Dominic dan Jean sudah berada di dalam mobil menuju Bandara terdekat. Jean sempat bertanya kemana heli yang mereka naiki saat pertama datang. Tapi Dominic hanya menjawab, rusak. Dan Jean menurut saja tanpa mau bertanya lebih.
Jean merasa aneh dengan tingkah Dominic saat mereka dalam perjalanan menuju Bandara. Entah Jean yang terlalu mendramatisir atau bagaimana, tapi dia merasa jika Dominic sedang was-was entah untuk apa.
Tiba-tiba mobil yang mereka naiki di tabrak dari belakang. Tembakan dari arah samping kaca Jean terdengar jelas. Untung saja mobil yang di naiki mereka menggunakan kaca anti peluru, kalau tidak, sudah dipastikan peluru panas itu menembus kepala Jean.
Jean ketakutan, sampai dia menutup mata dan juga telinganya karena suara tembakan itu terus menghujani mobil mereka. Tangan Dominic menarik Jean dan memeluknya, mengusap pucuk rambutnya dengan lembut.
"Sstt.. Jangan takut, ada aku disini. Anggap saja sedang menonton film action." Ucapan Dominic sama sekali tidak menenangkan Jean. Karena Jean sangat ketakutan, sampai-sampai dia menganggap jika ini adalah hari terakhirnya.
Tiba-tiba mobil mereka mengerem mendadak. Untung saja Jean dan Dominic mengenakan seatbelt, kalau tidak mereka pasti terpental kedepan.
"Tuan." Driver melirik kearah kursi belakang. Dominic tahu apa yang ingin driver itu katakan.
"Hey.. Look at me." Dominic menyuruh Jean menatap dirinya. Awalnya Jean ragu untuk membuka matanya, tapi suara Dominic yang menenangkan membuat matanya terbuka. Bibirnya bergetar karena takut. Dominic menangkup kedua pipi Jean lalu melumat sebentar bibir Jean.
"Apapun yang terjadi jangan takut, jangan pergi kemanapun ok. Kau akan aman jika menurut padaku." Kata Dominic menyuruh Jean untuk tetap diam di dalam mobil saja, sedangkan Dominic? Tentu saja dia akan keluar untuk membunuh satu persatu orang yang sudah menganggu mereka.
"Kau mau kemana?" Tanya Jean.
"Membereskan lalat nakal." Jawabnya tanpa beban. Jean tidak mengerti dari ucapannya. Tapi Jean memilih diam.
Dominic membuka jas nya dan menaruh di atas kepala Jean sampai menutupi pandangannya. Jean pun tidak menolak apa yang dilakukan Dominic padanya.
"Jangan dibuka sampai aku datang mengerti?" Ucap Dominic pada Jean.
Jean menahan tangan Dominic dan memintanya untuk tidak pergi. "Jangan tinggalkan aku." Mohon Jean. Dia tidak mau terjadi sesuatu kepada Dominic. Dia tidak tahu siapa yang mereka hadapi di luar.
"Aku tidak akan lama. Aku pasti kembali untukmu." Janjinya.
"Aku pastikan kau tidak akan menjadi janda diwaktu dekat ini." Gurauan Dominic membuat Jean kesal, bisa-bisanya Dominic bercanda disaat seperti ini.
Tapi Jean tahu, semua yang Dominic katakan harus dia lakukan. Dengan ragu Jean melepas cekalannya pada tangan Dominic dan menganggukan kepalanya. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Dominic di depan. Tapi mencegah pun sepertinya tidak akan bisa. Dia hanya berharap semoga Dominic menepati janjinya untuk kembali.
"Jaga dia." Kata Dominic kepada driver.
"Siap tuan." Jawab driver itu. Dominic pun keluar dari mobil.
Suara tembakan menggema dari luar mobil begitu terasa di pendengaran Jean. Wajahnya masih tertutup jas yang Dominic sampirkan di kepalanya. Jean menangis, rasa khawatir terjadi sesuatu pada Dominic menghinggapi dirinya. Jean merapalkan doanya agar semua berakhir.
Beberapa menit kemudian sudah terlewat, suara tembakan itu sedikit berkurang. Pintu mobil terbuka dan Jean di tarik ke depan. Jas yang dikenakan dikepalanya terlepas. Jean menoleh dan melihat siapa yang menariknya. Ternyata bukan Dominic lah yang menariknya.
"Dominic Archer, serahkan semua atau dia mati ditanganku." Ternyata yang menarik Jean keluar adalah driver yang sedari tadi bersama mereka.
Sebuah benda dingin menyentuh leher Jean. Pisau tajam sedang terarah di lehernya, sedikit saja Jean bergerak, sudah dipastikan darah segar mengalir dengan deras di lehernya.
Jean menatap Dominic yang sedang mengacungkan pistol kearah lawannya. Tangannya seketika bergetar saat melihat Jean menjadi tawanan.
"Aku tidak pernah melihatmu bergetar seperti itu, Dominic Archer." Seseorang dari dalam mobil memandang Dominic seperti sedang panik melihat Jean menjadi tawanan.
"Lepaskan dia." Kata Dominic dingin.
"Wow.. Mana negosiasimu." Pria yang tidak diketahui oleh Jean meminta bernegosiasi. Jean hanya memperhatikan Dominic tanpa tahu apa yang dibicarakan mereka karena pendengarannya menuli.
"Kau pikir kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Dan apa kau pikir aku akan gencar dengan ancamanmu?" Wajah Dominic berubah menjadi dingin.
Jean membola mendengar Dominic seolah tidak memperdulikan nya. Hati Jean teriris mendengar itu, hanya ucapan Dominic yang Jean dengar. Sekarang ia sudah pasrah jika sesuatu terjadi pada dirinya. Matipun tidak masalah, pikirnya.
Pisau itu menekan leher Jean, rasa perih Jean rasakan saat pisau itu menggores setengah senti di lehernya. Bibirnya mengernyit menahan untuk bergerak lebih karena pisau itu bisa saja menggores lebih dalam lagi. Darah segar keluar dari leher Jean.
Entah dewa keberuntungan ada di pihaknya. Heli datang dan menembak semua yang ada di area itu tanpa sedikitpun terlewat. Satu persatu pria yang mengelilingi Jean dan Dominic tumbang tak bernyawa.
Jean memekik dengan apa yang dia lihat. Darah bercucuran dimana-mana. Banyak yang tewas di depan matanya tentu saja dia menjadi syok.
Dominic mendekati Jean dan mengacungkan pistol kearahnya. Jean menatap lekat Dominic. "Believe me." Setelah mengucapkan itu, Dominic menarik pelatuk pistolnya, dan,
DOR
Dominic menembak driver yang menahan Jean hingga terjatuh tak bernyawa. Dominic langsung menghampiri Jean dan langsung memeluknya. Tangis Jean pecah saat sudah berada dipelukannya. Tiba-tiba pandangan Jean mengaburkan dan beberapa detik kemudian Jean kehilangan kesadarannya.
Dominic langsung menggendong Jean dan menghampiri heli yang tadi membantunya membunuh semua yang telah menyerang Dominic.
"Dari Klan mana?" Tanya Adam dari dalam heli.
Ya, Adam datang menyelamatkan Dominic dan juga Jean. Entah dari mana dia mengetahui jika Dominic dalam bahaya. Dominic tidak memperdulikan itu dulu, yang lebih penting adalah membawa Jean ke rumah sakit.
"Yakuza." Jawab Dominic singkat.
Adam tidak menanggapi lagi dan menyuruh Dominic untuk cepat naik ke heli dan membawa Jean ke rumah sakit. Adam yang membawa heli karena Dominic menjaga Jean.
*****
Dominic sedang menunggu Jean di ruang inap rumah sakit. Matanya terpejam dengan posisi duduk. Tangannya dia lipat di dadanya.
Adam datang menghampiri Dominic yang sedang tertidur. "Hentikan semua sebelum terlambat, Dominic." Adam memperingati Dominic.
"Aku bukan anak kecil yang bisa kau atur-atur. Aku bisa menjaga diri." Ucapan Dominic tanpa membuka matanya.
"Nyatanya kau terperangkap dalam bahaya bersamanya. Berhenti atau kau akan kehilangan semuanya. Aku sudah memperingatkanmu, Dominic." Setelah mengucapkan itu, Adam keluar dari ruangan.
Dominic memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dominic hanya menganggap dirinya hanya lengah sebentar sehingga dia berhadapan dengan bahaya seperti tadi.
Jean tersadar dari pingsannya dan langsung teriak histeris, membuat Dominic terlonjak kaget dan langsung menghampirinya.
"Hey.. Ini aku." Dominic menyadarkan Jean. Dominic tahu Jean akan syok melihat semua.
Jean pun sedikit tersadar setelah mendengar suara Dominic. Tangannya bergetar mengingat putaran memori saat terjadi baku tembak, mayat bergelimpangan. Nyawa bagaikan tak berharga bagi mereka.
Apa yang mereka perebutkan, siapa yang menyuruh, dan apa yang terjadi membuat Jean sedikit berpikir, apakah ini adalah dunia Dominic? Apa karena ini yang membuat wajah Dominic saat beberapa waktu lalu menjadi penuh luka?
Jean menatap Dominic. "Siapa kau sebenarnya Dominic archer." Ucapnya menatap lekat Dominic.
________________