Chereads / BILLION BUCKS / Chapter 18 - BB.017 I DON'T KNOW BUT I KNOW

Chapter 18 - BB.017 I DON'T KNOW BUT I KNOW

Happy Reading ๐Ÿ’›๐Ÿ’›

Siapakah sosok Dominic Archer? Dia terlalu misterius, apa aku harus menggalinya lebih dalam? Bagaimana jika dia jauh lebih berbahaya dari dugaanku? Apa aku sudah masuk ke kandang singa? Aku harap dia tidak seperti yang aku bayangkan. Jean terus bergumam seperti itu disepanjang jalan. Memikirkan siapa Dominic seperti mengumpulkan teka-teki yang harus disatukan.

"Apa yang sedang ka pikirklan?" Tany Dominic kepada Jean yang terlihat mengerutkan keningnya.

Jean hanya menggeleng sebagai jawaban. Tapi Dominic tahu apa yang membuat Jean menjadi diam.

"Apa kau segitu ingin tahunya tentang aku?" Ucapnya seraya membelai pipi Jean.

"Apa boleh?" Jawabnya dengan hati-hati.

"Sebaiknya tidak, jikau tidak mau terkejut." Ucap Dominic dengan suara dingin, membuat bulu kuduk Jean berdiri. Hanya mengucapkan itu, tapi Jean seperti meraskan aura mencekam. Jean sepontan mengangguk.

"Good girl. Sekarang kamu mau keluar sendiri atau aku gendong?" Dominic meyadarkan jean jika merebka sudah sampai dikediaman mereka. Dia pun bergegas keluar dengan cepat.

Dominic tertawa melihat tingkah Jean yang merasa ketakutan. Tapi tawa itu tidak berlangsung lama saat ponselnya bergetar dan menampilkan nama Adam Archer, ayah Dominic Archer.

"Ada apa?" Dominic tanpa basa-basi.

"Keep calm, soon. Hanya ingin menanyakan kabar anak ku yang kini sudah menjadi pemegang saham terbesar." Adam menekan kata akhir.

"Tidak perlu berbasa-basi. Aku tidak punya waktu meladenimu." Ucap Dominic dingin.

"Kau masih sama setalah orang itu meracuni dengan ucapan yang tidak masuk akal. Aku merindukan Dominic kecil yang menggemaskan, bukan Dominic seorang pembunuh berdarah dingin." Ucapnya.

"Kau memang seperti itu, sialan. Katakan saja dimana ibuku, dan kau bisa bermain dengan jalang sesuka hatimu." Dominic dengan berani mengucakan itu, padahal Adam adalah ayah kandungnya.

Dominic membenci Adam karena dia berfikir jika Adam lah penyebab kepergian ibunya. Adam sudah beberapa kali menjelaskan jika kepergian ibunya bukanlah karena dirinya. Tapi tentu saja Dominic tidak mempercai ucapnnya.

"Hahaha!! Apa kau mengibarkan bendera perang kepada Dad?" Nada suara Adam menjadi serius.

"Berhenti memanggil seperti itu. Kau bukan Dad, kau seorang brengsek ulung. Baiklah, kita lihat siapa yang akan menang." Dominic tentu saja menerima itu.

"Aku hnya ingin mengatakn jika dalam berperang kita bebas melakukan apapun, termasuk mengambil barang berharga untuk milikmu. Jadi, jaga dia baik-baik jika kau tidak menginginkan dia terjadi sesuatu." Adam mengucapkan itu dengan dibuat biasa saja, namun Dominic tahu jika ucapan yang dilontarkan Adam adalah sebuah ancaman untuknya. Dan Dominic tahu barang apa yag dmaksud Adam.

"Jangan sentuh dia. Atau kau akan tahu akibatnya." Damian memperingati Adam untuk tidak menyentuh apapun miliknya.

"Haha.. Kau tidak tahu aturan bermain. Aku hanya memperingatkanmu. Berhati-hati lah son, atau kau akan kehilangan untuk yang kedua kalinya. " Setelah mengatakan itu, Adam mematikan panggilannya.

Dominic mengepalkan tangannya. Dia sangat tidak suka dengan Adam, ayah kandungnya. Hubungan yang sudah buruk menjadi sangat buruk saat ini. Ia pun turun mobil dengan wajah yang sangat menyeramkan.

Tapi saat melihat Jean yang sudah berganti pakaian dengan piyama panda membuat kekesalan Dominic hilang entah kemana dan tergantikan dengan senyum tercetak meskipun hanya beberapa centi dia menaikan bibirnya.

"Apa yang sedang kau lakukan." Tanya nya melihat Jean sibuk mengambil sesuatu dalam lemari es.

"Mencaru buah untuk pengganjal perut. Kau mau apple?" Jean menyodorkan apel di tangannya. Tapi Dominic malah menarik tangan Jean dan malah meraup bibir Jean yang masih penuh dengan gigitan apel.

"Aku lebih suka yang disini, lebih manis dan menggoda." Dominic menyeka bibir Jean dengan jari manisnya, lalu menjilat jari yang bekas menyeka bibir Jean.

Jean hanya diam saja saat Dominic melakukan itu, dan entah kenapa jantung Jean berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kau tahu, aku sangat menginginkanmu. Saat berada jauh darimu, tubuhmu selalu ada dalam kepalaku." Dominic menarik pinggang Jean agar menempel pada tubuhnya.

"Salah sendiri menghilang beberapa hari." Jean spontan mengatakan itu, lalu beberpa detik kemudian tersadar. Pipinya merona karena sudah mengatakan itu. Jean merutuki dirinya yang mengucapkan itu, seolah dia sama menginginkannya Dominic juga. Jean pun menundukan wajahnya karena malu.

Dominic menyunggingkan senyumnya tanpa sepengetahuan Jean. Dia menggendong bridal. Jean memekik dan mengalungkan tangannya di leher Dominic.

"Kau sepertinya sudah sangat siap." Setelah mengatakan itu, Dominic langsung mengulum bibir Jean dan membawanya ke kamar. Tanpa penolakan bahkan menyambut ciuman Dominic.

Setelah sampai di kamar Dominic melempar Jean ke kasur king size nya yang empat, lalu menaiki nya.

"Kau mau bermain yang seperti apa? Lembut atau saat terakhir kita bermain?" Tanya Dominic di atas tubuh Jean, mengungkung nya di bawah.

Tangan Jean mengepal mencengkram selimut di sampingnya. Bohong jika pada saat itu Jean mengatakan jika dia tidak menikmatinya. Dia sangat menikmati setiap setiap sentuhan Dominic padanya, meskipun terkesan kasar dan mendominan. Tapi Jean menginginkan sesuatu yang baru dari Dominic.

"Lembut." Jawabnya dengan meneguk saling saat melihat Dominic membuka bajunya hingga menunjukan tubuh atletis tercetak enam kotak di perutnya, ditambah tatto yang menghias lengan kekarnya, membuat kesan seksi semakin terlihat.

"Good choice. Aku sedang tidak ingin bermain dengan kasar." Ucapnya. Dominic memulai aksinya dengan melepas baju piyama panda yang imut itu di tubuh Jean.

Mata Dominic seakan tidak puas dengan yang dilihatnya karena bra itu masih menempel dan merusak pemandangannya. Dia pun menarik bra itu sampai terputus di tengah. Jean memekik apa yang Dominic lakukan. Tadi dia meminta lembut, tapi Dominic membukanya dengan kasar.

Mengerti apa yang Jean pikirkan Dominic mengecup kedua mata Jean. "Aku akan melakukannya dengan sangat perlahan, hingga kau terbang dengan kenikmatan yang aku berikan untukmu." Dominic mengulum pucuk nipple Jean.

Menghisap, menjilat bergantian dari kiri ke kanan payudara Jean. Tangannya sibuk membuka celana miliknya. Dibawah sana sudah terasa sesak karena miliknya sudah ingin cepat meminta untuk di lepaskan dari sangkarnya.

Kini lidah Dominic turun dan menjelajahi setiap inci kulit Jean tanpa terlewat sedikitpun. Perut, lalu ke paha Jean dan bagian favoritnya. Klitoris Jean yang sangat sensitif. Rasa dingin saat lidah Dominic menyentuh klitoris nya, membuat Jean tidak bisa untuk tidak mendesah. Lidah Dominic sangat lihai bermain disana.

"Oh, Dominic." Jean tidak tahan untuk meracau.

"Yes honey, sebut namaku." Dominic semakin gencar bermain di 'milik' Jean tanpa ampun sampai sang empunya memekik keras karena mencapai pelepasan pertamanya karena permainan luar bisa dari lidah Dominic.

"Kau tampak luar biasa saat mencapai klimaks. Mrs, Archer." Ucap Dominic melihat Jean yang terengah-engah karena pelepasannya.

"Sekarang giliranku mencapai pelepasan." Dominic memposisikan diri di antara kedua paha Jean. Dia pun mengarahkan 'miliknya' di 'milik' Jean yang kembali lembab karena melihat betapa luar biasanya 'milik' Dominic.

Dengan perlahan, Dominic memasukan 'miliknya' hingga sepenuhnya masuk. Sesuai yang dijanjikan, Dominic bermain dengan lembut, bahkan sangat lembut hingga Jean merasa frustasi. Dia ingin lebih. Meskipun dia suka dengan yang dilakukan Dominic secara lembut, tapi sesuatu dalam tubuhnya menginginkan lebih.

"Faster, please." Jean memohon kepada Dominic untuk mempercepat gerakannya. Tapi Dominic malah menggelengkan kepalanya.

"Belum saatnya, honey. Kau nikmati saja kelembutan ini." Dominic kembali mengulum nipple Jean, sedangkan jarinya memainkan klitoris Jean.

Jean dibuat benar-benar melambung oleh permainan Dominic. Hingga sampai dia ingin memuntahkan miliknya kembali. Dominic tahu jika Jean sudah ingin mencapai klimaks nya kembali.

"Keluarkan lah untuk ku." Dominic membolehkan Jean untuk meledek mendahului nya. Dan Jean kembali berteriak menyebut nama Dominic.

"Kau benar-benar luar biasa Ms, Flo." Dominic hampir mencapai klimaksnya.

Setelah dirasa dirinya benar-benar ingin meledak, Dominic segera mencabut 'miliknya' dan mengeluarkannya di luar. Tubuhnya ambruk di atas tubuh Jean.

"Besok kita ke rumah sakit." Kata Dominic dibelahan payudara Jean.

"Untuk apa?" Tanya Jean bingung karena tiba-tiba Dominic memintanya untuk ke rumah sakit bersama.

"Konsultasi alat kontrasepsi yang bagus untukmu." Jawabnya.

Jean bingung dengan Dominic yang sangat tidak menginginkan anak. Apakah memiliki seorang anak sanata mengerikan bagi Dominic? Jean ingin bertanya, tapi tentu saja dia mengurungkan nya. Jean menganggap jika pernikahan nya bukanlah pernikahan yang sesungguhnya. Wajar jika Dominic tidak menginginkan anak dari rahim Jean.

Tapi raut wajah Jean menunjukan wajah sendu entah kenapa. Dia hanya mengangguk mengiyakan permintaan Dominic tanpa bertanya lebih.

______________________

Maaf ya kemarin aku ga up. Mau bilang alesan takut dibilang cuma alesan. Karena alesan tetap alesan hehehe semoga suka โค