Ara sedang menikmati angin malam di balkon kamarnya dengan menggunakan celana putih panjang dan kemeja putih tipis yang dibiarkan terbuka, sengaja tidak dikancing. Ia menatap ke arah jalanan. Ia melihat masih banyak orang yang berlalu lalang di jalan. Padahal saat ini sudah hampir jam 10 malam.
Tempat tinggal mereka berada di lokasi perumahan mewah, Mediterania Area. Biasanya jam 9 malam, aktivitas warga setempat sudah mulai sepi. Dikarenakan daerah itu merupakan perumahan mewah, interaksi individunya sangat kurang. Sehingga jarang terlihat warga yang ada di luar rumah.
"Mungkin karena malam ini malam minggu kali" Pikir Ara. Ia pun tersenyum melihat ada sepasang kekasih yang bergandengan tangan berjalan menyusuri blok.
Lalu Ara berbalik melihat ke dalam kamar. Ia melihat Aya yang sudah berganti pakaian tidur. Selama ini mereka tidur bersama dalam satu kamar, namun tidak di tempat yang sama. Aya tidur di ranjang sedangkan Ara tidur di sofa yang ada di kamar tersebut.
Ara menyandarkan kedua siku tangannya di pagar teras. Ia memandangi Aya yang tengah sibuk melakukan aktivitasnya sebelum tidur. Ara tersenyum. Ia sudah hafal aktivitas Aya sebelum tidur. Ia selalu memperhatikan setiap gerak gerik Aya walaupun ia tahu, Aya tidak meyadari hal itu. Ia bahagia bisa menikahi Aya, wanita yang selama ini dicintainya.
👫💓👫💓👫
Aya melirik jam dinding yang ada di ruang santai, tempat ia menonton televisi. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 9.30 malam. Ia segera mematikam televisi dan beranjak ke kamar tidur.
Sebelumnya, Ara sudah mengajak Aya untuk masuk ke kamar, tapi ditolak Aya, karena Aya masih ingin menonton televisi. Ara sudah masuk ke kamar terlebih dahulu. Aya berpikiran, bahwa Ara pasti sudah tidur.
Saat tiba di kamar, Aya tidak melihat Ara di sofa. Lalu ia mencari-cari dengan matanya, dilihatnya Ara sedang bersantai di balkon kamar. Ayapun bergegas membersihkan diri untuk persiapan tidur. Ia segera mengganti pakaiannya di kamar mandi.
Seperti biasa, Aya selalu menyisir rambutnya dan memakai parfum sebelum tidur. Hal ini sudah lama dan selalu dilakukannya. Sehingga ini menjadi kebiasaannya dan Ara hafal akan hal itu. Aya lalu naik ke tempat tidur.
Ara yang melihat Aya sudah naik ke tempat tidur, masuk dan mengunci pintu balkon. Ia lalu datang mendekati Aya di tempat tidur. Ia duduk di sebelah Aya.
"Sudah mau tidur?" Tanya Ara sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga Aya dan mendekatkan tubuh serta wajahnya.
Aya yang khawatir ini akan terjadi, menarik selimutnya sehingga menutupi dadanya. Ara merasa lucu yang melihat Aya masih takut kepadanya.
"Kenapa? Kamu enggak kepanasan pakai selimut begitu?" Tanya Ara lagi dengan senyum licik, alis dinaikkan dan tangan kanannya berusaha menurunkan selimut Aya. Aya langsung menahan selimutnya dan berkata "enggak, aku enggak kepanasan dan aku mau tidur!"
Ara tertawa renyah mendengar ucapan Aya. Ia menjauhkan badannya sesaat. Lalu dengan tiba-tiba Ara mendekat kembali dan mencium Aya. Aya yang tidak menduga, terkejut dan membelalakkan matanya.
Sebelumnya, Aya berpikir kalau Ara hendak pergi. Namun tanpa diduganya, Ara mendadak menciumnya. Aya terkejut dan hanya bisa terdiam.
Lalu dengan kesadaran penuh, Aya mendorong Ara. Ara pun berhenti dan tertawa melihat Aya. Ia menggelengkan kepalanya lalu kembali mencium Aya.
Aya panik. Aya masih berusaha untuk mendorong Ara. Namun kali ini Ara terus mencium dan menekan tubuh Aya.
Tangan Ara mulai menjelajahi tubuh Aya. Disaat Ara menemukan dua gundukan di dada Aya, Aya sontak menegang karena terkejut. Ara terus bergerilya di tubuh Aya. Aya berusaha untuk membebaskan diri, namun selalu gagal.
Sampai akhirnya Ara berhasil menemukan yang ia cari dan menyatukan tubuh mereka.
Aya tidak bisa berpikir. Yang ia rasakan selain keterkejutan adalah rasa nyeri di daerah perut dan bagian bawahnya.
👫💓👫💓👫
Aya tidak bisa tidur semalaman. Ia menangis sendiri tanpa suara. Ia baring membelakangi Ara. Namun Ara terus memeluknya seakan takut Aya akan pergi.
Aya pelan-pelan menyingkirkan tangan Ara yang sedang memeluknya agar ia tidak terbangun. Aya bangun dengan rasa badan yang sakit dan lelah. Ia bergegas ke kamar mandi dengan menutup badanya menggunakan selimut.
Aya membersihkan seluruh tubuhnya. Ia kembali menangis dengan suara ditahan. Ia merasa marah karena tidak mampu melepaskan diri dari Ara semalam.
Ara terbangun mendengar suara keram air mengalir. Ia melihat sudah tidak ada Aya di sebelahnya. Ia tersenyum sambil membelai tempat tidur bekas Aya. Ia teringat dengan apa yang sudah dilakukannya semalam.
Ara bangun dan menyingkap selimut yang masih ada. Dilihatnya ada noda merah di seprai itu. Ara semakin tersenyum sambil memandang ke arah kamar mandi.
👫💓👫💓👫
Ara dan Aya sarapan pagi dalam diam. Ara stres dengan keheningan ini. Ia mulai bersiul mendendangkan lagu favoritnya. Ia melirik melihat Aya yang makan dengan kepala tertunduk.
Ara tersenyum melihat Aya yang sengaja tidak mau melihatnya.
"Ay, bicara dong...." pinta Ara memelas sambil menatap Aya. Aya hanya memainkan sendoknya di piring.
"Ay....." panggil Ara lagi karena tidak ada tanggapan dari Aya. "Kalau kamu enggak bicara, aku cium nih" ancam Ara yang langsung direspon Aya dengan segera melihatnya. Ara senang karena ia berhasil.
"Gitu dong. Lihat aku." Seru Ara melanjutkan makannya. Aya kesal sengan kelakuan Ara yang seperti kekanak-kanakan. Ia menghentikan makannya dan berdiri hendak pergi meninggalkan Ara.
Ara menoleh terkejut melihat Aya yang sudah berdiri. Ditatapnya Aya, "mau kemana? Makan kamu belum selesaikan?"
Aya langsung pergi meninggalkan Ara yang memanggil-manggil namanya agar ia kembali. Aya terus saja pergi. Ia pergi ke taman yang berada di belakang rumah. Ia duduk di bebatuan yang dekat dengan kolam air mancur. Ia tidak sadar kalau Ara saat ini sudah ada di belakangnya.
"Kamu kenapa sih? Makan kamu belum selesai loh. Nanti kamu sakit. Enggak kuat...." Ujar Ara namun dengan candaan yang membuat Aya menatap sinis kepadanya.
"Ow..oww...owww.... Aku salah apa?" Tanya Ara tanpa bersalah sambil mengangkat kedua tangannya.
"Kamu...!!" Aya menahan tangisnya, tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Saat ia hendak meninggalkan Ara, Ara menarik lengannya dan memeluk Aya.
"Kamu kenapa sih?". Ara mengelus lembut kepala Aya dan mencium keningnya.
Aya hanya mampu terdiam dan semakin menyusupkan kepalanya ke dada Ara. Ara pun semakin erat memeluk Aya. "Jangan dipikirkan, aku mohon. Aku bahagia. Mungkin aku egois, tapi aku menginginkan ini semua. Aku mohon jangan bersedih." Pinta Ara lembut.
Aya teringat perkataan Isma sewaktu mereka jalan berdua. "Ay, kamu harus coba dulu. Kalau enggak mau usaha ya susah." Ujar Isma waktu itu saat Aya mengeluhkan pernikahannya. "Coba deh kamu pelan-pelan perhatiin dia, terus kamu sering dekat-dekat dia, lama-lama kamu akan merasakan getaran-getaran cinta Ay...." Sambung Isma dengan tertawa terbahak-bahak.
Aya kepikiran dengan perkataan Isma waktu itu. Ia hendak mencoba untuk bisa membuka hati ke Ara. Tapi karena perbuatan Ara semalam, ia seperti merasakan tidak ada harapan. Ia menjadi hilang rasa terhadap Ara.
*
*
@@@@@@@@@@@@@@@
Salam
SiRA.