Chereads / Ami Maya / Chapter 29 - Sepanjang jalan kenangan

Chapter 29 - Sepanjang jalan kenangan

Saat ini matahari mulai meninggalkan tempatnya untuk digantikan dengan bulan yang tak lama lagi akan muncul.

Aya membalas pelukan hangat dari Ara. "Aku usahakan mas." Ia seperti berbisik di telinga Ara dan hal itu membuat Ara sedikit terkejut. Ia langsung melepaskan pelukannya dan menatap dalam-dalam mata Aya.

"Aku mencintaimu Ay. Dari dulu aku mencintaimu dan menginginkanmu. Dan aku selalu ingin menjadi orang yang spesial dimatamu." Ara kembali mengeluarkan segala perasaannya terhadap Aya selama ini. Ia berbicara dengan sedikit terburu-buru dan sedikit gugup.

'Astaga mas, aku nggak pernah menyangka kamu akan seperti ini.' Pikir Aya yang merasa heran karena Ara seperti menyatakan cinta padanya dan mau melamarnya. Padahal dirinya sudah sah menjadi istrinya.

'Kenapa harus begini? Kenapa harus disini juga?' Kata Aya dalam hati.

Ia juga heran kenapa Ara mengatakan hal-hal romantis seperti ini, tepat di keramaian kota dengan banyaknya para pejalan kaki yang melihat ke arah mereka.

'Kenapa bukan pas makan malam atau pas di kamar atau pas... Eh, kok aku jadi ngarep gini ya?' Aya tersadar dan menyadari kalau ternyata ia menginginkan keromantisan dari Ara.

Sebelumnya Ara juga pernah mengutarakan isi hatinya kepada Aya. Tapi entah mengapa, ia merasa Aya tidak terlalu merespon apa yang disampaikannya.

Kali ini ia ingin Aya benar-benar tahu kalau ia serius dengan hubungan mereka. Dan ia juga ingin Aya tahu bahwa ia tidak akan pernah melepaskan Aya atau meninggalkan Aya.

Aya yang ditatap intens oleh Ara, juga membalas menatap Ara. Ia bergelut dengan pikiran-pikirannya sendiri. Begitu pula dengan Ara.

Saat Ara seperti hendak mencium Aya, Aya tersadar dan langsung menaruh tangannya di bibir Ara.

"Eits, kamu mau ngapain mas?" Tanya Aya tegas dan menarik kembali tangannya.

"Mau menciun kamu." Sahut Ara dengan tersenyum nakal dan kembali hendak mencium Aya.

"Eh eh, jangan disini dong mas! Malukan diliatin orang." Aya kembali menolak sambil menoleh ke arah orang-orang yang berjalan di sekitar mereka. Ia juga memundurkan badannya, agar terdapat jarak di antara ia dan Ara.

Ara kembali ke posisinya semula. Ia menegakkan tubuhnya dan merangkul Aya. Ditariknya sedikit badan Aya agar mendekat kepadanya.

"Aku tagih kamu di kamar." Katanya santai tanpa menoleh ke arah Aya.

Aya hanya bisa diam, memikirkan bagaimana caranya ia bisa memberikan ciuman dengan tulus kepada suaminya itu.

"Sebentar lagi malam. Kamu mau makan apa?" Tanya Ara masih tanpa menoleh kepada Aya. Pandangannya lurus ke depan melihat ke seberang jalan, beberapa penjual yang mulai membuka lapak mereka di pinggir jalan.

"Sembarang aja mas. Yang penting aku mau makan nasi." Jawab Aya yang mulai menyandarkan kepalanya di bahu Ara.

Ara menoleh melihat Aya yang menaruh kepalanya di bahunya. Dan ia membelai lembut kepala Aya sembari mencium kening Aya. Aya hanya tersenyum diperlakukan seperti itu.

Malam itu mereka makan lesehan di angkringan pinggir jalan. Banyak jajanan makanan yang menjual lalapan dan sate-satean. Ara menawari Aya untuk meminum kopi joss dan Aya menerimanya.

Saat Aya meminum kopi tersebut, ia langsung melepeh kopi tersebut di dalam mulutnya. "Uek, nggak enak." Katanya dengan wajah yang menahan rasa pahit. Ara terkikik melihat Aya yang langsung menyodorkan gelas kopi tersebut kepada Ara.

Ara menyambut gelas tersebut. "Kenapa?" Katanya sambil tertawa. "Rasa apa?" Tanyanya lagi.

"Pahit. Aku nggak suka. Aku nggak biasa minum kopi." Sahut Aya menjelaskan dan dengan segera ia meminum air putih dihadapannya.

"Hahahahahaha. Kamu mau juga aku tawarin tadi?" Ara bicara sambil berusaha menahan tawanya. Aya hanya memberengutkan wajahnya.

"Kamu mau minum apa? Nanti kita pesan lagi." Katanya lembut seakan-akan Aya adalah seorang anak kecil. Lalu Aya kembali memesan minuman sesuai seleranya. Dan mereka menyantap makan malam yang ditemani dengan beberapa orang pengamen yang menyanyi mencari rezeki.

Malam itu mereka berdua menikmati keindahan dan keramaian Malioboro tanpa ada penolakan maupun amarah yang memuncak.

*

*

@@@#@@@#@@@

Salam

SiRA.