Surat perjanjian sudah di buat oleh Aska dan di serahkannya pada Karin.
Karin membaca sekilas, di perjanjian tersebut di sebutkan jika Karin dapat menyelesaikan masa kontraknya selama enam bulan menjadi kekasih Aska, maka semua harta yang di miliki Aska menjadi milik Karin.
Di masukkannya surat perjanjian itu di dalam tasnya, namun Aska mengambil kembali dengan paksa surat yang sudah di dalam tas Karin.
"Hei...apa yang kamu lakukan!! kamu belum menandatangani perjanjian itu...tanda tangani dulu, biar aku foto copy...baru surat itu bisa kamu simpan!" teriak Aska bersungguh-sungguh dengan kesepakatannya.
"Asssshhh, dengan tanda tanganmu saja sebenarnya sudah cukup." ucap Karin dengan sedikit cuek.
"Tidak!! kamu harus tanda tangan juga...aku tidak mau tertipu olehmu!" ucap Aska dengan wajah serius.
"Baik-baik...kemarikan, biar aku tanda tangani." ucap Karin seraya mengambil kasar surat perjanjian itu dari tangan Aska.
Dengan kesal di tanda tanganinya surat tersebut, setelah selesai di serahkannya kembali pada Aska.
"Jangan lupa foto copynya!" lanjut Karin menatap dalam wajah Aska.
"Jadi kapan aku bisa pulang? bukannya hari ini hasil labnya keluar?" tanya Aska, bosan dengan suasana rumah sakit, dia ingin segera keluar dari kamar neraka ini.
"Sebentar...biar aku tanyakan hasil labnya keluar kapan." ucap Karin segera keluar untuk menanyakan hasil lab Aska.
Di ruang pengambilan hasil lab, Karin meminta tolong pada salah satu teman dekatnya untuk menjelaskan hasil lab tersebut, agar dia bisa menjelaskannya pada Aska, walaupun Karin tahu yang berhak untuk memberitahu dan menjelaskan hasil lab adalah dokter Heru yang menangani Aska.
Karin sangat terkejut dengan hasil lab yang di bacakan temannya itu, di situ tertulis jika Aska Aliando mengidap penyakit leukimia stadium empat, di mana pasien di haruskan untuk berobat dan terapi sepanjang hidupnya. Karena leukimia Aska sudah stadium empat di perkirakan hidup Aska hanya bisa bertahan empat sampai delapan bulan.
Karin bingung, bagaimana caranya dia untuk menjelaskannya pada Aska, ini sungguh di luar perkiraan Karin.
Setelah dia menandatangani surat kontrak sebagai kekasih Aska, ternyata Aska mengidap penyakit yang bisa menghilangkan nyawa Aska sewaktu-waktu.
Dengan hati yang masih shock dan hampir tak percaya Karin memasuki kamar Aska.
Wajah Karin sangat terlihat gugup, setelah sampai di kamar ke Aska. Dengan cepat Aska menegakkan punggungnya saat melihat Karin datang. Hati Aska merasa tidak enak saat melihat raut wajah Karin yang terlihat pucat.
"Bagaimana? kapan hasil labku keluar? dan ada apa dengan wajahmu? kapan dokter Heru akan menjelaskannya padaku?" tanya Aska dengan wajah serius.
Karin menatap wajah Aska dengan perasaan sedih.
"Kemungkinan sebentar lagi dokter Heru akan kesini untuk menjelaskan padamu. Tapi aku tadi minta tolong pada temanku untuk melihat hasil labmu sekilas, hasil lab kamu menunjukkan kamu positif leukimia stadium empat." jelas Karin seraya mengambil nafas panjang.
Tubuh Aska merosot dari duduknya, tulang-tulangnya terasa lemas seketika, penyakit ini sungguh tidak ada dalam pikirannya.
Aska menjadi ingat beberapa bulan terakhir ini dia merasakan tubuhnya selalu lemas, dan sering demam tiba-tiba, dan dalam minggu terakhir dia mengalami mimisan.
Aska terdiam, tak mengira jika dirinya akan berlahan hancur dan mati.
Karin merasakan benar kesedihan Aska, dengan sedih di genggamnya tangan Aska pria yang baru di kenalnya dan sekarang sebagai kekasih kontraknya.
Walau Karin tidak ada perasaan cinta pada Aska, namun sebagaimana manusia yang punya hati, Karin merasakan kesedihan Aska.
"Kamu harus kuat...dan kamu harus berobat dan terapi secara teratur agar kamu bisa sembuh." kata Karin memberi semangat pada Aska.
Aska menoleh, menatap Karin dengan mata birunya.
"Apakah kamu menemaniku...sampai aku sembuh?" tanya Aska dengan hati penuh harap.
Karin mengangguk dengan pasti. Dia tidak ragu untuk membantu Aska agar sembuh demi rasa kemanusiaan.
"Apakah kamu mau memelukku? biar aku ada semangat untuk sembuh?" ucap Aska dengan suara parau dan hati yang sedih.
Tanpa menjawab Karinpun memeluk Aska dengan pelukan hangat.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." ucap Karin menenangkan hati Aska.