Karin menyusuri koridor rumah sakit, dengan sedikit tergesa.
Tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan, Karin segera masuk ke ruang kerjanya.
Pagi ini Karin mendapat tugas menjaga seseorang pria yang masih muda yang berada di kamar VIP Mawar nomor lima belas.
Dengan senyum yang selalu mengembang di bibirnya yang indah, Karin keluar dari ruang kerjanya menuju kamar pasien yang akan di rawatnya secara pribadi.
Karin menjalankan rutinitasnya sebagai perawat di Rumah sakit besar di Surabaya yang sudah di jalaninya hampir selama dua tahun lamanya.
Banyak suka duka yang di alami Karin dengan para pasiennya, dari pasien yang sifatnya menurut sampai pada pasien yang sifatnya pemarah, dan itu semua membuat Karin semakin pintar untuk menganalisa watak tiap pasien.
Hati Karin sedikit ragu saat menerima tugasnya barunya, karena menurut teman-temannya pasien yang satu ini sangatlah dingin dan tak punya hati walau itu terhadap wanita.
Mendekati kamar nomor lima belas, Karin menghela nafas panjang, dia berdoa dalam hati semoga pasiennya kali ini tidak mempersulit pekerjaannya seperti yang di alami teman-temannya.
Di ketuknya pelan pintu kamar pasien, dan berlahan membuka pintu tersebut.
Nampak wajah pasien yang berada di tempat tidurnya dengan posisi setengah bersandar.
"Sungguh sangat tampan wajah pria ini, sungguh seperti wajah-wajah artis korea," ucap Karin dalam hati.
"Selamat pagi Pak Aska Aliando." sapa Karin dengan tersenyum manis.
Aska yang sebagai pasienpun membalas sapaan Karin dengan tersenyum pula.
"Selamat pagi juga suster," Aska tidak melanjutkan karena dia belum tahu nama suster yang akan merawatnya.
"Karin," sahut Karin dengan cepat, karena tahu maksud dari ucapan Aska yang tidak berlanjut.
"Suster Karin, sebuah nama yang indah." ucap Aska setelah tahu nama suster yang merawatnya.
"Oh ya, permisi pak Aska..saya akan cek dulu suhu badan pak Aska, setelah itu saya akan memberikan suntikan vitaminnya." ucap Karin minta ijin terlebih dulu pada Aska untuk memberikan suntikan vitamin.
"Suster Karin, apakah aku bisa minum obat saja? jujur aku tidak mau di suntik." ucap Aska dengan jujur.
"Kenapa Pak Aska tidak mau di suntik?" tanya Karin sedikit heran, laki-laki dewasa tapi tidak mau di suntik.
"Aku takut dengan jarum suntik Sus." jawab Aska sedikit malu.
"Kalau takut...tutup mata saja Pak Aska, dan itu tidak akan sakit, hanya seperti di gigit semut," bujuk Karin.
"Suster, apakah aku terlihat tua?" tanya Aska menatap wajah Karin yang terlihat sangat cantik.
"Terlihat masih sangat muda...memang kenapa Pak Aska?" jawab Karin membalas tatapan mata Aska yang sedang menatapnya.
"Kalau aku terlihat masih muda...apakah suster bisa memanggilku dengan namaku saja." pinta Aska yang merasa canggung dipanggil Karin dengan sebutan Pak.
"Baiklah...jika itu membuatmu senang Pak Aska Eh...Aska," ucap Karin dengan tersenyum.
Sambil menyiapkan alat suntiknya, Karin mengusap punggung tangan Aska yang sudah terpasang jarum infus dan mencabutnya dengan pelan untuk segera menyuntikkan vitamin pada Aska.
Masih dengan mengajak Aska berbicara, Karin mencoba mengalihkan perhatian Aska pada obrolan yang ringan dengan sebuah candaan.
"Kalau boleh tahu...apakah kamu sudah mempunyai kekasih Ka?" tanya Karin dengan sifat isengnya.
"Belum...kenapa? apakah kamu mau menjadi kekasihku." tanya Aska dengan tersenyum.
"Emm, apakah kamu sedang bercanda?" tanya Karin yang sudah tak percaya dengan kesungguhan seorang pria.
"Aku serius, jika kamu mau...aku sangat senang...jadi, bagaimana? mau kan kamu menjadi kekasihku?" tanya Aska lagi menatap wajah Karin yang terlihat begitu mempesona.
"Tentu kenapa tidak, tapi aku punya syarat-syarat yang harus kamu penuhi, apa kamu mau dengan syaratnya?" tanya Karin dengan memulai memasukkan obat pada alat suntiknya.
Tanpa di sadari Aska yang masih asyik dengan percakapannya, berlahan Karin menyuntik Aska dengan sangat pelan.
"Apa syaratnya? Aaauhhhhh," Aska berteriak mengalami sakit seperti kena tusukan pada punggung tangannya.
"Aaahhhh...kamu telah menyuntikku, kamu curang." teriak Aska pada Karin.
Karin tersenyum lebar, penuh kemenangan.
Sambil tersenyum, Karin menjawab pertanyaan Aska yang telah terputus akibat suntikan yang mendadak tadi.
"Syaratnya adalah jika kamu sudah berani dengan sebuah suntikan maka aku mau jadi kekasihmu." ucap Karin dengan tertawa renyah.
"Kamu curang." desis Aska menahan rasa kesal karena telah di permainkan Karin.
"Aku sudah memberitahu syaratnya, karena kamu tidak bisa memenuhi syarat itu, jadi kamu tidak layak untuk menjadi kekasihku." kata Karin dengan tersenyum, sambil membereskan alat suntikannya.
"Suster kapan aku bisa pulang?" tanya Aska mengalihkan pembicaraan.
"Tunggu hasil lab keluar besok pagi...jika hasil labnya bagus maka kamu bisa langsung pulang," jelas Karin.
"Memang aku sakit apa Sus?" tanya Aska,
"Untuk sementara hasil pemeriksaan kamu terserang typus...tapi tetap saja kita harus menunggu hasil labnya...jadi sabar ya Ka," ucap Karin menenangkan hati Aska.
"Apakah boleh aku minta tolong?" kata Aska memohon pada Karin.
"Tentu...minta tolong apa?" tanya Karin seraya mendekati Aska.
"Jadilah kekasihku mulai sekarang...aku akan membayar berapapun yang kamu minta." ucap Aska dengan bersungguh-sungguh.
"Untuk soal itu aku tidak bisa menolongmu, dan kenapa harus aku yang kamu mintai tolong? kenapa bukan yang lainnya?" tanya Karin dengan heran.
"Karena aku yakin, hanya kamu yang bisa menolongku," jawab Aska dengan wajah serius.
"Jika aku meminta semua hartamu...apakah kamu bisa memenuhinya?" gertak Karin dengan sangat yakin, karena Aska tidak akan mau memenuhinya.
"Baiklah...aku akan penuhi permintaanmu." jawab Aska dengan pasti.
Karin terdiam dan mulai berpikir keras, dia tidak bisa melakukannya, tapi Aska sudah menyetujuinya.
"Baiklah...harus berapa lama aku akan menjadi kekasihmu?" tanya Karin dengan sangat terpaksa jadi menerimanya.
"Hanya enam bulan saja." jawab Aska singkat.
"Oke deal...aku pegang kata-katamu," ucap Karin tidak bersungguh-sungguh, dia hanya ingin tahu reaksi Aska saja.
"Tunggu...aku akan membuat surat kontraknya, agar kamu tak bisa mudah untuk lari meninggalkanku." sahut Aska cepat.
"Baiklah...terserah kamu saja, sekarang ijinkan aku untuk istirahat, karena ini sudah jam waktunya istirahat." ucap Karin seraya mengambil peralatannya, dan berlalu dari kamar Aska Aliando yang sekarang adalah kekasihnya.