Chereads / DI ANTARA GEMINTANG / Chapter 3 - Malam Misterius 3

Chapter 3 - Malam Misterius 3

Suara adzan subuh yang terdengar dari masjid yang tak jauh dari ruang VIP membangunkanku, Aku merasa tubuh dan tanganku pegal setelah tidur sambil duduk dengan tangan bertumpu di atas meja. kejadian semalam rasanya masih jelas di mataku. Aku segera mencari keberadaan Ali tapi tak melihatnya, mungkin ia sudah ke masjid untuk sholat berjamaah seperti biasanya.

Aku segera bergegas ke kamar mandi yang kebetulan kosong. Setelah berwudlu dan sholat subuh, aku segera bergabung dengan Mas Indra menyiapkan injeksi pagi. Tiba-tiba mataku terpaku pada rekam medik pasien di kamar sembilan, ingatanku melayang pada kejadian semalam.

"Kapan pasien ini datang, Mas?"tanyaku dengan perasaan campur aduk. Aku segera mengambil rekam medis pasien kamar sembilan dan mulai membukanya. Aku membaca identitas pasien dan melihat umurnya sesuai dengan pasien semalam membuat dadaku berdebar kencang.

" Tadi sekitar jam tiga pagi" jawab mas Indra ringan.

Aku mengeryitkan dahi, Aku merasa kejadian tadi malam sekitar jam dua tapi pasien baru datang jam tiga pagi....

"Kenapa?" tanya Mas Indra sambil menatapku heran.

Aku tersenyum dan menggeleng. "Maaf aku gak tahu kalau ada pasien datang."

Mas Indra tertawa.

"Kamu tidur nyenyak banget tadi, aku dan Ali gak tega mau ngebangunin kamu," kata Mas Indra membuatku malu.

"Aku ke sana dulu, Mas. Mau lihat pasiennya," pamitku setelah kami selesai menyiapkan injeksi untuk pasien.

Mas Indra mengangguk. Aku berdiri dari tempatku dan dengan penasaran aku menuju kamar sembilan untuk melihat pasien tersebut.

Aku tak bisa menahan debaran jantungku ketika masuk ke kamar sembilan, setelah berbasa-basi sebentar dengan penunggu pasien, aku segera mendekati perempuan paruh baya yang tengah tertidur membelakangiku. Kata anak perempuannya si ibu mendapat serangan jantung dan kondisinya sekarang sudah membaik setelah mendapat perawatan di IGD sebelumnya.

Aku menarik nafas berat dan tubuhku seakan membeku saat si ibu membalikkan badannya dan wajah pucatnya mulai tampak olehku. Aku hampir berteriak tapi aku segera menahannya dengan segera membekap mulutku sendiri.

"Huft.."

Aku memperhatikan wajah perempuan itu dan menjadi sangat lega ketika melihat wajah perempuan itu bukanlah wajah perempuan yang semalam terbaring di sini. Itu artinya kejadian semalam hanya mimpi meski kejadian itu tampak begitu nyata. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika mimpi itu nyata, melihat Ali saja aku sudah muak, bagaimana mungkin aku menjalani hidup bersamanya? Yang ada kami akan ribut tiap hari.

Setelah berbincang dengan paien dan keluarganya, aku kembali ke ruang perawat dan melihat Ali sudah ada di sana dan sudah bersiap untuk melakukan pengukuran vital sign para pasien.

"Dari mana?" tanyanya dingin.

"Kamar sembilan," entahlah aku tak tahu kenapa aku begitu gugup ketika menjawab, selintas aku melihat ada kilatan aneh di mata Ali tapi cuma sebentar karena kemudian mata Ali kembali menjadi dingin seperti sebelumnya. Dia segera berjalan keluar dari ruang perawat dan aku membuntutinya dan meminta buku catatan vital sign pasien untuk mencatatnya sementara dia yang mengukurnya.

Kami berkeliling ke ruangan-ruangan pasien untuk mengukur tanda-tanda vital mereka sembari menanyakan keluhan. Ali tampak ramah dan sangat perhatian saat bertanya pada pasien dan keluarganya, sikapnya ini sangat berbeda dengan sikapnya kepadaku yang dingin dan cenderung sarkas. Aku mencatat hasil pemeriksaan dan keluhan dari pasien tanpa banyak bicara. Aku juga merasa malas untuk bertanya-tanya pada pasien dan keluarganya karena semua sudah dilakukan Ali.

Selesai berkeliling, kami kembali ke ruang perawatan dan memasukkan hasil pemeriksaan dan keluhan pasien ke dalam catatan medis pasien setelah itu kami bersiap untuk memberikan obat dan suntikan kepada pasien yang mendapatkannya.

Setelah membagikan obat pagi kami bersiap untuk operan jaga dengan petugas pagi. Aku dan Ali sama-sama larut dalam pikiran kami masing-masing. Tak ada perbincangan di antara kami, Ali bersandar di kursinya sambil memejamkan mata mendengarkan musik melalui headphonenya. Mbak Atikah sedang berada di kamar mandi, mbak Anya sedang menyelesaikan laporan sehingga dia tidak nyinyir kepada kami sedang mas Indra entah sedang di mana.

@@@@@@@

Salam kenal, semoga pembaca suka novel karyaku ini. Please rate and comments yach, biar author makin semangat buat nulis lanjutannya