Revan jadi canggung mendengar perkataan Larisa. dia hanya dia tak menanggapi. Larisa yang merasa ucapannya kebablasan,buru-buru mengalihkan
"hahaha.. aku becanda kali Van. ga usah dimasukin hati ya. Lagian saat ini aku ga mau mikirin punya suami lagi. sekarang aku cuma mau fokus sama Kenzo aja." ucap Larisa untuk mencairkan suasana.
"Syukurlah kalo cuma becanda. " jawab Revan dengan senyum tipisnya.
Tanpa terasa mobil Revan sudah berada didepan rumahnya.
"Ayo turun Sa. kamu masuk duluan. kamarmu udah diberesin mbak Tami.udah ada box bayi juga buat Kenzo. Almira yang beliin buat kenzo kemaren?"
"Benarkah? nanti kalau ketemu Almira,aku mau bilang makasih sama dia Van."
"Sebaiknya memang begitu Sa"
********
"Al, maaf apa boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" Tanya Alvin setelah menghabiskan makan siang di sebuah restoran.
"Tanya apa Vin?" jawab Almira sambil mengaduk-aduk nasinya tanpa ada maksud untuk memasukkan dalam mulutnya.
"Aku perhatiin akhir-akhir ini , kamu murung terus. apa ada masalah?"
"ga ada koq Vin. aku cuma lagi ga mood aja"
"oh ya sudah kalau kamu ga mau cerita. aku kenal kamu dari dulu Al. Aku tahu bagaimana ketika kamu baik-baik saja atau tidak sedang baik-baik saja".
"makasih perhatiannya Vin, tapi kurasa aku tak perlu berbagi sama kamu". Almira tahu benar bahwa ketika dia curhat dengan lawan jenis yang bukan mahromnya, itu berarti akan membuka pintu yang namanya perselingkuhan. dia tidak mau mengkhianati kepercayaan suaminya.biarlah dia pendam semuanya sendiri.
DIKANTOR ALVIN
Almira dan Alvin berjalan beriringan memasuki kantor. mereka berdua rupanya sedang jadi perbincangan hangat di kalangan karyawan kantor. ada aja yang gosipin mereka.
Almira dan Alvin pun masuk ke ruang kerja mereka masing-masing.
Almira melihat sekilas ponsel miliknya. ada banyak sekali notifikasi dari grup karyawan Sakinah Property. entah bagaimana bisa foto-fotonya bersama Alvin yang sedang makan, sedang jalan berdua beredar luas di kalangan karyawan kantor. banyak sekali komentar-komentar pedas yang diarahkan kepadanya.
Almira yang sedang banyak pikiran, ditambah dengan kejadian ini pula menambah kesedihannya. bagaimana bisa dia difitnah seperti ini. Dia harus bicara pada Alvin tentang hal ini.
tok tok tok..
"masuk" setelah mendengar yang punya ruangan mempersilahkan masuk, Almira segera membuka pintu dan menghadap pada Alvin
"permisi Pak, maaf saya mengganggu anda" . Alvin mendongak ,kaget karena ternyata yang datang adalah Almira.
"Tidak apa-apa Al, ada apa Al?"
"ini Pak, bagaimana tanggapan anda tentang hal ini?" Almira menyerahkan handphonenya , Alvin pun melihat apa yang dimaksud Almira. bola mata Alvin membulat melihat apa yang ada di grup WA nya.
"Sudahlah Al, tidak usah dipikirkan, anggap saja mereka netizen ga penting. yang penting kita ga kayak yang dituduhkan mereka".
"Kamu bilang ga usah dipikirkan? bagaimana aku bisa menganggap sepele seperti ini?seolah aku ini perempuan murahan saja Vin." Almira tak kuasa menahan emosinya. dia sangat kecewa pada Alvin.karena akar masalah dari semua ini adalah dirinya. coba kalau Alvin tidak memintanya menjadi sekretaris, coba kalau Alvin tidak memintanya menemani kemana saja Alvin pergi,mungkin hal ini tidak akan terjadi. seketika Almira meneteskan airmata. Alvin yang melihat perempuan yang dicintainya itu menangis sontak berdiri menghampiri Almira. spontan dia menghapus airmata Almira, tapi sebelum tangan itu menyentuh matanya, buru-buru Almira menepis tangan Alvin dan berjalan ke luar ruangan dengan deraian airmata.
Alvin hanya bisa menatap Almira..tak ada yang bisa dia lakukan untuk menghibur perempuan itu saat ini. mungkin sendiri lebih baik bagi Almira sekarang. dia meraih handphonenya dan mengetikkan sesuatu.
"maafkan aku Almira" . hanya kalimat itu yang bisa ditulis Alvin untuk Almira. namun tidak ada balasan dari Almira.
Jam pulang kantor telah tiba. Almira enggan untuk melangkah keluar, dia takut berhadapan dengan karyawan-karyawan lain. pasti mereka akan menyindir atau nyinyirin. Almira ingat dia membawa masker di dalam tasnya. diapun memakai masker itu agar bisa sedikit mengelabui orang-orang. setidaknya dia bisa keluar dari kantor itu dengan menghindari tatapan-tatapan tajam para fans Alvin Pratama Handoko.
Akhirnya Almira masuk juga dalam taxi, dia menghela nafas panjang setelah duduk didalam taxi. Revan sekarang tidak pernah mengantar jemput Almira. dia merasa Revan berubah sejak ada Larisa.
"Assalamualaikum" pas waktu adzan maghrib Almira sampai di rumah. mbak Tami yang membukakan pintu.
"Waalaikumsalam. eh mbak Al sudah pulang."
"iya mbak, makasih ya mbak"
Almira berjalan masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya dia melihat seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menemani bayi laki-laki yang masih merah itu sambil tertawa bahagia. oh sungguh itu seperti potret keluarga yang bahagia menyambut kehadiran buah hati mereka. dengan hati-hati Almira berjalan menuju kamarnya agar langkah kakinya tidak terdengar oleh mereka. tapi dia gagal Larisa menyadari kehadiran Almira.
"Al, kamu sudah pulang?"
"Ah iya mbak, maaf aku permisi dulu mau mandi dulu." Revan dan Larisa saling pandang. dan kemudian beralih pada baby kenzo lagi.
Almira segera masuk dalam kamarnya. rasa sesak sedari tadi dia tumpahkan sana. semua kejadian mulai dikantor sampai barusan dirumah juga, membuat dadanya terasa sangat sesak. dia ingat bahwa dia belum sholat maghrib.segera dia membersihkan diri dan menunaikan sholat 3 rakaat. bergantung kepada Allah adalah sebaik-baik tempat bergantung. mungkin selama ini dia banyak bergantung pada selainNya. Itulah sebabnya Allah berikan dia ujian, agar Almira bisa kembali lagi bergantung padaNya. bukankah Allah maha pencemburu? Allah tidak suka melihat hambanya yang terlalu mencintai sesuatu selainNya.
Almira memohon kekuatan dari sang Khaliq. Agar dirinya kembali kuat untuk menatap semuanya tanpa rasa takut.
Setelah sholat, Almira berjalan keluar kamar. dia sudah tidak peduli pada apa yang dilakukan suaminya dan Larisa. Almira tiba di meja makan dan menyapa suami dan Larisa. dia mengambil makan dan segera melahapnya. agar tidak terlalu lama berada ditempat itu.
"Al, kamu ga pengen lihat anakku? oh ya Al, makasih ya kamu udah beliin box bayi buat Kenzo," ucap Larisa tiba-tiba.
"Ah ya mbak sama-sama mbak. maaf tadi Al dari luar jadi harus bersih-bersih dulu sebelum bertemu anaknya mbak Larisa"
"iya ga papa" Larisa menangkap sikap Almira yang sedikit dingin padanya. Ah ini semua gara-gara Revan. bagaimana bisa dia diposisikan seperti seorang pelakor disini. Revan sungguh keterlaluan.gerutu Larisa dalam hati.
Setelah menghabiskan makanannya, Almira menghampiri baby Kenzo sebentar, hal ini hanya untuk menghargai Larisa saja. dia menatap bayi yang masih merah itu. kulitnya putih kemerahan, hidungnya mancung sangat lucu sekali. Tiba-tiba Almira terasa sesak dia ingat kalau dulu dia tidak keguguran, mungkin anaknya juga akan lahir seperti baby Kenzo.
Tanpa pamit, Almira melangkah menuju kamarnya. Larisa sangat terkejut dan bertanya-tanya pantang sebenarnya terjadi pada Almira. dia menyentuh pundak Revan.
"Van, temanilah istrimu. hiburlah dia".
Namun Revan hanya mengangkat bahunya. tanda dia tak ingin mengikuti langkah istrinya. Larisa hanya geleng-geleng kepala melihat sikap sahabatnya itu.
***********