatinya terharu dengan maksud baik Karin.
Karin membiarkan Aska yang memeluknya, bibir Karin tersenyum..sejatinya Karin merasakan hatinya yang mulai tersentuh dengan kebaikan Aska, dan sikap-sikap Aska yang nakal, dan manja.
Sungguh telah mencairkan hatinya yang sudah lama membeku. Namun Karin masih tidak ingin menunjukkannya pada Aska, hatinya tidak siap untuk terluka untuk yang kedua kalinya.