Pernikahan yang digadang-gadang menjadi salah satu pernikahan termewah di Amerika, membuat Jean Florence tidak senang. Dekorasi indah, gaun indah, makanan lezat, suami tampan yang digilai kaum hawa, siapa yang tidak senang?
Semua tidak berlaku untuk seorang Jean. Semewah apapun acara pernikahan itu, tetap saja dia orang yang paling tidak diuntungkan. Menikah secara tiba-tiba dengan pria yang tidak dikenali nya, dan juga dengan pria yang sudah membelinya.
Tiga hari berlalu sejak pernikahan, Jean merasa asing terhadap Dominic. Sikapnya yang semakin dingin kepadanya membuat Jean bingung. Apa dia melakukan kesalahan? Pikir Jean. Dominic memang sudah bersikap acuh semenjak Jean menginjakan kakinya ke mension nya, tapi sikapnya semakin menjadi saat pernikahan berlangsung.
Stasiun TV, portal berita cetak dan juga online semua menggunakan foto Dominic sebagai cover dan juga isi dalam berita mereka. Tertulis jika Dominic pemegang saham terbesar perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Rasa penasaran Jean begitu besar sampai dia bertanya dengan Delia, sekretarisnya. Semua terjawab, mulai dari berita di televisi, dan alasan kenapa Dominic menikahi jean.
Dominic menikahi Jean karena sebagai alasan agar ia mendapat sepenuhnya aset warisan dari kakeknya. Sedikit aneh menurut Jean karena kakek Dominic belum wafat, dan kenapa harus Jean yang dinikahi. Bisa saja Dominic menikah dengan orang lain atau kekasihnya.
Jean selalu bertanya-tanya apa Dominic memiliki kekasih atau tidak. Karena Dominic memiliki segalanya, tidak mungkin ada wanita yang menolaknya. Bagaimana dengan Jean sendiri? Entahlah, Jean pun tidak tahu. Yang ia tahu hanya, Dominic membelinya dan Jean adalah milik Dominic seutuhnya.
Malam pertama yang digadang-gadang adalah malam yang sakral untuk pengantin baru tidak berlaku untuk pasangan Dominic dan Jean. Jangankan malam pertama belum juga mengganti pakaian, Dominic sudah meninggalkan gedung pernikahan dan entah pergi kemana sampai saat ini. Lagi pula untuk Jean malam pertamanya adalah saat sebelum menikah, mereka telah melakukan itu lebih dulu. Jadi tidaklah penting untuk mereka.
Tapi Jean sedikit merasa kehilangan saat Dominic tidak ada. Jean heran setiap Dominic pergi, saat pulang wajahnya penuh dengan luka. Jean bahkan pernah berfikir jika Dominic adalah seorang mafia yang memiliki banyak musuh, sehingga dimanapun dia berada selalu dalam bahaya.
"Non, tadi tuan Dominic menelfon. Beliau minta anda untuk bergegas." Salah satu meid datang memberitahu pesan dari Dominic.
Jean kesal karena Dominic tidak langsung menghubunginya dan malah menyuruh orang lain untuk menyampaikan pesan.
Jean tidak menjawab dan langsung pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian, dengan sedikit menggerutu.
**

Jean mengambil asal dress yang terdapat di lemarinya, karena memang dia tidak tahu harus mengenakan apa. Dominic hanya menitip pesan untuk bergegas tanpa tahu Jean harus mengenakan apa. Dress yang dengan lengan panjang berwarna hitam dengan brukat sebagai pemanis, bahu yang sedikit terekspos membuat kulit halus sang pemakai menjadi lebih terlihat sedikit seksi. Rambutnya ia cepol asal tak mengurangi cantik wajah Jean yang memang sudah dari sananya.
Perjalanan menuju entah kemana, Jean tidak mengetahuinya, ia juga malas untuk bertanya kemana ia akan pergi. Dominic benar-benar menganggap Jean sebagai boneka yang memang harus mengikuti setiap perintahnya. Lalu Jean bisa apa? Tentu saja dia tidak dapat keuntungan apapun. Sudah keluar dari lubang hitam dunia malam saja sudah untung, pikir Jean. Setidaknya Dominic tidak memperlakukannya begitu buruk. Meskipun Jean tahu tubuhnya juga akan menjadi milik Dominic.
"Silakan nyonya." Driver membuka pintu untuk Jean.
"Terimakasih." Ucap Jean sopan.
Ia pun melanggang masuk kedalam salah mall yang sangat besar, Jean pun tidak tahu jika ada mall disini.
"Ikuti saya nyonya, tuan Dominic telah menunggu anda." Datang pria berjas menuntun Jean ketempat Dominic berada. Jean pun menurut dan mengikuti pria berjas itu dari belakang.
Jean melihat banyak kerumunan wartawan seperti lebah sedang mengikuti ratu nya. Ada Dominic di tengah-tengah wartawan itu. Saat melihat Jean Dominic menghentikan ucapannya dan meminta para wartawan untuk memberikan akses jalan untuk Jean.
Lampu flash dari kamera membuat Jean sedikit risih. Dalam hidup Jean tidak pernah sekalipun ia dikerumuni wartawan, bahkan membayangkan nya pun tidak pernah. Jean bukanlah artis atau pebisnis yang menarik untuk wartawan liput. Dan sekarang Jean harus terbiasa dengan itu, bagaimanapun dimata wartawan dan masyarakat yang tahu, dia adalah Jean Archer, bukan Jean Florence, si gadis biasa.
"Kau sudah datang." Dominic mengulurkan tangannya. Jean mengambil tangan Dominic dan berdiri di samping Dominic. Betapa serasi nya mereka. Itu yang Jean dengar dari para wartawan. Tidak ada sedikitpun senyum dari Dominic mendengar itu. Tentu saja, apa yang di harapkan Jean?
"Kau sangat cantik istriku." Dominic mencium pipi Jean tiba-tiba di hadapan para wartawan.
Wartawan yang memamg senang dengan berita percintaan sangat billionare muda, dengan cepat mengambil gambar kemesraan Jean dan Dominic.
Jean yang di perlakukan seperti itu secara tiba-tiba di hadapan banyak orang membuatnya sedikit malu. Dia tidak pernah diperlakukan seperti itu.
"Aku merindukan kamu berada di bawahku, Ms Archer. " Bisik Dominic membuat Jean sedikit merinding. Jean mengingat percintaan terakhir mereka. Dominic sedikit kasar meski pada akhirnya menjadi sedikit lembut.
Mengingat itu, Jean sedikit meremang. Entah kenapa tubuhnya berdesir hanya dengan sebuah bisikan. Dominic pemain ulang, pikir Jean.
Jean sedikit bergeser agar degup jantungnya tidak terdengar oleh Dominic, meskipun mustahil terdengar karena banyak kerumunan yang ingin mengorek kehidupan mereka. Dominic malah senang dengan reaksi Jean, dia tahu jika Jean sedang malu. Dominic menarik pinggang Jean agar lebih dekat dengannya.
"Apa masih terasa sakit." Bisiknya lagi.
Jean tidak menjawab, mengacuhkan pertanyaan konyol Dominic.
"Aku ingin memasukimu lagi." Ucap Dominic lagi dengan sedikit seringai.
Jean mencubit pelan pinggang Dominic yang berbicara vulgar di khalayak umum, meskipun mereka tidak dapat mendengar.
'Salahmu sendiri kenapa pergi sebelum acara selesai. Argh.. Gila kenapa juga aku berpikir seperti itu.' batin Jean kesal pada dirinya sendiri yang seolah juga menginginkan itu.
"Dimana anda akan melakukan honeymoon, tuan Archer." Tanya salah satu media.
'Apanya yang bulan madu, dia aja tidak terlihat beberapa hari.' batin Jean.
"Kami belum merencanakan untuk berbulan madu. Tapi sepertinya, istriku tidak suka bepergian jauh. Asal dekat denganku dia sudah senang." Katanya asal.
'What? Apa yang sudah dia katakan? Membual.' batin Jean menggerutu.
"Sepertinya anda tipe yang romantis, tuan Archer. " Kata wartawan melihat kebersamaan Dominic dengan Jean.
'Romantis apanya? Bahkan mimik wajahnya pun tidak berubah, datar dan ketus' batin nya kembali.
"Aku tidak tahu tentang itu. Mungkin kalian bisa tanyakan dengan istri saya." Katanya menatapku.
'Dasar pembual ulung.' untuk yang kesekian kalinya Jean menggerutu.
"Bagaimana Ms Archer?" Kali ini gantian Jean yang ditanya oleh wartawan.
"Hah?? Itu.. " Jean sedikit sulit menjawab pertanyaan.
"Dia orangnya pemalu." Dominic membantu Jean.
'Apa dia sedang membantuku? Oke akan aku tunjukan bagaimana cara membual.'
"Dia orang yang sangat romantis, setiap hari selalu mengucapkan kata cinta untukku. Ah!! Dia juga selalu memberikanku bunga setiap hari."
'Aku ingin muntah.' Jean sedikit bergidik dengan kebohongannya.
Melihat wartawan dengan wajah kagum karena kebohongan Jean. Ia melirik Dominic yang ternyata menatapnya. Buru-buru Jean mengalihkan pandangannya.
"Bagaimana dengan di ranjang Ms Archer." Pertanyaan vulgar dari salah satu wartawan sedikit membuat wajah Jean memerah.
"Ten..tu saja dia pria yang hebat di ranjang." Jawaban Jean membuat wartawan tertawa.
"Kau sangat jujur Ms Archer." Kekeh wartawan.
'Kenapa aku mengucapkan itu. ' rutuknya menyesali ucapannya sendiri.
"Apa kalian akan menunda memiliki momongan?" Tanya wartawan itu lagi.
'Banyak tanya.' batin Jean. Ia pun melirik Dominic. Perasaan Jean saja apa memang Dominic sedikit mengeluarkan aura yang menakutkan darinya.
"Pertanyaan cukup sampai disini saja. Acara pembukaan akan segera dimulai." Delia, sekertaris Dominic maju dan menggiring Jean dan Dominic untuk pergi dari kerumunan wartawan.
'Ada apa dengan wajahnya setelah mendengar pertanyaan momongan? Apa dia tidak menginginkan anak? Dan kenapa juga aku berharap memiliki seorang anak darinya? Apa aku sudah gila? Tapi jika boleh meminta, aku menginginkan itu' Batin Jean berharap.
_________________________