Malam harinya Revan tak berniat bercengkrama dengan Kenzo. malam ini mungkin terakhir kali Almira tidur disampingnya. mungkin lusa, semua akan tinggal kenangan.
"Al, besok malam aku ajak ke rumah bang Fajri ya." ucap Revan yang menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan jauh entah kemana.
"Ada apa mas kita kesana?" Almira yang tidur disamping Revan menoleh ke arahnya.
"Ada yang perlu aku bicarakan sama dia Al" Almira mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. pembicaraan Revan malam ini menjadi ganjalan dihatinya.
"Baiklah mas, terserah mas aja"
"Al.." Revan menoleh kesamping berhadapan dengan Almira.
"Bolehkah aku memelukmu?"
"kenapa harus minta ijin mas? biasanya juga langsung peluk aja" seketika Revan mendekat dan memeluk erat tubuh Almira. dia menahan airmatanya agar tidak jatuh. Almira merasa heran dengan sikap Revan yang seakan seperti sebuah perpisahan. tapi dia mencoba membuang jauh pikiran buruknya itu. Merekapun tertidur dengan berpelukan.
Pagi harinya
Revan mengantar Almira sampai di kantor. perhatian Revan membuat Almira bahagia sepertinya suaminya ini sikapnya kembali hangat seperti dulu. dia melambaikan tangan kearah Revan yang mobilnya mulai meninggalkannya.
"Aduh yang udah punya suami.ga cukup ya say dengan satu cowok aja? masih mau deketin bos juga".
"iya penampilan aja sok suci taunya doyan selingkuh juga".
Almira mendengar nyinyiran orang-orang kantor yang kebetulan satu lift dengannya. telinga Almira memanas mendengar fitnahan yang mengarah padanya itu.
"Aki benci kamu Vin" ucapnya dalam hati.
Ting!!!
pintu lift terbuka. Almira segera keluar meninggalkan dua orang karyawan wanita yang entah siapa namanya.
Almira menaruh tasnya diatas meja kerjanya. Baru saja moodnya baik setelah menerima sikap hangat Revan. sekarang sampai kantor dia harus mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman kantornya. tepatnya bukan teman karena Almira pun tidak Kenal mereka.
"Assalamualaikum pak Alvin" sapa Almira yang melihat kedatangan Alvin tiba-tiba. untung saja Alvin tidak melihatnya melamun tadi.
"waalaikumsalam, Al tolong antarkan jadwal saya hari ini ke ruangan ya. saya tunggu di dalam"
"Baik Pak".
Almira mengambil agenda yang memuat semua jadwal Alvin hari ini. dia melangkah masuk mengekori Alvin yang sudah duduk di belakang meja kerjanya.
"ini Pak. Almira meletakkan agendanya"
"tidak biasanya kamu menyerahkan sama aku Al? biasanya kamu yang bacakan jadwalku."
"oh maaf Pak. saya lupa"
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
"iya ini semua karena kamu. coba kalau kamu ga jadiin sekretarismu.mungkin aku ga dinyinyirin tiap hari kayak tadi" Saking keselnya, Almira sampai lupa bahasa yang digunakan pada Alvin. sontak dia membekap mulutnya.
"Siapa lagi sih yang nyinyirin kamu?"
"karyawan Pak Alvin. saya ga tahu siapa namanya"
"udah cuekin aja Al. kalau memang kenyataannya tidak bener, ga usah didengerin kali Al"
"buah manggis buah kedondong, cewek manis senyumin abang donk!"
Pantun Alvin yang jenaka membuat Almira tak bisa menahan senyumnya. Alvin memang dari dulu selalu punya cara untuk membuat Almira tersenyum.
"Rese banget kamu Vin. udah ah sini agendanya. udah dibaca kan?"
"beli buah bawa kembang, ogah gue senyum sama lo bang" Almira membalikkan tubuhnya.melangkah keluar dari ruang Alvin.
"maksa banget pantun lo Al"
"biariiinnnn bodo amat"
Alvin tersenyum bahagia bisa menggoda Almira pagi ini. dia jadi ingat dulu waktu kuliah mereka sering bercanda dan saling berbalas pantun yang ga jelas, saat-saat seperti itu sangat dirindukan Alvin. tapi mungkin tidak untuk Almira.
"Tiap hari gue selalu berdoa minta kamu sama Allah Al, tapi kenapa sampai sekarang ga dikasih-kasih ya." batin Alvin.
JAM PULANG KERJA
Almira menunggu Revan didepan kantor, tapi yang ditunggu sudah 15menit belum muncul juga.
tiba-tiba mobil Revan yang sudah diganti sama Asuransi setelah kecelakaan itu menghampirinya. tentu saja dengan Revan yang mengemudikannya.
"maaf Al aku telat .nunggu lama ya?"
"enggak mas, ga papa koq".
Almira membuka handel pintu mobil dan duduk disamping Revan. mobilpun melaju. tanpa Almira sadari bahwa dibagasi sudah ada 1koper yang didalamnya sudah ada semua pakaian dan pelengkapannya.
"Al, apa kamu bahagia selama ini bersamaku?"
"kenapa mas tiba-tiba ngomong begitu? tentu saja bahagia mas"
"Aku minta maaf kalau selama ini aku selalu menyakiti kamu"
"ada apa sih mas?aku jadi bingung?ga biasanya mas ngomong basa basi kayak gini?"
"ga papa Al. kamu WA bang Fajri ya . bilang kita udah otw kerumahnya."
"iya mas".
mereka menghabiskan waktu hampir 2jam diperjalanan. jakarta di jam pulang kantor . macetnya minta ampun.belum lagi kalo pas melewati jalur yang dilewati kereta yang melintas. bisa macet banget.
ting tong ting tong..
"assalamualaikum" Almira memencet bel rumah Fajri. dan tidak menunggu lama Fajri membukakan pintu untuk mereka.
"waalaikumsalam" ayo masuk Al, Van.
"makasih bang" ucap Revan.
Almira tampak terkejut melihat kehadiran semua kakak-kakaknya. ada Naila dan suaminya, Syifa dan suaminya juga. Dia mulai curiga perasaannya mulai tidak enak sekarang.
"duduk Al, Van"
Naura istri Fajri meletakkan minuman untuk Almira dan Revan.
"Bang Fajri, mbak Naila, mbak Syifa malam ini ada hal penting yang harus saya sampaikan pada kalian." Almira menangkap ketegangan suasana saat itu. perasaan Almira semakin tidak enak.
"iya silahkan Van apa yang mau kamu bicarakan?"
"sebelumnya saya minta maaf dengan apa yang akan saya sampaikan malam ini,tapi saya sudah memikirkan ini dengan matang".
"Hari ini dengan berat hati saya Revano Adiwijaya akan mengembalikan Almira Zahara kepada abang dan mbak semua. Saya mentalaknya. "
Bagai disambar petir, Almira menatap Revan tak percaya dengan ucapan suaminya itu.
"Apa kamu bilang mas? kamu becanda mas? kita ga ada masalah apa-apa mas. kenapa mas mentalakku?apa salahku mas?'ucap Almira dengan nada tinggi dan berdiri dari duduknya. nafasnya terengah-engah seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"kamu tidak salah apa-apa Al." Revan pun sebenarnya tak kuasa menahan sesak didadanya.
"apa karena mbak Larisa mas?apa mas mau menikahi dia dan menceraikan aku? mas kamu tega ya mas lakuin ini sama aku. aku kecewa sama kamu mas" Almira menangis sejadii jadinya.
"oke kalau itu mau kamu. aku terima mas. semoga mas bahagia dengan perempuan itu". Almira mengusap airmatanya kasar dan berlari menuju kamar tamu Fajri yang biasa dia tempati kalau sedang berada dirumah itu.
"Kenapa kamu ga jelasin yang sebenarnya sama Almira Van?" Fajri angkat bicara setelah Almira menjauh. sedang Naila dan Syifa yang sudah tahu permasalahan Revan dari Fajri hanya diam. mereka juga terpukul dengan yang menimpa adiknya. tapi keputusan Revan juga tidak bisa disalahkan. karena tujuan pernikahan yang untuk melanjutkan keturunan tidak bisa lagi dicapai dirumah tangga mereka.
"Biarlah Almira membenciku dengan asumsinya sendiri bang. Aku ga masalah dia membenciku setelah ini".
"Aku ambil koper Almira dulu ya bang"
Revan mengambil koper Almira dan menyerahkan pada Fajri.
"Bang, gue pamit dulu ya. mungkin persidangan akan dimulai minggu depan. maaf ya bang kalau gue udah kecewain lo. gue harap Almira bisa mendapatkan jodoh yang lebih baik dari gue bang."
"ini sudah menjadi takdir Van. lo harus tetap semangat menjalani hidup lo. jangan putus asa. semoga masih ada jodoh buat lo Van. kalaupun ga lo dapet didunia, insyaAllah bakalan lo dapat bidadari surga kalo lo ikhlas menjalani takdir Allah ini" ucap Fajri sambil memeluk Revan.
Revan melangkah pergi..
"selamat tinggal Almira "ucap Revan Lirih.
*********