Sudah waktunya jam makan siang , Sandra yang sedari tadi membantu Aaron memeriksa laporan tentu menyadari nya terlebih dahulu.
"anda ingin dipesan kan makan siang apa Pak?" tanya Sandra hormat dan memecah keheningan di ruang an tersebut.
"Tidak perlu aku akan keluar untuk makan siang," ucap Aaron.
"baik Pak" sahut Sandra seraya tersenyum senang.
Artinya siang hingga sore hari Sandra dapat bernafas lega tanpa perintah Aaron.
Namun entah bagaiamana Aaron mengetahui reaksii Sandra.
"dan jam 6 kamu harus menunggu ku mempersiapkan pakaian ku untuk makan malam nanti" sahut Aaron yang membuat Sandra memicingkan matanya tak percaya atas perintah konyol Aaron , tapi dia hanya bisa meangguk pasrah menuruti perintah bos besarnya itu.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Sandra, Deswita, Tiara, dan beberapa teman sekretaris lainnya, menikmati makan siang mereka di sebuah kafe tak jauh dari kantor mereka.
Mereka mulai mengobrol dan saling bercerita tentang pekerjaan, hingga urusan hati, hanya Sandra yang akan selalu bercerita seadanya. Sandra tipikal wanita tertutup untuk urusan Pribadi.
"ehh, San diam aja dari tadi ?" tegur Tiara.
"aku nyimak doank" sahut Sandra
"cerita donk gimana rasanya kerja bareng bos besar yang super super tampan itu" sahut yang lainnya.
"biasa ajaa," sahut Sandra malas, ntah apa jadinya jika mereka tau jika mulai dari pakaian pun harus di siapkan bahkan memasangkan dasi dan juga membuat kopi, diri nya lah yang melakukan. Akan ada 2 pemikiran yang muncul dia sekretaris atau pembantu, dan kedua kenapa kesannya dekat banget, ada hubungan apa. Hanya akan ada berita negatif, yaa itu lah pikiran Sandra.
"bisa nggak sihh kita tukeran aja Sand, biar gue bisa dekat boss tiap hari" sahut Tiara,
"gue mau" sahut Sandra ringan dan serius, mereka pun sontak tertawa atas jawaban Sandra.
"pasti loe nyesek kan karena nggak bisa jadiin dia mainan baru loe" sahut Tiara masih sedikit tertawa.
"ngomongin mainan baru, lama nih kita nggak happy fun" sahut salah seorang teman Sandra.
"iyaa Sand, calon korban loe udah mulai nyariin loe tuhhh"
"malam ini gimana?"
"gue nggak bisa, pak Aaron masih ada meeting dan gue harus nyiapin berkas nya, kalian duluan dehh gue nyusul, kalau sempat" sahut Sandra.
"beneran nyusul nih"
"iyaa, gue juga butuh nyegerin otak nih dari bos perfect itu" sahut Sandra .
"hahaaa, okee"
-----__++++
Tepat Jam 6 Sandra sudah mempersiapkan segalanya untuk Aaron.
"anda sudah siap Pak dan segala keperluan anda juga sudah" ucap Sandra.
"jadi apa saya bisa pulang sekarang Pak ?" tanya Sandra.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam.
"saya akan mengantar pulang, ini sudah malam tak baik , kamu pulang sendiri" sahut Aaron. Kaget tentu , tapi Sandra bukan lah wanita yang berpikir positif terhadap Pria "maaf Pak , saya membawa mobil, saya juga sudah biasa pulang sendiri" sahut Sandra sopan. "baik lah" ucap Aaron. "ayoo turun bersama" lanjut nya.
Sandra tak menolak nya lagi, dan akhirnya berjalan di belakang Aaron. Tiba tiba Aaron meraih tangan Sandra , "mulai sekarang berjalan sejajar dengan ku" ucap nya tegas dan melepas tangan Sandra setelah yakin posisi Sandra sudah tepat disampingnya. Sandra hanya meangguk paham.
Saat sampai di depan pintu kantor , mobil Aaron beserta Supir Pribadi nya sudah siap.
"Silahkan pak duluan" ucap Sandra Hormat.
Aaron memasuki mobil nya dan mobil itu pun terlihat berjalan meninggalkan Kantor dan Sandra yang masih berdiri di depan Pintu Kantornya.
"hufffftttt, kenapa rasanya panas sekali saat bersama nya" gumam Sandra.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Sudah berapa lama Pak Made bekerja sebagai supir Pribadi di perusahaan saya?" tanya Aaron ke supir pribadi yang membawanya. Saya sudah bekerja selama 10 tahun Tuan , saat itu saya sudah menjadi supir Tuan Roland" jawab sang Supir, "bearti bapak kenal dengan Sekretaris saya" tanya Aaron lagi. "maksud Tuan , Mba Sandra ?" jelas Pak Made. "iyaa" jawab Aaron" , "heheh, seluruh Kantor juga tau siapa mba Sandra Tuan, dia wanita paling sempurna di kantor dan Sekretaris kelas atas di Perusahaan kita," jawab Pak Made. Aaron hanya diam dengan ekspresi dingin yang tak terbaca mendengar ucapan Pak Made.