Chereads / Am I Normal? / Chapter 20 - Kenangan Buruk (1)

Chapter 20 - Kenangan Buruk (1)

Ding Dong

Ding Dong

Haru membuka kedua matanya perlahan ketika bel pintu berbunyi menyelubungi keseluruhan kamarnya, dan bergema di telinganya.

Ia meraih ponsel yang berada di samping tubuhnya, lalu melihat jam yang tertera pada layar. Pukul 6.00 pagi. Masih terlalu pagi untuk seseorang yang ingin bertamu di hari minggu. Sangat mengganggu. Pikirnya.

Ding Dong

Ding Dong

Ia menatap langit-langit kamarnya beberapa saat, lalu segera bangkit dari tempat tidur, dan mengenakan baju kaos hitam yang diraihnya dari gantungan di belakang pintu kamarnya. Kemudian, ia mulai melangkah; berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk karena rasa kantuk.

Ding Dong

"Ya...ya...tunggu...aku datang...aku datang" Haru menguap sekali untuk melepas sedikit rasa kantuknya.

perlahan ia membuka pintu, lalu mencondongkan tubuhnya untuk melihat siapa orang tidak sabaran yang membunyikan bel pintu di pagi buta seperti ini.

Hah?! Mata beratnya seketika melebar saat melihat seseorang yang berdiri sembari tersenyum manis di hadapannya. "Reina?! Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?!".

Wanita yang mengenakan mantel berwarna pitch lengkap dengan scarf yang dililit di lehernya hanya terus memberi senyum tanpa mengatakan apa-apa, lalu segera masuk begitu saja sebelum Haru mempersilakannya.

Ia melepaskan mantel dan scarf yang ia kenakan, lalu meletakkannya dengan begitu rapi pada sofa di ruang tengah.

"Di luar dingin sekali" Kata Reina yang saat itu sudah menyalakan TV.

Haru mengabaikan perkataannya; membiarkannya melakukan apa yang ingin dilakukannya sesuka hati. Kemudian, ia berjalan masuk ke kamar untuk melepaskan pakaiannya, lalu masuk ke kamar mandi.

.....

Beberapa saat kemudian, ia keluar dan terkejut saat Reina sudah duduk manis di atas tempat tidurnya sambil mengamati beberapa koleksi komik yang ia ambil dari lemarinya.

"Kau selalu bangun dengan tempat tidur yang tidak kau rapikan lebih dulu, jadi aku merapikannya" Kata Reina yang masih terus mengamati komik di tangannya.

Haru tidak mengatakan apa-apa, tetap sibuk dengan apa yang dikerjakannya saat ini. Dan setelah ia mengenakan celana pendeknya, ia pun pergi untuk menjemur handuk yang tadi dikenakannya di dekat jendela kamar, lalu segera mencari kaos di lemari.

Betapa terkejutnya, saat kedua tangan kurus Reina sudah melingkar di tubuhnya. "Ada apa lagi?".

Haru bisa merasakan pipinya yang lembut menyentuh kulit punggunya yang dingin. Reina juga sesekali menggosok-gosokkan kepalanya seperti seekor anak kucing yang ingin dimanja.

"Aku merindukanmu, tapi kau begitu jarang menghubungiku. Kenapa?" Tanya Reina dengan mengecilkan suaranya.

"Haru, kenapa?" Lanjutnya, mengulang pertanyaan yang sama.

Rasa terkejut membuat Haru terdiam setelah mendengar seseorang menyebutnya dengan nama itu.

"Jangan panggil aku dengan nama itu! Hanya ibuku yang boleh memanggilku dengan nama itu!" Kata Haru, lalu melepaskan kedua tangan yang sedang melingkar pada tubuhnya.

Haru berbalik dan tersenyum pada wanita yang memandanginya dengan air mata wanita itu yang sudah di ujung matanya. "Hei, kau tidak lapar? Aku akan membuat sarapan untukmu".

Namun, bukannya senang dengan perkataan Haru, wanita itu malah mendaratkan telapak tangannya pada wajah Haru dengan cukup keras.

"Kau bahkan mengalihkan pembicaraan!" Kata Reina yang dibuat menangis dengan rasa kesalnya.

Haru menarik napas dalam-dalam, lalu meraih tubuh Reina hingga tenggelam dalam dekapannya. Tangisannya pun juga semakin kuat di dada Haru hingga derai air mata membasahi tubuhnya.

"Kita sudah hampir empat bulan bersama, tapi kau sama sekali tidak pernah peduli denganku!" Ketus Reina yang masih tersedu-sedu di dadanya.

"Husss...ini salahku. Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku, hah? Kencan? Kau ingin berkencan, kan? Siang ini, Bagaimana?" Kata Haru dengan berbisik lembut.

Reina perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Haru dengan tatapan yang lebih baik dari sebelumnya. Ia kemudian mengangguk sekali dengan begitu bersemangat sambil mengusap air matanya.

Senyuman yang terpancar pada raut wajahnya mengatakan bahwa ia sudah lebih baik dari sebelumnya setelah mendengar ajakan untuk berkencan dengan Haru siang ini.

Haru menyentuh wajah Reina dan memandangnya; mengamati keseluruhan tiap sudut wajahnya dengan memaraskan senyum yang siapa saja bisa luluh saat melihatnya, lalu kembali memeluk tubuh Reina yang juga membalas pelukannya dengan erat seakan meremas punggungnya begitu kuat.

*****

13:00

"Reina, kau sudah siap?" Tanya Haru yang saat ini sedang menunggunya di luar.

Reina keluar dengan terburu-buru sambil mengenakan sepatu sebelah kirinya. Dan setelah ia rasa siap, ia pun segera menggandeng lengan Haru dengan begitu semangatnya.

Mereka berdua berjalan menyusuri keramaian orang-orang yang melakukan aktivitas di kota, dan berhenti pada sebuah rumah makan dengan corak tradisional China yang begitu kental pada keseluruhan ruangannya.

Seorang pelayan pria menghampiri mereka; tersenyum ramah; dan menawarkan menu-menu makanan yang ditulis menggunakan aksara China; lalu segera memesan beberapa menu yang tampak begitu lezat kelihatannya.

"Haru?" Panggil Reina sambil menggenggam tangan kanan Haru dengan tangan lembutnya.

Haru menarik tangannya pelan-pelan, lalu memencet-mencet keningnya dengan kedua jarinya. "Reina, berhentilah memanggilku dengan nama itu".

Seketika itu juga, Reina memasang wajah cemberut yang malah membuatnya semakin terlihat imut. "Aku yakin, kau tidak mau dipanggil dengan nama itu bukan karena hanya ibumu yang boleh memanggilmu dengan nama itu, kan? Pasti kau menyembunyikan sesuatu dariku!".

Haru menghela napas panjang. "Aku hanya teringat oleh masa lalu yang menyakitkan jika mendengar seseorang memanggilku dengan nama itu".

"Mantanmu?! Kau masih menyukainya?! Jadi, kau punya mantan yang tidak bisa kau lupakan?! Sekarang, aku benar-benar marah padamu!". Ketus Reina dengan memalingkan wajahnya.

"Kau benar-benar berpikir kalau aku menyukainya? Tch, bahkan aku tidak pernah menjalin hubungan sedekat itu dengannya" Kata Haru dengan nyengir.

Reina masih enggan menatap wajahnya, bahkan terlihat semakin kesal setelah mendengar perkataan itu!

Haru berdiri, lalu membungkuk meraih wajah Reina dengan lembut. Kemudian, perlahan ia mencium bibirnya yang dingin dan lembut, serasa mencicipi sesuatu yang manis. Namun, hanya sesaat sebab orang-orang yang berada di ruangan ini mulai melirik ke arah mereka berdua, seakan mata mereka saling bergunjing, "Hei, lihatlah! Ada pasangan muda sedang melakukan hal mesum di tempat ini!".

"Kau tau? Aku sangat membenci orang itu" Kata Haru yang menatap wajah kemerahan wanita yang kembali memalingkan wajahnya dari Haru, dan juga terlihat malu-malu setelah ia mengecup bibirnya.

Mendengar seseorang memanggilnya dengan nama itu, membuatnya begitu takut untuk membangunkan rasa yang sedang tertidur pulas di dalam dadanya; yang sama sekali tak ingin menyadarkan rasa itu hingga harus melakukan suatu kesalahan yang sama. Begitu menyakitkan jikalau harus mengingat seseorang yang mempunyai kenangan buruk bersamanya.

*****