Chereads / Am I Normal? / Chapter 30 - Daiki: Tidak Yakin! (1)

Chapter 30 - Daiki: Tidak Yakin! (1)

[5 bulan yang lalu...]

Dari dalam bilik kamarnya, Daiki duduk sambil membayangkan wajah seorang yang selalu mengejar-ngejarnya. Siapa lagi jika bukan si pengganggu itu, Youichi Haruhiko.

Ia meringkuk dengan punggung yang bersandar di balik pintu dan kedua tangan yang memegang kepalanya, tetapi tidak sampai mencengkram rambutnya. Perasaan frustasi dan juga bersalah karena ucapan yang memang ia sengaja, sekitar 6 atau 7 bulan yang lalu, selalu menghantui dan hingga saat ini pun masih belum mereda sama sekali.

Apakah Haru benar-benar membenciku?

Pada pemikirannya sekarang ini, ia menyudutkan diri sendiri, dengan berpikir bahwa ia tidak mengerti dengan sikapnya sendiri. Sering kali ia bersikap seolah-olah mengabaikan Haru dan bahkan menyakiti perasaannya, tetapi mengapa hal itu berbalik melukai dirinya sendiri? Apa ia benar-benar menyukainya? Atau hanya sekedar merasa bersalah?

Walaupun pertanyaan-pertanyaan itu memiliki jawaban yang tidak pasti, ada hal yang ia yakini, bahwa untuk sekarang ini, ia ingin menemuinya dan memperbaiki semuanya sampai ia berpikir untuk bersikap gila sekali ini saja!

Segera ia bangkit dari posisi duduknya, lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas tempat tidurnya dan menekan tombol panggilan untuk menghubungi seseorang saat ini juga.

Ketika panggilannya terjawab, segera Daiki berseru tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. "Ah, Shino! Kau ada waktu malam ini?"

"Hah? Eh? Memangnya ada apa?" Nada suara Shino terdengar sedang keheranan saat ini. Bagaimana tidak? Hari ini adalah kali pertama Daiki menghubunginya.

Seorang Takayashi menghubungiku? Ada apa dengannya? Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu sedang muncul di benaknya ketika ia hening di telepon yang sedang berlangsung saat ini.

"Apa kau punya waktu atau tidak?! Kau tidak sibuk, kan?!" Tanya Daiki sekali lagi dengan sedikit menegaskan nada suaranya.

Shino terdengar menghela napas berat, lalu berkata: "Ya... sepertinya begitu. Memangnya ada apa? Aneh sekali".

"Temui aku di Leevety Cafe sekarang juga. Tempatnya berada tidak jauh dari taman kota. Aku akan menunggumu disana!" Daiki segera menutup teleponnya tanpa mendengar persetujuan dari Shino terlebih dahulu, seolah sudah yakin bahwa Shino akan menyetujui ajakan darinya.

Daiki yang saat ini sedang mengenakan kaos hitam biasa dan celana olahraga abu-abunya pun segera keluar dari kamar. Dengan rambut berantakan yang dibiarkan begitu saja, ia mengenakan sepatu tanpa mempedulikan penampilannya--rambut acak-acakannya juga tidak akan memudarkan ketampanan yang ia miliki--bahkan penampilan yang terkesan 'bad boy' ini membuat karismanya semakin kuat malam ini.

Ia pun mulai melangkah dengan begitu terburu-buru, menuju tempat yang mereka sepakati... bukan, melainkan tempat yang ia putuskan sendiri!

.....

Setelah berada disana, Daiki mengamati sekelilingnya; mencari-cari keberadaan Shino saat ini. Karena tidak menemukannya, ia pun memutuskan untuk menunggunya di pinggiran taman yang berada di sekitaran cafe tersebut.

Baru saja ia hendak duduk di bawah pohon sakura yang mulai gugur itu, tetapi segera matanya melihat Shino yang baru tiba dan berhenti tepat di depan cafe tersebut. Daiki pun menghampiri Shino dan menyapanya, walau ia bukan seorang yang pandai berbasa-basi seperti itu.

Mereka berdua pun segera masuk ke dalam cafe dan duduk di dekat jendela kaca transparan, sehingga kilauan dari kelap-kelip lampu dan orang-orang dari luar jendela dapat terlihat jelas dari dalam, begitupun sebaliknya.

"Ada apa? Kenapa kau ingin menemuiku malam-malam begini?" Tanya Shino dengan alis yang mengerut dan matanya yang penuh rasa ingin tahu.

Namun, sebelum Daiki menjawab pertanyaan itu, seorang pelayan wanita datang dan menawarkan menu makanan di hadapan mereka. Sehingga, pembicaraan mereka teralihkan sejenak, dengan memesan minuman dari menu yang ditawarkan oleh pelayan tersebut. Dan setelah pelayan itu pergi, mereka pun kembali dengan bersikap serius seperti sebelumnya.

Daiki menyandarkan punggungnya sembari menghela napas ringan, lalu dengan terbata-bata berkata: "A-apa kau tau a-alamat tempat tinggal... hmm... Haru?"

Alisnya semakin mengerut; menunjukkan Shino yang begitu terkejut! Dan berkata: "Haru?... Maksudmu Youichi?... Ah, ya tentu aku tau. Tapi, sebelum aku memberitahumu Hmm... ada satu hal yang sudah lama ingin kutanyakan dari kalian berdua, karena... hmm, sebelumnya, aku sudah menanyakan hal ini kepada Youichi, tapi dia malah tidak menjawabku".

Daiki mengangkat kedua keningnya agar Shino mengatakan apa yang hendak dipastikannya.

"Hmm, apa kalian bertengkar?" Tanya Shino dengan kedua tangannya dilipat di atas meja.

Daiki melirik tajam kearahnya. Sehingga membuat Shino segera menegakkan tubuhnya dan menggerak-gerakkan bola matanya, seperti seorang yang sedang salah tingkah di hadapannya. "Hmm, bukankah kalian pernah menjalin hubungan sebelumnya?"

Seketika, Daiki mencondongkan tubuhnya mengahadap Shino, dengan wajah dinginnya merengut kesal, berpadu rasa terkejut di kedua matanya yang melebar! Kemudian, ia bertanya dengan suara tercekik: "Apa dia mengatakan hal itu padamu?!"

Shino mengernyit bingung sembari pandangannya tidak ia lepaskan dari wajah Daiki yang begitu terkejut itu. "Heh? Jadi, kalian tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya?"

"Haru pernah memberitahuku kalau ia menyukaimu... ya, walau aku menjadi orang pertama yang menanyainya. Tapi, setelah aku mendengarkan pernyataan itu darinya, kupikir kalian sedang menjalin hubungan waktu di sekolah dulu" Lanjutnya, menjelaskan.

"Hah?! Dia memberitahumu hal itu?!" Daiki yang mendengar perkataan itupun menjadi lemas dan kembali menyandarkan tubuhnya dengan malas.

Namun, seakan belum puas dengan Daiki yang belum memberi jawaban pasti, Shino pun kembali menanyai untuk memenuhi hasrat ingin tahunya sekali lagi. "Tapi, hmm... apa... apa kau juga menyukainya?"

Daiki seketika membatu sesaat, dengan wajah terkejutnya berubah datar dan berkata: "Tidak..."

Ya, tidak... tidak yakin!

Ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri! Dan pertanyaan itu membuat Daiki seakan memaksakan diri untuk tidak mengetahui perasaannya sendiri!

Argh! Shino memang seorang yang paling buruk!

Daiki hanya sekedar menanyakan alamat semata, tetapi Shino membuat suasana menjadi berbelit-belit seperti sekarang ini!

Benar-benar buruk, dengan Shino yang menanyakan suatu hal yang tidak ingin ia yakini selama ini!

*****