Aku, Akari Nana, gadis SMA Bunga Bangsa. Banyak orang terpesona karena kecantikanku, jika itu hal yang benar-benar bagus, aku akan sangat membencinya.
Pada dasarnya, sangat buruk untuk menilai seseorang hanya dari penampilannya, dan aku sangat tahu hal itu.
Setiap hari, setiap saat, bagaimana rasanya dipuji orang lain hanya karena aku cantik?
Itu perasaan yang tidak menyenangkan. Apapun yang aku lakukan, mereka menempatkan penampilanku diatas segalanya.
Mereka dengan mudah berkata,
"Lihat gadis itu, dia sangat cantik bukan?"
Hentikan.
"Beruntungnya... Aku sangat iri padanya"
Hentikan! Kalian tidak tahu apa apa!
"Dengan wajah yang begitu cantik, dia pasti sangat mudah mendapatkan pria idamannya"
Tidak!
Para pria mendekatiku, hanya karena aku cantik. Mereka memakai topeng kebaikan untuk mendapatkan simpati dariku.
Apakah definisi dari 'Ketulusan'? Aku bahkan tidak bisa menemukan hal itu di sekitarku.
Aku berani bertaruh, mereka yang berusaha mendekatiku pasti menampilkan respon yang berbeda jika aku tidak lagi cantik.
Aku selalu dengan jelas mengingat nasihat ibuku sebelum dia pergi kembali ke kampung halamannya.
'Hiduplah untuk dirimu sendiri, dengan dirimu sendiri, dan kebaikan dari dirimu sendiri. Dengan begitu, hal yang baik akan terjadi kepadamu'
Aku tidak tahu maksud dari 'Hidup untuk diri sendiri'. Bahkan jika aku tidak tahu, aku merasa itu adalah hal yang egois.
Aku memang memiliki beberapa teman yang baik di sekitarku. Tapi aku tidak menemukan yang benar-benar baik tanpa noda.
Seseorang akan selalu berusaha terlihat baik di hadapan orang yang dia suka. Aku setuju dengan itu. Tapi bagaimana ketika berada di baliknya?
Aku merasa seperti mereka akan melemparkan setiap kata yang kejam dan mengutuk orang lain.
Bukankah karakter manusia normal adalah seperti itu? Atau setidaknya kebanyakan orang.
Setiap orang melihat dunia dengan cara yang berbeda, entah itu baik atau buruk, begitulah kita diciptakan.
Dulu aku berpikir bahwa semua orang itu sangat baik, sampai akhirnya aku menemukan sebuah kebohongan.
"Gadis itu! Lebih baik pergi saja! Pacarku sangat terpikat olehnya sampai mengabaikanku"
"Benar, orang yang aku sukai juga berpaling dariku"
Teman yang aku anggap baik, mencelaku dari belakang. Aku bahkan disalahkan atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan. Aku tidak pernah mencuri apapun dari siapapun.
Dan aku masih disalahkan?
Bukankah itu salah orang lain?
Pada akhirnya kecemburuan yang rasa dicurangi terus menumpuk dan semakin banyak. Hingga sampai pada satu titik, rasa itu meledak sampai pada batasnya.
Mereka menyeretku kedalaman tempat yang tidak diterangi cahaya dan melampiaskan kemarahan mereka padaku.
Tidak hanya satu atau dua, mereka mengelilingiku seperti ternak yang hendak dimangsa kelompok predator.
Aku tidak melawan, aku bahkan tidak memiliki pilihan itu.
Tapi... Apa yang aku rasakan saat itu? Aku tersenyum, akhirnya mereka mau jujur kepadaku.
Melihatku yang tersenyum, menimbulkan perasaan aneh di hati mereka. Ya, setidaknya itulah niatku, mencuri rasa simpati.
Mereka hanya gadis normal yang cemburu ketika pacarnya berpaling.
Aku tidak mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan, karena aku tidak merasa memiliki sesuatu. Tapi itu pasti terasa menyakitkan.
Setiap saat mungkin rasanya ingin mati dan mengakhiri kesedihan ini.
Aku berhasil membawa kembali kewarasan mereka sementara waktu.
"Tidak apa-apa, aku menyukai ketika kalian lebih jujur padaku"
Begitulah aku menenangkan mereka. Hal ini tidak memberi efek yang besar, tapi hal ini dapat berkembang seiring berjalannya waktu.
Sekarang kami menjadi dekat, bahkan lebih dekat dari pada sebelumnya karena mereka lebih jujur.
Terkadang mereka akan curhat kepadaku dan meluapkan perasaan mereka.
Sebenarnya aku tidak bisa banyak membantu dalam masalah mereka, tapi aku senang. Mereka terlihat lega ketika berbicara padaku dengan jujur, rasanya nyaman.
Aku belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Kupikir itu tidak normal untuk gadis seumuranku.
Sampai akhirnya orang itu datang. Orang yang tidak perhatian dan tidak peka. Terkadang perkataannya membuat canggung dan dia tidak bisa merangkai kata dengan baik.
Tapi... Dia orang yang baik, yang selalu melakukan semuanya sepenuh hati. Aku tidak bisa merasakan kebohongan dari setiap tingkah laku yang dia tunjukkan.
Dia selalu bertingkah konyol jika dengan temannya, dan selalu menjadi pendiam jika sendiri.
Lebih dari wajahnya yang tampan, aku lebih menyukai caranya bersikap dengan jujur.
Aku menyukai saat bersamanya, meskipun tidak hanya berdua saja.
Aku sangat canggung, tidak terbiasa dengan perasaan ini.
Tapi... Belakangan ini aku menyadari sesuatu.
Ketika orang lain ingin dekat denganku, dia justru berusaha tidak terlibat denganku sebisa mungkin.
Menyakitkan? Aku tidak tahu kenapa aku menangis.
Sangat menyakitkan ketika perasaanku tidak terbalas! Aku ingin menangis! Menangis dengan keras!
Aku sangat ingin mengatakan padanya bahwa 'aku mencintaimu'. Bahkan jika aku tahu pada akhirnya hanya akan ditolak, aku ingin mengatakannya dengan jelas.
"Apakah kamu tidak mencintaiku!? Kenapa... Kenapa? Aku hanya ingin berada bersamamu"
Air mataku menetes setiap memikirkan hal itu.
Apakah aku tidak cukup baik?
Pemikiran ini menghantam pikiranku setiap waktu.
Aku merasa senang ketika melihatnya, bersamanya, bahkan jika hanya mendengar suaranya.
Apakah perasaan ini tidak berharga?
Mengapa aku jatuh cinta?
Aku hanya gadis yang polos. Bahkan jika aku tidak mengerti, aku ingin dihargai.
Apakah aku egois? Pertanyaan seperti itu tidak berguna!
Aku selalu berusaha mendekatimu! Tolong lihat aku!
Aku hanya seorang gadis yang ingin bahagia.
Aku tidak ingin kehilangan!
"Aku membencimu!"
Aku mengatakan kebohongan yang sangat menyakitkan.
Melihatnya pergi dengan temanku sendiri, rasanya sakit.
Dadaku terasa sesak, perasaan apa ini? Aku tidak bisa berhenti menangis.
...
Aku dibenci.
Dia mengatakannya dengan sangat jelas.
Tanganku tidak bisa meraihnya ketika dia berlari dengan meneteskan air mata.
Melihatnya membuat hatiku sakit.
Beberapa saat yang lalu, aku menemani Rena atas permintaan darinya. Aku tidak bisa menolaknya karena aku telah berjanji.
Tapi aku tidak menyangka akan bertemu Nana di jalan ini. Dia terlihat sangat sedih, pemandangan yang menyakitkan.
Aku berusaha mengejar, tapi lenganku ditarik dari belakang.
"Udah, biarin dia sendiri dulu. Kamu masih punya janji denganku. Benar kan?"
Kenapa kamu bisa membuat senyum seperti itu? Dimana perasaanmu saat ini?
...
Setelah aku kembali pulang, aku mengirim pesan kepada Nana. Tapi tidak ada balasan, telpon dariku bahkan tidak diangkat.
Aku berusaha bertanya pada temannya tentang alamat rumah Nana. Dan aku berhasil mendapatkannya, kurang lebih lima belas kilometer dari rumahku.
Aku pergi sendirian dengan membawa motor kesayanganku.
Aku dihentikan oleh penjaga gerbang rumahnya.
"Mas ini siapa? Sudah punya janji sebelumnya?"
Aku tidak bisa menjawab bahwa aku pergi kesini tanpa pikir panjang. Itu memalukan, tapi aku benar-benar ingin meluruskan kesalahpahaman ini.