Chapter 5 - keras kepala

Adelia sangat kecewa atas perlakuan Kayla dan orang tuanya,dia tidak hanya menjelek jelekkan adelia tapi juga ke dua orang tuanya,bahkan mereka bercerita kesemua orang bahwa adelia memanfaatkan keluarga kayla agara dapat magang di perusahaan besar yang ada di ibu kota bersama kayla,padahl kenyataannya adalah,Kayla yang memaksa adelia untuk ikut bersmanya,sebelum berangkat Adelia sudah menyurat ke salah satu perusahaan yang berada di kota tempat kakanya berada,karna selain jaraknya yang tak terlalu jauh dia juga punya keluarga yang bisa membantunya,tapi karna kayla ngotot dan mempengaruhi guru pembimbing agar menolak usulan adelia,padahl perusahan tersebut sudah menerima permohonan maganga adel.

adelia sudah resmi menjadi mahasiswa di universitas tersebut dan sebntar lagi akan mulai manjalani kehidupan barunya sebgai mahasiswa,dsisi lain Kayla juga berhasil lolos masuk di universitas tersebut namun dengan fakultas yang berbeda,adelia mangambil jurasan ekonomi,dan kayla mengambil Fakultas Hukum.

Di lain tempat Erlangpun berusaha mengejar cita citanya menjadi seorang prajurit TNI. awalnya ke dua orang tua erlang tak setuju bahwa anaknya ingin mendaftaran diri sebagai seorang anggota TNI,karna mereka tau untuk lolos itu tidak lah mudah,selain tenaga juga butuh banyak biaya,sedangkan mereka bukanlah orang yang berasal dari keluarga yang mampu,makan sehari haripun mereka susah,namun erlang ngotot dan berusaha kabur dari rumah, demi mengejar cita citanya,bahkan rela mengerjakan apapun untuk menghasilkan uang,mulai dari tukang becak,kuli, kadang dia ikut bersma pamannya ke hutan untuk mengangkat kayu bantalan,kebetulan pamannya bekerja di proyek sebagai tukang angkat kayu yang baru di tebang di hutan. melihat ke inginan anaknya yang begitu keras akhirnya ke dua orang tuanya luluh dan memanggil anaknya untuk pulang kembali

sesampainya di rumah orang tuanya bertanya dengan serius

"nak kamu benar benar serius mau daftar jadi TNI"

"serius lha pak,buat apa saya sampe kabur dari rumah kalau emang saya tidak serius,lagian itu cita cita saya dari kecil pak,"

"tapi bapak dan ibumu tak punya cukup uang nak,kamu tau kan keuangan kita,jangankan untk hal lain,untuk makan sehari-haripun kita susah"

"saya tau pak,cukup bapak dan ibu mendukung dan mendoakan saya,itu sudah cukup,saya akan usahakan cari dana sendiri bagaimanapun caranya,"

Ayah mana yang tak ingin anaknya berhasil mengejar cita-cita citanya,namun keadaan keluarga yang serbah kekurangan membuat orang tua erlang dilema,dia masih ingat saat Erlang berusia 12 tahun, tak sengaja dia menonton upacara pengibaran bendera merah putih di televisi,secara spontan Erlang hormat dengan sikap tegak sampe selesai dan itu membuat orang tuanya tersenyum melihatnya dari jauh.

" yah sudah nak kalau memang kamu serius ingin mnejar cita citamu,kemasi barangmu besok kamu akan berangkat ke Papua,disana bapak punya kerabat jauh,mungkin saja dia bisa sedikit membantu dan mungkin disana persaingan tidak seketat di tempat kita"

"bapak serius"

"iya nak, ibu dan bapak hanya dapat berdoa semoga kamu bisa mewujudkan cita citamu"

"tapi uang ini dari mana pak"

"sudah nak,kamu tidak usah fikirkan uang itu dari mana,cukup fakus dengan apa yang kamu cita citakan"

sambil menangis Erlang memeluk ke dua orang tuanya,dia tak percaya bahwa mereka setuju dan mendukungnya,dengan hati yang sangat bahagia dia kekamar mgemasi semua barang barang yang ingin di bawah untuk keberangkatanya besok.

Sampai disana Erlang masih sering menghubungi adelia,namun karna kesibukan adelia sebagai mahasiswa baru kadang dia tak sampat untuk mengangkat atw membalas sms dari erlang,jangankan menerima telfon makanpun kadang dia sampe luka,karna tugas-tugas yang menumpuk.

Hari itu Erlang mendaftarkan diri dengan hati yang sangat bahagia dan penuh dengan harapan yang tinggi,karna ini adalah cita-citanya sejak kecil,namun apa hendak di kata kalau takdir tak berpihak kepadanya,di akhirnya jatuh pada tes terekhir,hatinya benar-benar hancur,fikirannya sangat kacau, badannya serasa lemas seketika dan tak mampu lagi untuk melangkahkan kaki,dia berusaha meenengkan hatinya dan mencoba menghungi Adelia menceritakan ke sedihanya,namun buka rasa tenang yang dia dapat malah perasaan makin kacau karna adelia tak pernah mengkat telfon darinya.