Hari ini aku bangun seperti biasa, mandi seperti biasa, sarapan seperti biasa dan berangkat sekolah seperti biasa.
Oh tunggu, ada yang sedikit berbeda.
Aku menerima telpon dari Nana.
"Arga, bisa jemput aku gak? Motorku lagi dibawa ke bengkel nih"
"Ok, kamu tunggu depan rumah aja"
Aku menutup telpon dan mengambil motor kesayanganku. Motor matic lamaku yang masih berfungsi dengan baik.
Aku tarik gas motorku ke rumah Nana, kebetulan arahnya searah dengan sekolah, jadi bisa sekalian nganterin.
Setelah lima belas menit, atau mungkin lebih, aku sampai di depan rumah Nana. Ada Nana dengan Kak Nina yang sedang menunggu.
"Yaudah kak, aku berangkat dulu"
"Iya, hati-hati"
Nana naik ke motor dan mengenakan helm, setelah itu kami berangkat setelah berpamitan.
...
Sekarang aku tertimpa masalah lain.
"Eh, kalian kok boncengan berdua?"
"Ada hubungan apa nih~?"
"Cie~ pagi-pagi udah mesra"
"Gimana ceritanya?"
Yap, aku dibanjiri pertanyaan dan sindiran ringan dari orang-orang yang melihat kami berangkat sekolah bareng.
Memang ringan, tapi kalau bertumpuk terus akhirnya juga bikin kurang nyaman.
Nana bisa pergi duluan karena dikelilingi sahabatnya dan pergi dari kerumunan.
Nah, di saat yang seperti ini aku penasaran kemana perginya para kampret itu.
Aku bisa membayangkan wajah mereka yang senyum senyum gak jelas.
Memang ngeselin, tapi itu yang paling mungkin mereka lakukan sekarang ini.
"Gak ada apa-apa kok, aku cuma diminta nganterin Nana aja sama kakaknya. Motornya lagi di bengkel katanya"
Aku harap jawaban itu cukup meyakinkan.
"Wah, udah kenal keluarganya ya"
"Enak ya, udah didukung keluarganya gitu"
"Ah, bikin iri aja nih"
Uh, percuma. Jawabanku membuat mereka semakin salah paham. Aku pikir jawaban dari masalah ini hanya satu.
Lari!
Aku berlari pergi meninggalkan kerumunan itu di belakang.
"Hei! Jangan lari dong"
"Wah, seru nih. Jarang jarang cewek ngejar cowok"
Aku mohon, tolong jangan masukkan logika aneh itu.
"Woi! Itu sepatu baru belum kenalan!"
Ini siapa lagi yang mengungkit masalah sepatu baru!!?
"Iya, itu si Arga"
Oh shit, here we go again.
Mereka terus mengejar dengan motivasi yang berbeda.
Serius, tolong biarkan aku bersantai!
...
Kemarin, saat Arga sedang sibuk dikejar satu sekolah.
Rendra, Adi, Reno, dan Ivan duduk di bangku yang saling berhadapan.
Rendra memasang wajah serius.
"Ok, jadi rencananya adalah... Kita pancing Arga untuk membuat perjanjian dengan seseorang. Isi perjanjiannya adalah Arga harus selalu menemani Nana ketika pergi berdua, agar mereka bisa kencan"
Setelah mendengar ide itu, Reno angkat bicara.
"Ide yang bagus, tapi siapa yang akan bikin perjanjian dengan Arga. Kita gak bisa, Arga bisa curiga"
"Gimana dengan salah satu sahabatnya Nana. Mereka kan peduli dengan Nana, jadi mungkin kita bisa ajak kerja sama"
Adi memberikan usulan yang bagus.
Ivan memberikan pendapat.
"Ada Rena, Zaskia, Marina, dan Maya. Marina gak mungkin, karena dia gak suka sama Arga. Si Rena dulu pernah suka sama Arga, jadi jangan. Sedangkan Zaskia dan Maya, aku kurang yakin mereka mau bantu rencana kita"
Penjelasan Ivan masuk akal, tapi Adi yang kurang mengenal Zaskia dan Maya merasa sedikit penasaran.
"Kenapa gitu?"
"Zaskia itu pada dasarnya anak yang taat dengan aturan agamanya, dia menentang keras hubungan pacaran. Kalau Maya... Bisa dibilang karena pengalaman pahitnya sendiri tentang pacaran, jadi dia gak mau Nana mengalami hal yang sama"
Setelah mendengar penjelasan Ivan, Adi tampaknya mengerti.
Reno menghela nafas dengan berat hati.
"Kayaknya cuma Rena yang bisa kita ajak kerja sama, tapi apa gak masalah?"
"Mungkin, kita gak tahu gimana hasilnya nanti"
Benar, semua ini adalah rencana Rendra dan kawan kawan. Mereka membuat kondisi dimana Arga terdesak hingga bisa diajak membuat perjanjian.
Arga adalah orang yang gak mau ingkar janji, jadi mereka memanfaatkan kesempatan itu.
Selanjutnya kondisi dimana Arga terdesak adalah keributan sepatu baru.
Kalau hanya satu atau dua orang yang menginjak gak masalah. Tapi kalau banyak orang, Arga pasti berusaha menghindar sebisa mungkin.
Karena sejak kelas 10 Arga selalu bersembunyi bersama Rendra di toilet perempuan kalau keadaan sulit, itu juga jadi kebiasaan buruk.
Dengan begitu, mereka bisa menyusun rencana yang cukup bagus.
Sayangnya, itu sedikit kacau pada akhirnya.
Rencana yang ditujukan untuk Arga dan Nana, justru dirubah oleh Rena. Lalu mengakibatkan kejadian dimana Nana merasa sedih dan kecewa.
Sebenarnya rencana ini dibuat untuk jangka panjang, agar Arga bisa semakin dekat dengan Nana pelan pelan.
Tapi... Meski sedikit kacau, rencana ini cukup sukses pada akhirnya.
Dan seperti yang dipikirkan oleh Arga. Rendra, Adi, Reno, dan Ivan tersenyum sambil menonton Arga yang datang bersama Nana dan berakhir dikejar masa.
...
"Nana, kok kamu bisa barengan sama Arga?," tanya Rena.
"Motorku lagi di bengkel, jadi kakak minta aku buat boncengan sama Arga"
"Kamu sebaiknya jangan deket deket sama Arga, kamu bisa sakit hati loh suatu saat," ucap Maya dengan nada yang sedikit menggurui.
"Iya, bukan muhrim"
"Yang lain gitu lah, masa sama si Arga? Dia kan cuma anak pendiam, olahraganya juga buruk, mana bisa jaga kamu?"
Zaskia dan Marina merasa keberatan dengan hubungan mereka.
"Udah udah, jangan bahas itu lagi. Aku akan jelasin semuanya, jadi jangan ngomong yang aneh aneh lagi"
...
Di kediaman keluarga Akari, keluarga Nana dan Nina.
Suara telpon berdering dengan keras, Nina berlari dan mengangkat telpon itu.
[Assalamualaikum]
"Wa'alaikumsalam. Ayah, ada apa?"
[Nina, gimana kabar kalian disana?]
"Baik kok, Nana baru aja berangkat sekolah"
[Baguslah. Ayah ada kabar baik nih buatmu. Kamu akan dijodohkan dengan anaknya kenalan Ayah, orangnya ganteng dan pintar loh, baik dan sopan pula. Udah pernah ketemu juga sama orangnya langsung, masih muda]
"Ayah, ini udah calon yang keberapa? Udah banyak loh yang Ayah calonin, tapi gak sesuai dengan kriteria aku juga, mereka semua penipu"
[Ayolah, Ayah yakin yang ini beda, kamu gak akan kecewa pastinya. Kalau kamu setuju, kita bisa adain acara pertunangan secepatnya, eh nunggu orangnya lulus sekolah dulu mungkin]
"Baik yah, Nina nurut aja sama keinginan Ayah"
[Nah, gitu dong baru anak Ayah. Ibu kamu udah sering bilang ke Ayah supaya kamu cepat nikah dan punya anak. Ibu kamu pingin gendong cucu katanya]
"Iya yah, Ayah dan Ibu kapan pulang?"
[Ayah minggu depan udah pulang kok, udah pesen tiket ini. Kalau Ibumu... Mungkin bulan depan. Sekalian bulan depan kita liburan sekeluarga besar. Nenekmu juga ikut ke Indonesia sama Ibumu]
"Nina tunggu deh kabar dari Ayah. Assalamualaikum"
[Wa'alaikumsalam]
Nina menaruh gagang telepon, dan menghela nafas.
"Calon lagi, semoga yang satu ini gak tambah ngawur"