[3 Tahun sebelumnya...]
Di belakang sekolah, Haru sedang bersama seorang wanita, yang sekaligus merupakan kekasihnya. Wanita ini dua tahun di atasnya yang merupakan ketua club dari tim basket wanita, dan sudah bersama sekitar sebulan yang lalu. Walau ia dua tahun di bawahnya, sepertinya tidak membatasinya untuk mengencani siapa saja, bahkan untuk si senior cantik ini.
Beeep Beeep Beeep
Baru saja mereka ingin bercumbu, tetapi deringan telepon membuat mereka berhenti sebelum melakukannya, dan segera memeriksa ponsel masing-masing.
"H-halo?—Oh, iya iya. Baiklah,—benarkah?—Iya baiklah—" Kata wanita itu di telepon, lalu menutup telepon dari seseorang yang menelponnya.
"Youichi-kun? Maafkan aku. Aku harus kembali ke club. Sensei disana sedang mencariku" Kata wanita itu kepada Haru.
Haru mengangguk, mengiyakan perkataan wanita itu, sehingga wanita itupun berdiri dari tempat ia duduk saat ini, lalu pergi meninggalkannya sendiri.
Setelah memastikan kekasihnya benar-benar sudah pergi, Haru pun nyengir memikirkan lelucon yang hampir ia lakukan baru saja. Dan entah mengapa, ia juga selalu menganggap hal seperti itu adalah lelucon baginya.
Beep Beep
"Youichi-kun, datanglah ke rumahku malam ini. Orang tuaku sedang tidak di rumah, dan adikku akan menginap di rumah temannya. Aku takut sendirian ~T_T~"
Haru menatap dingin pesan itu sebelum menyetujuinya seolah tidak keberatan sama sekali. Walau hati berbanding terbalik dengan pemikirannya, ia lebih menuruti apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Dan bukanlah hal yang mudah, tidak semudah jarinya mengetik "iya, baikilah", lalu menekan send. Namun, ia harus tetap melakukannya sebab ia adalah kekasihnya saat ini, dan itulah peran sebagai seorang kekasih; menemani sang kekasih walau itu bukanlah perasaan yang sebenarnya.
"Arrrrggghh!" Ia mengacak-acak rambutnya. Rupanya ia kesal dengan diri sendiri, yang terjebak dalam situasi seperti ini.
Ia pun beranjak dari belakang sekolahnya menuju kelasnya. Dan ditiap kali melangkah, ia tak henti-hentinya memikirkan kecerobohannya sendiri.
Mengapa ia harus menyetujui ajakan wanita itu, untuk datang ke rumahnya malam ini?
Di tengah perjalanan, terlihat seseorang dengan banyak wanita mengikutinya. Sepertinya, ada lagi seorang pria populer yang bernasib sama sepertinya.
Haru mengernyitkan dahi. Begitu penasaran dengan wajah orang itu. Seperti apa dia? Dan ada apa dengan para wanita itu?
Dilihat dari tubuhnya, memang cukup ideal di mata para wanita. Tubuh tinggi hampir sama sepertinya, kulit putih, dan...cukup mengagumkan walau melihatnya dari belakang--tunggu--apa?! Haru begitu terkejut bisa sampai memikirkan semua hal itu.
Dengan perasaan terkejut, ia menepi dan menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat tangga, yang lemas sebab jantung yang semakin berpacu! Ia memegang kepalanya dengan kedua tangan, tak menyangka bahwa ia memikirkan hal memalukan itu.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Haru kau begitu bodoh! Argh! Sial!" Umpatnya dengan memaki diri sendiri.
Kya Kya Kya
Ia segera menoleh ke arah jeritan suara "kya" para wanita itu. Dan benar saja, orang itu telah pergi, sekarang dirinyalah yang akan menjadi sasaran para wanita itu lagi. Ia pun mulai bersiap, berpose dengan sikap coolnya; memasang senyum sebegitu menawan hingga membuat para wanita itu dimabuk kepalang dengan sandiwaranya
"My prince…my prince…" Serentak mereka mengatakan hal yang menggelikan itu.
Entah julukan macam apa lagi yang mereka berikan padanya. Seperti orang bodoh, katanya.
"Kali ini, kami akan memberimu julukan ' prince' karena sekarang Youichi-kun adalah pangeran kami" Kata salah-satu dari para wanita itu.
Sangat aneh. Hal itu serasa mengocok isi perutnya, sampai rasa tertawa sudah di ujung tenggorokannya. Namun, ia mencoba untuk tetap menahan agar tidak merusak reputasinya di kalangan para wanita.
Karena tidak ingin berlama-lama bersama mereka, ia pun segera pergi, dan membuat kekecewan di wajah mereka yang memang masih ingin mengobrol dengannya saat itu. Namun, bersama mereka serasa membuatnya seperti orang gila.
Setibanya di kelas, ia segera duduk di bangkunya dan memandang ke luar jendela. Namun, ia masih belum begitu tenang sebab celoteh para wanita di kelasnya sangat berisik, yang sedang membicarakan seorang pria tampan nan tinggi, dan bisa ditebak kepada siapa objek pembicaraan mereka.
Bukan ia tidak menyukai jika para wanita mengidolakannya. Dan bahkan, ia begitu bersyukur jika ada seseorang yang akan menggantikan posisinya. Namun, hanya saja sesuatu yang belum bisa ia pastikan begitu mengganggunya.
*****
Sepulang sekolah, Haru hendak mengembalikan buku yang telah dipinjamnya dari Shino. Akan tetapi, Shino mengajaknya untuk pergi ke tempat latihan memanah terlebih dulu sebab melupakan sesuatu disana, katanya.
setelah berada di tempat latihan itu. Shino mengajak Haru untuk masuk, tetapi dengan halus ditolaknya, karena sebenarnya menunggu di luar saja sudah cukup membuang waktunya.
"Eh, Takayashi, kau masih disini rupanya" Kata Shino kepada seseorang di dalam ruangan.
Haru mengintip ke dalam, dan melihat seseorang berdiri tegak dengan panah di tangannya.
Takayashi? Postur tubuh yang sama dengan orang yang dilihatnya siang tadi. Dan terus mengamatinya hingga terkagum-kagum melihat betapa menawannya orang yang bernama Takayashi dengan pose itu.
"Oi, Youichi? Oi…" Panggilan Shino menyadarkan Haru yang terhipnotis sejenak.
"Oh, ini, Ini bukumu. Aku harus pergi" Kata Haru sambil menyodorkan sebuah buku, lalu pergi dengan terburu-buru, meninggalkan Shino yang terheran-heran.
.....
Ia berjalan begitu cepat, keluar dan menjauhi sekolah menuju rumah kekasihnya. Namun, setelah melihat orang itu, membuat irama dari detak jantungnya tidak sesuai dengan tempo seharusnya.
Ia sadar bahwa hal ini belum pernah ia rasakan sebelumnya; belum pernah merasakan jantungnya memompa sebegitu cepatnya.
Ada apa denganku?
Perasaan apa ini?
Jatuh cinta?
Sesampainya di tempat yang ia tuju, kekasihnya langsung menyambutnya dengan begitu ramah; membuat minuman untuknya; dan menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
"Sepertinya memang hanya mereka berdua di rumah ini" Pikirnya dengan mengamati sekitar.
Setelah makan malam, mereka berdua menghabiskan waktu dengan bermain kartu, bermain game, mengobrolkan banyak mengenai pribadi masing-masing dengan beberapa kaleng bir menemani mereka. Namun, Haru bukanlah tipe orang yang berterus-terang dengan hal pribadinya, dan tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Youichi-kun, ayo kita melakukannya" Bisik wanita itu di telinga Haru yang sudah sedikit mabuk.
Haru tahu maksud dari perkataan wanita itu, yang menginginkan sesuatu yang lebih ke hal 'tingkat dewasa'. Ia terus saja menatap wanita itu dengan mata sayup-sayup sebab terlalu banyak menenggak bir.
Perlahan tangannya bergerak mengelus wajah wanita itu, rambutnya, dan membuat wanita itu memejamkan kedua matanya.
"Takayashi..." Sepertinya, halusinasi mulai menjangkiti pikirannya.
"A-apa? Aku mendengar, kau tadi mengatakan sesuatu?" Tanya wanita itu sembari membuka kedua matanya.
Seketika itu Haru tersadar dan segera berdiri, merapikan pakaiannya. Ia begitu terkejut atas apa yang telah dikatakannya baru saja, lalu membungkukkan tubuhnya di depan wanita itu.
"Maaf! Aku…aku tidak bisa melakukannya!" Kata Haru, lalu segera mengambil tas dan meninggalkan tempat ini.
.....
Di perjalanan pulangnya, ia terus memikirkan perbuatan berterus-terangnya tadi, dan berharap bahwa kekasinya tidak akan curiga sama sekali.
Ia mengacak-acak rambutnya, tak menyangka bahwa seorang pria bisa membuatnya bertingkah seperti tadi. Namun, dengan kejadian itu, ia benar-benar yakin bahwa yang ia rasakan adalah jatuh cinta untuk pertama kalinya. Akan tetapi, apakah jatuh cinta kepada sesama pria adalah hal yang normal?
Setelah menyadari hal itu, ia mulai mencari tahu mengenai seorang pemilik nama 'Takayashi' tersebut; memandanginya dari jauh; dan menunggunya di tiap pulang sekolah tanpa sepengetahuan orang itu, seperti seorang penguntit yang tergila-gila dengan objeknya.
*****