Chereads / Am I Normal? / Chapter 22 - Pertemuan Pertama (1)

Chapter 22 - Pertemuan Pertama (1)

Sekitar pukul 7.00 malam, Haru bersiap untuk berangkat menuju bar, tempat ia bekerja saat ini. Dengan kemeja hitam yang dikenakannya, memperlihatkan tubuh ramping yang begitu elok; memancarkan karisma aura pemikat wanita yang begitu kuat.

Ia menatap dirinya di depan cermin panjang yang memperlihatkan keseluruhan postur tubuhnya. Dan tersenyum pada bayangannya sendiri, seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu pada raut wajah tampannya yang sedang tersenyum begitu menawan.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Merasa siap untuk hal-hal yang menantinya di tempat kerja, ia pun mulai melangkah meraih mantel tebal berbulu untuk menghangatkannya dari udara dingin di luar sana.

*****

Di tempat kerja, ia tidak begitu bersemangat--berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sesuatu di pikirannya begitu mengganggu saat ini. Dan walau ia tersenyum ramah pada tamu-tamu yang datang, tampak jelas bahwa hal itu begitu ia paksakan.

"Hei, Youichi-san, ada apa denganmu? Kau tampak tidak begitu bersemangat malam ini" Bisik seorang bartender saat Haru hendak mengambil beberapa minuman.

"Aku kurang istirahat. Tugas-tugasku menumpuk, dan harus ku selesaikan bersamaan dalam satu hari, huh!" Keluh Haru dengan senyum tipis pada wajahnya, lalu segera pergi membawa minuman-minuman itu pada mereka yang memesan; menghindari pertanyaan yang akan diajukan oleh orang itu sekali lagi. Namun, ia yakin bahwa jawaban yang ia berikan bukanlah jawaban sebenarnya; hanya berupa jawaban dari ketidaktahuannya dari pemikiran sendiri.

Setelah membawakan minuman kepada para tamu yang memesan, ia berjalan menuju toilet; berniat membasuh wajahnya untuk menyamarkan wajah lesunya dari pemikiran menganggu yang tidak ia ketahui penyebabnya.

Saat berada di toilet, ia menatap wajahnya pada sebuah cermin di wastafel. Mengamati keseluruhan wajahnya untuk mencari tahu sebuah jawaban atas pemikiran yang mengganggunya saat ini, dengan hati yang terus menanyai diri sendiri, "Ada apa denganmu?". Namun, tidak ada jawaban sama sekali.

Akan tetapi, hanya untuk beberapa saat saja, sebab pandangannya segera teralihkan pada sebuah bayangan seorang pria yang terlihat terus mengamatinya dari belakang, dan membuat pemikiran abstrak di kepalanya menjadi terfokus pada orang asing itu.

Sembari mengernyitkan dahi, ia pun segera membalikkan tubuhnya.

Terlihat seorang pria jangkung dan cukup besar; berusia sekitar 25-27 tahun sedang berjalan menghampirinya, dan dengan mata dingin yang terus mengamatinya tanpa berkedip sedikitpun!

"Ada apa?" Tanya Haru dengan mengerutkan keningnya saat pria itu sudah berdiri di hadapannya.

Pria besar itu tidak mengatakan apa-apa, hanya senyuman menyebalkan yang terus ia tunjukkan.

Aroma alkohol dari tubuh pria itu menyamarkan aroma parfum yang digunakannya; bercampur, menghasilkan aroma yang begitu menyengat seperti memenuhi rongga dada Haru tiap kali ia menarik napas. Dan, bisa ditebaknya bahwa pria ini seorang pemabuk yang sedang berkeliaran!

Selang beberapa saat, tak ada yang mengatakan apa-apa, tiba-tiba saja orang itu melayangkan kepalan tinju pada wajah Haru dengan cukup keras, yang menyebabkan Haru begitu terkejut sembari merasakan nyeri berdenyut-denyut pada tulang pipinya!

Entah apa yang sedang ia pikirkan, hingga pria yang sama sekali belum pernah ia temui itu melakukan tindakan kriminal seperti itu! Mengenal orang itu pun, tidak!

Tentunya, Haru tidak dengan senang hati menerima perlakuan itu! Dan dengan amarah yang seperti sudah di ubun-ubunnya, Haru mendorong pria yang lebih besar darinya dengan cukup kuat! Hingga dibuat pria besar itu mundur beberapa langkah, hampir tersungkur. "Brengsek! Kau pemabuk sialan!".

Orang itu tertawa pelan dan semakin keras hingga suaranya terpantul-pantul pada dinding ruangan, seakan sedang memancing amarah yang lebih besar lagi. Namun, belum juga Haru menujukkannya, orang itu sudah kembali menghajar wajahnya!

"Aku sangat membencimu, Taki! Mati saja kau!" Seru orang itu dengan wajah masam yang menunjukkan kebencian besar kepada seorang yang bernama Taki tersebut.

Jangan bercanda! Menyebutnya sebagai orang lain lagi benar-benar membuat kepalan tangannya semakin kuat, dan bersiap untuk menghantam sesuatu!

"Hah?! Sial! Aku bukan Taki, brengsek!" Haru begitu kesal dibuatnya, tak sabar ingin mendaratkan pukulannya pada wajah seorang yang terus menunjukkan wajah yang kian memerah itu di hadapan Haru.

Sebelum ia melakukannya, orang itu cukup sigap menghentikan pergerakannya walau dalam keadaan mabuk berat, dan hampir menghajarnya kembali! Untung saja, beberapa orang yang masuk berhasil menghentikan pria yang tidak lagi menunjukkan senyum menyebalkannya itu!

"Hei, kau tak apa?" Tanya salah satu dari mereka kepada Haru.

Belum saja Haru menjawab pertanyaan orang itu, pria besar itu kembali meronta, hendak membebaskan diri dari beberapa orang yang menahan tubuhnya. "Aku akan membunuhmu, Taki! Sini kau, brengsek!".

"Kau mengenal orang ini?" Tanya orang yang sama lagi.

"Tidak. Melihat wajahnya saja baru kali ini. Dia itu pria mabuk yang cukup gila" Jawab Haru dengan menyentuh pipinya yang serasa begitu sakit.

"Hmm, kalau begitu, sebaiknya kau pergi. Orang ini tampaknya mengira kalau kau orang yang bernama Taki itu" Kata salah seorangnya lagi disertai cengingiran kecil.

Haru mengangguk, lalu berterima kasi kepada mereka yang menolongnya dari orang gila yang hampir melakukan hal lebih brutal lagi terhadapnya!

Ia pun segera berjalan keluar dari toilet ini untuk melanjutkan pekerjaannya. Berlama-lama di tempat itu juga bukan hal yang menyenangkan! Apalagi dengan adanya si pemabuk gila itu, si pemilik tampang yang menyebalkan itu!

.....

"Youichi-kun! Ada apa denganmu?! Lihat wajah tampanmu! Bagaimana tamu-tamuku akan tertarik melihat wajahmu sekarang?!" Tanya seorang wanita yang berusia sekitar 30 tahun itu dengan begitu terkejut. Tetapi, dengan cengingiran yang ditahannya, menunjukkan bahwa ia tidak serius menanyakan hal itu.

"Hmm, Youichi, sayang...sepertinya, kau punya banyak masalah hari ini. Pulang dan istirahatlah. Besok, kau harus kembali bekerja dengan wajahmu seperti sebelumnya. Aku membutuhkan wajah tampanmu untuk menarik lebih banyak pelanggan disini". Lanjutnya sambil menepuk-nepuk pipi Haru, pada bagian yang masih baik-baik saja.

Haru begitu terkejut mendengar hal itu. "Tidak! Tidak apa-apa. Biarkan aku melanjutkan pekerjaanku".

"Huh! Keras kepala. Aku tidak memecatmu. Aku hanya menyuruhmu pulang beristirahat. Lagipula, apa yang akan dikatakan tamu-tamuku saat melihat salah satu pelayan disini babak belur seperti ini? Bisa jadi, mereka akan berpikir kalau aku melakukan kekerasan dengan bawahanku" Ujar wanita itu dengan menyentuh wajah Haru dengan lembut.

Haru tertegun sejenak. Perkataan dari wanita yang merupakan atasannya itu, ada benarnya juga. Pikirnya.

Haru pun menghela napas, dan menyetujui perkataan dari atasannya yang begitu mengkhawatirkan...hmm, wajahnya.

Ia segera pergi mengambil barang-barangnya di loker dan tak lupa berpamitan dengan rekan-rekannya, lalu bergegas meninggalkan tempat ini.

*****

Ia berjalan menyusuri gang untuk menghindari keramaian kota, hingga berada pada jalan yang cukup sepi sebab hanya beberapa orang yang melewatinya.

Ia menghentikan langkahnya saat salju mulai turun; menatap langit gelap tanpa setitik cahaya bintang; dan membiarkan wajahnya terkena tiap butiran salju yang jatuh.

"Haru…?" Terdengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan.

Suara yang tidaklah asing baginya; suara yang sudah cukup lama senyap di telinganya. Dan kini, terdengar kembali seperti sesuatu yang ikut membangunkan masa lalu di dalam dirinya; membuat keseluruhan tubuhnya seakan bergetar saat suara itu bergema di telinganya.

Ia cukup mengenal suara itu untuk hanya sekedar mengetahuinya saja!

Dan jika bener, maka hari ini akan menjadi pertemuan pertama mereka!

*****