Happy Reading 💙💛💙💛
"Belikan obat pereda sakit untuknya." Dominic berbicara kepada seseorang di dalam telfon.
*****
Jean Florence
Aku memandang diriku dari balik pantulan cermin meja rias. Hari ini, hari dimana banyak dinanti-nanti oleh pasangan berbahagia. Aku tertawa getir memikirkan itu. Berbahagia? Pasangan? Dari satu itupun tidak ada. Pasangan berbahagia tentu sangat antusias. Mereka akan sibuk dengan acara mereka, seperti memilih cincin untuk di kenakan saat pesta atau memilih gaun yang cantik untuk di kenakan. Bagaimana dengan aku? Gaun dan cincin sudah di persiapkan dengan sebaik mungkin, aku hanya duduk berdiam diri menutup mata dan keesokan harinya semua sudah selesai.
Aku dan Dominic hanyalah dua orang yang dipersatukan oleh hal yang menjijikan menurutku. Dominic menyelamatkanku dengan membeliku di tempat pelelangan berkat ibu tiriku. Lagi-lagi aku mengernyitkan bibir. Semua karena ibu tiriku yang haus akan uang untuk selingkuhan mudanya. Aku tidak tahu kenapa ayahku begitu mencintainya.
Ayah, bibirku bergetar hanya mengingat namanya. Bagaimana kabarnya? Apa ayah mencariku? Aku yakin beliau akan sedih mengetahui jika anak semata wayangnya telah menikah tanpa sepengetahuannya. Seharusnya ayah disini mendampingiku menuju altar dan mengatakan jika ia sangat bahagia kalau aku telah menemukan pria yang pas untukku.
Aku memang bersyukur Dominic telah menyelamatkanku dari tempat terkutuk itu. Tapi aku tidak merasa senang atau tenang jika bersama nya. Terlebih aku telah takluk dengan nya. Mahkota ku, mahkota yang telah ku jaga runtuh hanya semalam. Dominic telah menaklukanku, bukan, menaklukan tubuhku lebih tepatnya dengan mudahnya.
Aku takut, jika seperti ini terus, hatiku, cintaku yang kututup rapat untuk siapapun bisa takluk dengannya, dengan Dominic Archer. Aku memang ingin membuka untuk Chanyeol, sahabatku yang telah menyatakan perasaannya padaku. Tapi aku malah mengecewakannya. Pertemuan terakhir dengannya membuatku semakin merasa bersalah padanya. Dia pasti merasa terkejut dengan datangnya Dominic yang telah mengaku sebagai kekasihku. Tapi aku bisa apa? Dominic telah memiliki seutuhnya.
"Sudah siap nyonya." Ucap salah satu pria yang merias ku. Saat ini ada tiga orang yang membantuku dalam hal riasan dan juga gaun ku.
"Terimakasih." Jawabku.
Aku berdiri memperhatikan tampilan ku, gaun yang aku kenakan. Sangat indah, mewah dan elegant. Gaun dengan aksen simple namun sangat mewah karena ada payet diamond di bagian dada tak berlengan. Apa itu, aku batinku tidak percaya melihat dari pantulan cermin. Andai ayah melihat ku, beliau akan senang betapa cantik putrinya saat ini.
Aku menahan tangis yang sudah ku tahan sejak tadi. Aku tidak mau riasanku rusak hanya dengan air yang jatuh dari kelopak mataku. Ini bukan akhir dari penderitaan yang aku alami. Setidaknya aku harus bersiap diri dengan apa yang akan terjadi nanti.
"Waktunya sudah siap." Kata sesorang datang memberitahu jika waktu untuk mengucap janji akan segera di mulai.
"Beri aku waktu." Kataku meminta waktu. Aku harus menyiapkan segalanya, termasuk mentalku.
"Baik." Tiga orang yang merias ku dan orang yang datang memberitahu acara akan dimulai meninggalkanku sendiri.
"Dad, Jean cantik kan? " Aku berbicara kepada pantulan ku sendiri, seolah sedang berbicara dengan ayahku.
Namun tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan ayahku dengan nafas tersenggal-senggal. Apa ia berlari? Tidak, apa ini mimpi? Ayah datang ke pernikahanku? Pasti ini mimpi. Ayah semakin mendekat dan memelukku dengan erat. Aku menangis, ini nyata, ayah memelukku dengan sangat erat. Tuhan aku ingin waktu berhenti, hanya ada aku dan ayahku.
"Hai.. Jangan menangis, riasanmu akan hancur." Kata ayah dengan wajah sembab karena menangis. Tidak, jangan menangis, ini salahku.
"Dasar anak nakal. Menikah tidak memberitahu ayah. Untung nak Dominic datang memberitahu. Dan apa-apaan kamu ini menyembunyikan hubungan kalian dari Dad hah." Ayah menjitaku pelan. Dan apa yang di katakan nya? Dominic menghampiri ayah? Apa aku salah dengar?
"Dominic datang?" Kataku memastikan kalau aku tidak salah dengar.
"Ya, dia datang kerumah dengan mengatakan jika hubungan kalian sudah berjalan lama. Apa-apaan kau ini. Meninggalkan rumah karena takut Dad tidak akan merestui kalian hanya karena Dominic orang kaya dan terpandang?" Kata ayah memberitahu.
Aku mengedip-edipkan mata tidak mengerti maksud ayah. Apa Dominic berbohong soal hubungan kami? Aku bersyukur sekaligus bersalah karena telah berbohong padanya.
"Maaf." Kataku menunduk, tidak berani menunjukan wajahku karena takut ketahuan jika aku sedang berbicara.
"Sudahlah, acara akan segera di mulai." Kata seseorang dari balik punggung ayah. Ibu tiriku, dia datang bersama ayah.
"Hai Jean. Bagaimana kabar kamu nak." Ucapnya dengan sangat ramah. Aku tidak menjawab, tidak memperdulikan nya. Namun dia tetap mendekat dan memelukku sambil mengucapkan kata yang membuatku hampir berteriak memakinya.
"Aku berbuat baik padamu bukan?" Bisiknya. Aku mengepalkan tangan menahan diri.
"Ayo sayang kita keluar." Wanita itu menarik ayah untuk keluar.
"Tunggu." Ayah kembali menghampiriku.
"Jean, maaf Dad tidak bisa memberimu apa-apa pada hari bahagiamu itu." Katanya dengan raut wajah sedih.
"Tidak Dad, aku yang minta maaf kepada Dad karena tidak memberitahu." Kataku menggenggam tangannya yang sudah tidak muda terlihat dari keriput yang sudah mulai terlihat. Ayah melepas tangannya dan mengambil sesuatu dari balik saku celananya.
Aku mengerutkan kening melihat ayahku memakaikan gelang di tanganku.
"Ini milik ibumu, Dad memang sengaja menyimpannya dan akan memberikannya pada hari ini, pernikahanmu." Ayah tersenyum meskipun terlihat jelas betapa sedihnya dia.
Aku memeluknya kembali.
"Terimakasih, terimakasih." Aku kembali menangis, perduli setan dengan riasan ku.
"Hayo." Wanita ular itu menarik Ayah menjauh.
Aku kembali memandang gelang yang di berikan ayah kepadaku. Gelang dengan ukuran pas di tanganku. Aku melihat ada ukiran nama di balik bandul berbentuk hati.
"Kaylee." Aku membaca nama yang tertera pada ukiran gelang.
Aku tidak sadar kalau seseorang masuk.
"Je." Panggilnya.
Deg
Suara itu, suara yang membuatnya merasa bersalah. Suara terakhir yang aku dengar begitu merindu dan frustasi, Chanyeol.
"Chan." Aku melihat Chanyeol datang dengan wajah kusut nya. Dia mengenakan sebelah tuxedo hitam.
Dengan langkah cepat, Chanyeol memelukku, sangat erat sampai aku sedikit kesulitan bernafas.
"Chan." Panggilku mengingatkannya akan pelukan eratnya. Namun Chanyeol tetap memelukku.
"Kamu jahat Je." Katanya dengan suara tercekat. Menangis?
"Maaf." Hanya satu kata itu yang mampu keluar dari mulutku.
Chanyeol melepas pelukannya.
"Kamu cantik. " Katanya melihat dari atas sampai bawah.
"Maaf Chan--" Belum aku mengatakan sesuatu Chanyeol menaruh jarinya di bibirku, menyuruhku untuk diam.
"Apapun keputusan kamu, aku terima. Aku hanya tidak suka kamu menghilang. Jika ini membuatmu bahagia, aku rela. Tapi jangan menghilang kembali Je, kumohon." Ucapnya begitu berat. Aku tahu dia menahan diri untuk tidak menangis.
"Maaf." Aku benar-benar tidak tahu ingin mengatakan apa kepada Chanyeol. Hanya kata maaf yang mampu keluar dari mulutku.
"Berbahagialah." Chanyeol mengelus bahu terbuka ku. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.
"Maaf, sudah waktunya." Datang seseorang. Akupun mengangguk mengerti.
"Pergilah." Chanyeol mencoba untuk tersenyum. Aku mengangguk kepadanya.
Akupun pergi meninggalkan Chanyeol sendirian.
****
Jantung Jean berdegup dengan cepat saat menuju altar tempat berdirinya Dominic yang sedang menunggunya. Dominic menggunakan tuxedo berwarna putih senada dengan gaun yang Jean kenakan.
Sangat tampan, itu menurut Jean. Kalau saja pernikahan ini bukan pura-pura, mungkin Jean satu dari seratus orang yang sangat sangat bahagia bisa bersanding dengan Dominic. Selain tampan, Dominic kaya, memiliki segalanya, siapa yang menolak Dominic Archer? Salah satu pengusaha muda di usianya.
Jean melihat sekeliling, ada ayah dan juga ibu tirinya, ada Adam dan juga grandpa Dominic. Chanyeol tidak terlihat di ruangan itu. Dominic mengulurkan tangannya kepada Jean. Dengan ragu Jean meletakkan tangannya dan langsung di genggam oleh Dominic.
Dengan fasih Dominic mengucap janji dihadapan para hadirin. Jean meneteskan air matanya. Betapa lancar Dominic mengucapkan itu, apa janji suci pernikahan adalah sebuah hal yang biasa saja untuk Dominic? Namun sangat berarti untuk Jean.
Dominic menyentuh pipi Jean dan memajukan wajahnya untuk mencium Jean. Bibir mereka bertautan cukup lama. Setelah melepas ciumannya, Dominic menyatukan dahinya kepada dahi Jean.
"Welcome to, Dominic world, Ms Flo." Dominic menyinggung kan sudut bibirnya.
*****

Di luar terlihat Chanyeol sedang duduk di tangga menuju pintu masuk diadakan berlangsungnya acara pernikahan Jean dengan Dominic. Tidak lama, Chanyeol melangkah dengan langkah besar besar meninggalkan besar dengan mata sembab akibat menangis.
"Semoga kau bahagia, Jean."
*****