Chereads / Ami Maya / Chapter 11 - Awal Kemarahan Ara

Chapter 11 - Awal Kemarahan Ara

Sudah beberapa hari setelah mereka berhubungan badan, Aya seperti menjauhkan diri dari Ara. Ia berusaha menghindar apabila bertemu dengan Ara. Bahkan Aya tertidur di kamarnya.

Sejak awal pindah, Aya meminta izin kepada Ara untuk bisa memiliki satu kamar sendiri di rumah mereka. Awalnya Ara tidak mengizinkan, namun dengan alasan dari Aya, Ara menyetujuinya. Hanya saja Aya tidak diperbolehkan tidur di kamarnya tersebut, karena harus tidur bersama dengan Ara.

Saat sarapan pagi, Ara tidak melihat adanya Aya. Sewaktu ia bangun pagi, Aya pun tidak ada. Saat malam, Ara menunggu Aya kembali ke kamar, namun tidak kunjung datang. Ara sengaja tidak mendatangi Aya. Ia berharap Aya bisa berbuat sesuai dengan perjanjian yang mereka buat saat Aya meminta izin untuk memiliki satu kamar pribadi.

Ara mendatangi mba Onah di dapur. "Mba, ibu sudah ada turun?" tanya Ara saat mba Onah sedang membersihkan sayur.

"Eh, bapak. Belum ada pak." Jawab mba Onah, kaget majikannya tiba-tiba ada di depannya.

"Hmmm, baiklah." Ara lalu pergi. Ia kembali naik ke atas, ke kamarnya. Karena tidak dilihatnya Aya, ia pergi ke kamar Aya. Saat ia hendak membuka pintu kamar, kamarnya terkunci. Ara mulai tidak sabar. Ia tidak suka Aya mengunci kamar. Terlebih di saat ada ia di rumah.

Ara mengetuk-ngetuk pintu kamar. Dari mulai pelan hingga menggedor-gedor. "Ay, Aya?" panggil Ara sambil menggedor pintu. Tak lama Aya membukakan pintu kamar. Ia terkejut melihat Ara.

Ara melihat Aya masih mengenakan pakaian tidurnya. Mukanya masih mengantuk tanda kalau ia baru saja terbangun. Biasanya Aya bangun pagi sekali. Entah kenapa hari ini ia kesiangan, pikir Ara.

"Kamu baru bangun? Kamu habis ngapain? Kamu ngapain tidur disini!!??" Ara yang bertanya dengan tidak sabar sambil masuk ke dalam kamar dan melihat-lihat isi kamar Aya. Ia mulai curiga dengan aktivitas Aya yang terkesan sembunyi-sembunyi darinya.

Aya segera mengikuti Ara. "Tadi malam aku keasyikan baca buku. Sampai larut. Makanya aku baru terbangun."

"Kamu bisa kan baca bukunya di kamar kita??" Ara berbalik dan menatap tajam Aya.

Aya sempat terkejut dan ia agak takut melihat Ara yang sepertinya sedang marah. "Aku ketiduran. Tadinya aku mau kembali ke kamar." Aya beralasan.

"Ngapain kamu beralasan sana sini kalau nyatanya kamu mau menghindar dari aku?" Tanya Ara terus terang tanpa menolehkan pandangannya dari Aya. Ia mulai kehilangan kesabaran.

"Mulai hari ini semua aktivitas kamu, harus di kamar kita. Aku enggak izinkan kamu di kamar ini!" Ujar Ara marah, dan pergi meninggalkan Aya.

Aya terdiam di tempatnya berdiri. Penglihatannya mulai kabur. Matanya mulai terasa panas. Ada genangan air tertahan disana.

👫💓👫💓👫

Ara tidak bisa berkonsentrasi selama di kantor. Ia tidak seperti biasanya. Ia mudah tersinggung. Anak buahnya pun jadi takut untuk berhadapan dengannya.

Ara berdiam diri di dalam ruangan kerjanya. Ia duduk menghadap jendela besar yang terletak tepat di belakang meja kerjanya. Matanya memandang bangunan-bangunan yang ada di seberangannya. Namun ia sibuk berpikir tentang hubungannya dengan Aya. Ia memijat-mijat dahinya dengan tangan kanannya.

Ia teringat kejadian pagi tadi saat ia memarahi Aya. Ia kasihan dengan istrinya, namun ia juga marah kalau istrinya itu tidak memenuhi kewajibannya sebagai istri. Ara tidak mau ditentang oleh Aya. Ia merasa Aya mulai berani dengannya. Ia takut suatu hari Aya akan meninggalkannya.

Suara ketukan pintu menyadarkan Ara dari lamunannya. Ia mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Ia memutar posisi duduknya kembali ke arah pintu yang sebelumnya ia membelakangi pintu.

Dilihatnya Sony sahabatnya yang masuk dengan senyuman khasnya sambil menenteng sebuah tas kerja.

"Hai kawan. Sibuk kah?" Sapa Sony sambil duduk di kursi di hadapan Ara dan menaruh tasnya di kursi di sebelahnya.

"Oh enggak. Aku malah lagi malas kerja hari ini. Lagi enggak konsen." Jawab Ara dan Sony bisa melihat raut wajah Ara yang sedang tidak bersemangat dan muram.

"Kenapa kawan? Masih tentang hubungan kamu dengan istrimu?" Tebak Sony yang ternyata benar. Selama ini Sony memang tahu riwayat hubungan Ara dengan Aya.

Ara tidak menjawab. Dan Sony tidak mau melanjutkan bicara mengenai rumah tangga sahabatnya itu.

"Eh, kamu ada urusan apa kesini?" Tanya Ara melihat Sony yang sempat terdiam.

"Oh, aku tadi habis rapat di Hotel Bumi Senyiur dan aku mau ceritakan hasil rapat itu. Tapi kalau kamu lagi enggak fokus, lain kali ajalah."

"Oh iya, aku lupa kalau rapat dengan klien itu hari ini ya? Tapi memang kamu kan yang bertugas mengikuti rapat? Jadi hasilnya bagaimana?" Tanya Ara mulai bersemangat. Karena rapat ini terkait dengan adanya klien yang mau menaruh saham di hotel miliknya. Akhirnya Ara dan Sony mulai sibuk membahas hasil rapat tersebut.

Sony mengeluarkan isi tasnya dan menaruhnya di atas meja kerja Ara. Perhatian Ara mulai teralihkan dari memikirkan Aya, sekarang mulai fokus pada pekerjaannya dengan Sony.

*

*

@@@#@@@#@@@

Dari Penulis:

Ohhh ternyata Sony berkerja di hotel miliknya Ara.

Waktu itu Ara yang meminta Sony untuk mau berkerja dengannya. Ia tahu betul keahlian Sony dalam berbisnis. Kebetulan yang sangat menguntungkan bagi Ara, Sony menyetujuinya. Ia langsung ditunjuk menjadi sekretarisnya Ara.

Sony berniat ingin menetap di kotanya. Ia mengurangi rutinitasnya di dunia pertualangan.

Nanti akan ada cerita tentang Sony ya.

Salam

SiRA.