Chereads / DI ANTARA GEMINTANG / Chapter 6 - Kembali ke kampus

Chapter 6 - Kembali ke kampus

Senin pagi, aku berjalan dengan tergesa menuju kampus, pagi tadi aku bangun agak kesiangan. Sampai di kelas suasana masih riuh karena Pak Andi, dosen yang harusnya mengisi jam pertama belum datang karena masih ada tamu di kantornya.

Aku melangkahkan kakiku menuju satu-satunya kursi yang masih kosong di sebelah Tia. Aku dan Tia memang selalu mencarikan aku tempat duduk satu sama lain, tegantung siapa yang datang duluan. Yang sering sich Tia yang mencarikan aku tempat duduk karena Tia selalu datang lebih pagi dariku.

Saat berjalan ku bamenuju tempat dudukku, aru sadar kalau kursi di depanku ditempati Ali, Kami bersitatap sebentar dengan malas, meski hanya sebentar aku bisa melihat kebencian di matanya. Aku duduk di sebelah Tia dengan cuek dan mencoba tak memperhatikan keberadaan Ali di depanku yang membuatku sakit mata, Ali tampak berbicara dengan Rani yang duduk di depannya tak lama kemudian dia bediri dan bertukar tempat duduk dengan Rani. Aku hanya tersenyum sinis melihat apa yang dilakukan Ali.

Tak lama kemudian Pak Andi masuk dan mulai mengabsen kami satu per satu mahasiswa yang hadir pagi ini. Pak Andi merupakan salah satu dosen killer di kampus, kalau ada yang ketahuan bolos saat jam pelajarannya maka akan mendapatkan sanksi yaitu membuat resume satu buku tentang keperawatan atau masalah kesehatan lainnya.

Aku mengikuti pelajaran Pak Andi sambil berusaha menahan kantukku dan mendesah lega saat pelajaran selesai. Saat istirahat aku dan Tia berjalan keluar kelas bersama dan bersimpang jalan saat aku menuju kantin dan Tia menemui dosen pembimbingnya untuk konsul laporan asuhan keperawatan miliknya.

Gara-gara telat bangun pagi tadi, aku sangat lapar karena tadi tak sempat sarapan.Aku memesan sepiring nasi goreng dan segelas teh manis untuk sarapanku dan menunggu pesananku dengan duduk di salah satu kursi yang ada di sudut kantin. Dengan sabar aku menunggu meski dengan perut keroncongan.

Aku segera menyesap teh manis hangat dan berniat menyantap nasi gorengku sesaat setelah pesananku datang. Tiba-tiba aku merasa seseorang duduk di sebelahku. Aku menoleh dan melihat wajah paling menyebalkan yang paling tak ingin kulihat, Ali! Aku mengedarkan tatapanku ke seluruh ruangan, mencari kursi kosong yang lain tapi semua kursi tampaknya telah terisi.

"Teh manis, Bu," kata Ali pada Bu Atik pemilik kantin sekolah, saat perempuan yang berusia empat puluh tahunan itu bertanya padanya,

Aku segera berdiri sambil membawa nasi goreng dan teh manisku untuk berjalan ke luar kantin tapi Ali mencekal tanganku membuat minumanku sedikit tumpah mengenai rok yang kupakai. Aku melotot ke arahnya tapi dia terlihat sama sekali tak perduli.

"Duduk!" perintahnya, ia menatapku dingin.

Aku menatap tangannya yang masih memegang lenganku. Ali mengikuti arah pandanganku, kemudian melepas pegangan tangannya.

"Duduklah," ulangnya, kali ini nadanya sedikit lembut.

Aku menatapnya, sekilas, rasanya aku ingin segera pergi dari hadapannya tapi aku merasa ada sebuah kekuatan yang memaksaku duduk kembali.

Ali mengambil tissu dan mengelap rokku yang basah ukarena teh manisku, aku segera menepisnya sebelum tangannya mencapai pahaku dengan wajah merah padam karena marah. Aku tak menyangka Ali akan melakukan hal itu.

"Dasar cabul," pekikku pelan.

"Aku cuma mau membantu mengeringkan rok kamu saja," dalihnya enteng sambil menatapku, dia tampak menyeringai sinis.

Aku langsung melotot menatapnya sembari membersihkan rokku, Beberapa pengunjung kantin yang melihat kejadian ini hanya memandang kami dengan acuh tak acuh. Mereka tak terlalu hirau dengan kejadian yang menimpaku karena pemandangan aku ribut dengan Ali adalah hal biasa di kampus.

Aku kembali berdiri untuk menghindar dari makhluk paling menyebalkan itu tapi Ali kembali menarik lenganku dan kali ini lebih keras dari yang tadi sehingga tubuhku terhuyung ke arahnya. Ali segera menangkapku agar tidak jatuh. Jantungku langsung berdegup kencang saat tubuhku berada dalam pelukan Ali. Aku segera berdiri sebelum ada yang melihat itu.

"Duduk dan makanlah, atau aku akan menyuapi kami!" katanya dingin

Aku menatapnya sebal tapi tetap duduk di sisinya. Sebenarnya kejadian ini membuat nafsu makanku agak berkurang tapi aku memaksakan diri untuk tetap menyantap nasi goreng yang sudah kupesan dengan susah payah. Aku mengunyah nasi dengan sangat pelan dan rasanya seperti tak habis-habis karena tatapan Ali yang intens ke jari kiriku.

Aku segera meneguk teh manisku yang telah berkurang setengah. Saat pesanan Ali datang, dia segera mengganti teh manisku dengan teh manis miliknya setelah itu meminum sisa minumanku sampai habis, Ali berdiri kemudian, membayar pesanan dan pergi dari kantin begitu saja. Aku hanya menatapnya yang berjalan semakin menjauh sambil bertanya-tanya apa maksud perbuatannya.