Chereads / Air Mata Cinta (Antara Cinta dan Negara) / Chapter 2 - Chapter 1 : Traumatis

Chapter 2 - Chapter 1 : Traumatis

"Sebagai seorang tentara akan selalu hidup dengan menggunakan kain kafan. Saat kau mati di negeri antah berantah demi kepentingan bangsamu, maka tempat kematianmu itu akan menjadi kuburanmu. Dan seragammu akan menjadi kain kafanmu. Kau harus mengingatnya selama kau mengenakan seragam itu, jika kau menanamkan prinsip itu, kau akan mati secara terhormat, dimanapun kapanpun kau berada..."

(Quotes : Descendants of The Sun)

***

Catatan Lebanon, 15 september 2013

Di sebuah malam yang gelap gulita dan angin malam yang berhembus begitu dingin sampai menusuk relung-relung tulang, di atas angkasa tinggi terlihat sebuah helikopter terbang pada ketinggian 10.000 kaki dari atas tanah di gelap gulitanya malam. Di dalam helikopter tersebut terdapat 5 orang laki-laki berbadan kekar dan tegap dengan memakai baju loreng yang merupakan perpaduan warna coklat, hijau, hitam dan abu-abu dengan membawa perlengkapan senjata lengkap duduk saling berhadap-hadapan dengan posisi siap siaga.

"Di informasikan kepada seluruh pasukan, ketinggian 1.000 kaki seluruh para pasukan melaksanakan persiapan...!", perintah dari pilot penerbangan Letkol Ahmad Nugroho.

Seluruh pasukan berbaju loreng itu bersiap-siap memakai semua perlengkapannya, mereka semua berdiri di dalam helikopter menunggu perintah untuk turun. Di sebuah lapangan luas tepatnya tengah hutan dua untai tali tambang berwarna cokelat di turunkan sebagai alat untuk turun dari helikopter.

Kriiiinggg....!!!

"Exit...exit...exit...!!!"

Bell berbunyi begitu nyaring pertanda mereka untuk turun segera dari helikopter berbarengan dengan suara dari pilot helikopter yang memberitahuan dalam bahasa inggris yang artinya "Keluar", satu demi satu seluruh pasukan loreng-loreng tersebut turun dari helikopter setelah semua sudah turun salah satu dari mereka yang merupakan komandan pasukan memberikan kode menggunakan tangannya untuk maju masuk kedalam hutan dengan berbakalan kacamata night vision infrared untuk membantu melihat di kegelapan malam.

Mereka berjalan cepat dengan sedikit merundukkan badannya memasuki tengah-tengah hutan dan melewati semak-semak belukar sampai akhirnya komandan pasukan mengintrupsikan untuk berhenti di sebuah tebing yang dibawahnya mereka bisa melihat dengan jelas terdapat banyak kumpulan orang-orang dan ada sebuah gedung terbengkalai bertingkat dua, terlihat mereka sedang menjaga dan berpatroli.

Dalam kegelapan malam cahaya rembulan dengan sinarnya berhasil menyinari gedung yang sudah terbengkalai tersebut, di dalam gedung terbengkalai tersebut, terdapat sebuah ruangan yang kumuh dan berdebu di sana terlihat sekelompok laki-laki berbadan kekar membawa bersenjata di tangannya dan seorang laki-laki berpakaian seragam loreng tentara yang diikat kedua tangannya di tiang menggunakan rantai.

Lelaki berseragam tentara bernametag alvar berpangkat kapten, terlihat badannya penuh luka dari tusukan, sayatan semua dia dapatkan, begitupun wajahnya bernasib sama babak belum, darah segar berjatuhan dari kepalanya dan sudut bibirnya ikut berdarah, keadaannya begitu memperihatinkan dan menyedihkan.

Nafasnya terdengar terengah-engah dalam kondisi yang begitu lemasnya, dia memejamkan matanya pasrah. Berulang kali mulutnya terus basah dengan lantunan istigfar yang ia lirihkan, air matanya mengalir turun ke pipinya, "Astaghfirullah, Ya Allah... Engkau Pemilik Langit dan Bumi, Engkau Maha Merajai dan Engkau Maha Tinggi. Aku pasrahkan jiwa dan ragaku kepadamu Sang Penguasa Alam Semesta, hamba ikhlas jika kau memanggilku sekarang. Ya Allah, aku hanya meminta satu hal kepadamu. Tolong maafkanlah segala dosa dan kesalahanku kepadamu, saat aku benar pergi kembali ke pelukanmu... tolong jaga dan lindungilah Bunda ku, Ya Allah...", dalam hatinya, ia berdoa dan memohon semoga Allah mengampuni dan mengabulkan permintaannya.

Salah seorang dari kelompok bersenjata tersebut menguyurkan air dingin tepat di wajah sandera tersebut, "Hey, wakeup(hai bangun)...!!", teriaknya dengan nada keras.

Akhirnya terbangun Kapten Alvar dengan terkejut akibat siraman yang begitu mendadak ditambah air yang mereka siramkan adalah air dingin, dia memaksakan matanya untuk terbuka menatap lelaki berbadan tambun dan berjambang lebat yang menyiramnya dengan air dingin dengan tatapan sinis namun sendu, dari sudut pintu muncullah seorang laki-laki berbadan tinggi tegap berparas blasteran amerika memiliki jambang tipis di dagunya memakai setelan jas hitam berjalan mendekat kearah Kapten Alvar.

"Captain, he's still mute(kapten, dia masih membungkam)...", ucap salah satu anak buahnya yang berbadan tambun dan berjambang lebat.

Anak buah yang berbadan tambun dan berjambang lebat itu memberikan kursi untuk pemimpinnya duduk tepat dihadapan dengan Kapten Alvar yang menjadi sandera, orang yang di panggil 'Kapten' tersebut mendaratkan pantatnya dikursi sembari kakinya menyilang dengan memasang smirk nya penuh aura kejahatan.

Dia memberikan isyarat kepada anak buahnya yang berbadan tambuh dan berjambang lebat itu untuk mendekat kearahnya, setelah anak buahnya mendekat lalu dia melayangkan tangannya dan menampar keras pipi anak buahnya itu.

Plaakkk...!!!

Anak buah yang ditampar itu terhenyang kesamping kemudian ditarik kerak bajunya, "you should be nice to him, why are you so impolite. he's my best friend you shouldn't do that(harusnya kalian berbaik-baiklah kepadanya, kenapa kalian sangat tidak sopan sekali. Dia adalah sahabatku harusnya kalian tidak melakukan itu)...!!", bentaknya dengan pandangannya melotot dan tangannya menepak-nepak pipi anak buahnya dengan pelan.

Kemudian dihempaslah menjauh anak buahnya dan kembali melihat Kapten Alvar yang lemas tak berdaya akibat luka pukulan, luka tusukan semua sudah didapatkannya dan terlihat jelas seragam tentaranya berubah menjadi kemerahan akibat darah yang keluar begitu banyak. Anak buah yang berbadan tambun itu mencengkram dagu kapten alvar dengan meremas keras dan mendongakkannya ke hadapan pimpinannya.

Kapten Alvar meringis kesakitan pada rahangnya seperti akan putus karena cengkraman begitu sangat kuat dan jari-jari tajam menusuk rahangnya, dia terbelalak dengan matanya membulat sempurna sungguh terkejut melihat orang yang ada dihadapannya, "Captain Marcell...?", lirihnya.

Lelaki blasteran Amerika-Arab yang ada di hadapan dirinya tidak lain adalah Marcell. Dia adalah anggota bahkan seorang Komandan atau Kapten dari Green Berets yang mempunyai nama resmi The United States Army Special Forces(Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika Serikat). Nama Green Berets berasal dari warna topi yang dikenakan berwarna hijau. Misi yang pernah dijalankan Green Berets adalah operasi gabungan konflik Afghanistan, Irak, dan Lebanon.

Kapten Alvar dulu pernah menjalankan misi gabungan ke daerah konflik di Afghanistan bersaman Green Berets dan kapten saat itu adalah Marcell, Kapten Marcell memiliki sebuah julukan yaitu 'Singa Gurun', yang dia dapatkan karena aksi hebatnya dalam menjalankan misi-misinya di daerah konflik Timur Tengah.

Marcell tersenyum smirk kepada Kapten Alvar, "Long time no see, Lieutenant. Oh... looks like I was wrong, I should call the Captain(Lama tidak bertemu, Letnan. Oh... sepertinya aku salah, harusnya aku panggil Kapten)", sapanya.

"What are you doing here(apa yang kau lakukan disini)...??", tanya Kapten Alvar namun hanya dibalas senyuman oleh Marcell, "Are you the mercenary that Interpol has been hunting for?(Apa kamu tentara bayaran yang selama ini di buru oleh interpol)...??", tanyanya menebak-nebak.

Marcell langsung tertawa terbahak-bahak saat jati dirinya di ketahui, "Finally you know it too, Captain Alvar. It's true that I am the person who has been being hunted by Interpol, are you surprised to see me in front of you now? Right, you must be surprised that person is me(Akhirnya kamu mengetahuinya juga, Kapten Alvar. memang benar akulah orang yang selama ini di buru oleh interpol, apa kau terkejut melihatku ada dihadapanmu sekarang? benar, kau harus terkejut orang itu adalah aku)...", jelasnya.

Marcell memerintahkan anak buahnya untuk berhenti mencengkram Kapten Alvar, lalu di hempaslah wajah Kapten Alvar dengan kasar, "But, how can that be? What made you like this?(Tetapi, bagaimana bisa? Apa yang membuatmu seperti ini)...?", tanya Kapten Alvar dengan lemas.

Marcell langsung beranjak dari duduknya sambil membentangkan kedua tangannya, "It was the world and people who made me this way! My whole life i was devoted to my country but what did they do to me?! They threw me away like worthless trash, I'm tired of all that! (Dunia dan manusialah yang membuatku seperti ini! seluruh hidupku, aku abdikan kepada negaraku tapi apa yang mereka lakukan kepadaku?! Mereka membuangku seperti sampah yang tidak bernilai, aku lelah dengan semua itu...!"

Marcell berjongkok dihadapan Kapten alvar sembari memegang pundak lelaki tersebut, "Listen to me, Captain Alvar. Those who have high positions in government, only see us as flies who don't mean anything. In fact, they don't care about our lives or our deaths. After getting it they very easily throw us away (Dengarkan aku, kapten alvar. Mereka yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan, hanya memandang kita sebagai seekor lalat yang tidak berarti apa-apa. Bahkan, mereka tidak peduli dengan kita hidup dan mati kita. setelah mendapatkannya mereka dengan sangat mudah membuang kita)..."

"Now, I've found something more attractive than being a slave to the state. I'm free to do anything and can earn a lot more money than I earn as a soldier (Sekarang, Aku sudah menemukan sesuatu yang menarik dari pada harus menjadi budak negara. Aku bebas melakukan apapun dan bisa mendapatkan uang yang banyak melebihi pendapatanku sebagai tentara)...", ucap Marcell dengan lugas.

Kapten Alvar yang mendengar penjelasan Marcell tertawa remeh dengan menyeringai, "Freedom? Looks like you misinterpreted the word free, you don't get freedom but a curse that you will bear for the rest of your life even to death (Kebebasan? Sepertinya kau salah dalam mentafsirkan kata bebas, kau tidak mendapatkan kebebasan melainkan sebuah kutukan yang akan kamu tanggung seumur hidupmu bahkan sampai mati)...", timpalnya.

"Buukkk...!!!"

Marcell langsung mengambil sebuah tongkat besi dan memukul keras kepala Kapten Alvar hingga berdarah, tubuh Kapten Alvar terhenyang akibat pukulan keras yang di dapatkan dan sekarang darah segar mengalir memenuhi wajahnya. Kapten Alvar mengerang kesakitan akibat pukulan tersebut, seketika semuanya menjadi buram di matanya dan di tambah kepalanya berdenyut kesakitan karena pukulan keras yang tadi dia dapatkan.

"Listen to me, captain. You will not get out of this place safely, if you want to survive you better tell me what the UN radio code is, honestly I feel sorry for you who are helpless. I'm fine with not killing you here...(Dengarkan aku, kapten. Kau tidak akan keluar dari tempat ini dengan selamat, jika kau ingin selamat sebaiknya kamu katakan berapa kode radio PBB, sejujurnya aku merasa kasihan kepadamu yang sudah tak berdaya itu. Aku sudah baik tidak membunuhmu disini)...", tutur Marcell.

Kapten Alvar yang mendengar penuturan dari marcell menyeringai, "You know me well, I won't tell you, you better kill me it can save the whole world from your evil(Kau tau aku dengan baik, aku tidak akan memberitahukanmu, lebih baik kau membunuhku itu bisa menyelamatkan seluruh dunia dari kejahatanmu)..."

Marcell yang kehabisan kesabaran, dia membanting jas yang dikenakannya, "I know, therefore I have prepared a big gift for you, you will not refuse with that gift. Hey! you brought the gift here (Aku tahu, maka dari itu aku sudah menyiapkan sebuah hadiah besar untukmu, kau tidak akan menolak dengan hadiah itu. Hey! kalian bawa hadiah itu kemari)..."

Kapten Alvar mendengar itu terbelakak, seketika hatinya merasa tidak tenang saat Marcell mengatakan hadiah. Dia seperti ketakutan dan gelisah, "What do you mean (apa maksudmu)...!!"

"Relax, you will find out(Santai, kau akan mengetahuinya)...", ucap Marcell sambil tersenyum.

Dari arah pintu masuklah kedua laki-laki berbadan kekar membawa seorang wanita cantik berparas arab dan amerika terlihat berpenampilan begitu berantakkan dari wajah nya yang penuh dengan pukulan hingga pakaian yang dikenakannya terlihat terkoyak-koyak bahkan itu tidak bisa di sebut sebagai pakaian yang menutupi dirinya.

Kapten Alvar terbelalak matanya saat kedua anak buah marcell membawa wanita yang dia kenal ada dihadapannya dengan penampilan berantakkan dan penuh luka pukulan di wajah dan badannya.

"Rania...?!"

Marcell tersenyum penuh kemenangan, "How about it, captain? Are you happy to get the special gift I showed you? I think you are happy with the gift(Bagaimana, kapten? Apa kau senang mendapatkan hadiah special yang aku tunjukan? Aku rasa kau senang dengan hadiahnya)..."

Kapten Alvar rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal keras, dia menatap penuh amarah dan kebencian kepada Marcell, "You bastard, marcel(Kurang ajar kau, marcell)! What have you done to rania(Apa yang telah kau lakukan pada rania)...!!!!", teriaknya sambil terus memberontak untuk lepas.

Marcell dengan kasarnya langsung menjatuhkan wanita yang bernama Rania itu kehadapan Kapten Alvar, Rania menginsar tubuhnya mendekat kepada Kapten Alvar sambil menitikan air matanya, "Maafkan aku, Kapten. Maafkan aku, aku sudah mengkhianatimu dan membuatmu dalam bahaya seperti ini, mereka menangkapku, menyiksaku untuk mengancammu agar memberikan kode UN kepada mereka...", jelasnya

Kapten Alvar merasa lidahnya keluh tak bisa berkata apapun, dadanya begitu sakit. dia menyalahkan dirinya karena sudah membuat Rania menjadi korban dari kejahatan marcell, "Tidak! jangan salahkan dirimu, rania. Ini semua salahku, aku sudah membuatmu dalam bahaya. maafkan aku rania, maafkan aku...", pungkasnya.

Anak buah Marcell kembali menarik rania berdiri dengan sebuah pistol di todongkan tepat di kepala Rania, "I am so sorry, I must stop your heart-wrenching talk. Now, captain of choice is yours. Do you want to save her or kill her (aku minta maaf, aku harus menghentikan pembicaraan kalian yang menyayat hati sekali. Sekarang, kapten pilihan ada di tanganmu. apa kamu ingin menyelamatkannya atau malah membunuhnya)...", ancam Marcell dengan nada bicara lembut.

Rania yang berada di cekalan anak buah Marcell terus memberontak sembari berteriak kepada Kapten Alvar untuk tidak memberitahu kode PBB kepada Marcell, Kapten Alvar yang melihat Rania yang di sisa dengan pukulan hanya meremas kedua tangannya menahan amarah yang tidak tertahankan, dia hanya bisa memberentok dengan berusahan untuk melepas rantai yang mengikat tangannya sembari terus berteriak agar mereka lepaskan cengkramanya dari rania.

Salah satu dari pengawal Marcell melayangkan pukulan yang keras kepada Kapten Alvar di punggungnya hingga menyebabkan Kapten Alvar terduduk, Marcell yang melihat Kapten Alvar yang sudah tak berdaya akibat luka pukulan dan sayatan. Dia melangkah mendekat sembari berjongkok didepannya.

"Remember, Captain. in this world nothing is free. If you want to save her you have to tell me the UN code with that you can save your lover (Ingat, Kapten. di dunia ini tidak ada yang gratis. Jika kamu ingin menyelamatkannya, kamu harus memberitahu kode PBB padaku dengan itu kau bisa menyelamatkan kekasihmu)...", ucap Marcell.

Kapten Alvar menatap penuh amarah kepada Marcell kemudian beralih melihat Rania yang dijagal oleh anak buah Marcell, Rania mengisyaratkan dengan kepalanya agar Kapten Alvar tidak berkhianat kepada negara dan dunia namun berbeda dengan kapten alvar yang dia lihat hanyalah rania yang sedang dijagal.

Kapten Alvar menarik nafas dalam-dalam sembari memejamkan mata dan tak sadar cairan bening terjatuh, "Fine, I will tell you the code. But, you have to let go of Rania first. I'll just say it, how about(Baik, aku akan memberitahu kode nya. Tapi, kalian harus melepaskan rania terlebih dahulu. Baru aku akan mengatakannya, bagaimana)...??", tanyanya memberikan sebuah penawaran.

Marcell memberi isyarat kepada pengawalnya untuk melepaskan Rania, "I have complied with your request, quickly say(Aku sudah menuruti permintaanmu, cepat katakan)...?!"

"Tidak, Alvar! aku mohon jangan lakukan sekalipun untuk menyelamatkanku, jangan lakukan itu Kapten Alvar...!!!", teriak Rania kepada Kapten Alvar.

Kapten alvar menundukkan wajahnya dan menatap sendu kearah Rania, "Maafkan aku, rania. Aku harus menyelamatkanmu...", jawabnya.

"Tidak, Kapten Alvar...!!", teriak Rania sambil menangis.

Kapten Alvar menatap Marcell dengan tajam dan sinis, "Take good note of this code, because I will not repeat it (Catat baik-baik kode ini, karena aku tidak akan mengulangnya)!!, Muhammad Alvar Rusydi, nomor identitas 03-148789. Pasukan Khusus Republik Indonesia...", ucap Kapten Alvar menggunakan bahasa indonesia saat menyebutkan kode nya.

"Bruggg...!!"

"In english, stupid(Bahasa inggirs, bodoh)...!!"

Anak buah Marcell dengan kejamnya menendang wajah Kapten Alvar dengan keras sampai terhenyang, disana Rania memberontak untuk menolong kapten alvar namun di jambak rambutnya oleh Marcell.

Marcell mencengkram bahu anak buahnya yang memukul wajah Kapten Alvar, "Ssttt, what are you guys doing. You don't have to do that! Rania will translate it for us (Ssttt, apa yang kalian lakukan. Kalian tidak harus melakukan hal itu! Rania akan menerjemahkannya untuk kita)...", tutur Marcell menghentikan anak buahnya yang sudah bermandikan amarah, "Well... now quickly translate in English what he said earlier (Nah... sekarang cepat terjemahkan dalam bahasa inggris apa yang dia katakan tadi)...", ucapnya dengan penuh kelembutan.

Rania mendelik kepada Marcell sambil tersenyum mengejek kemudian meludah tepat diwajahnya, "Itu terjemahannya...!!"

Marcell menyeringai kemudian menghapuskan ludah yang mengotori wajahnya dengan cepat dirinya menampar Rania hingga tersungkur ke tanah dengan begitu kerasnya sampai debu-debu di lantai berterbangan dan membuat pakaian Rania kotor akibat debu tersebut, Marcell menjambak rambut Rania dengan keras dan menunjukannya kepada Kapten Alvar.

"Rania...!!", teriak Kapten Alvar dengan terus memberontak dari rantainya.

"Aakhhh... lepaskan aku! Lepaskan...!!!", Rania terus memukul-mukul Marcell untuk melepaskan cambakan rambutnya.

"Captain, look now your lover is as pitiful as you are. I was nice to her but she spit on me, you guys are both stubborn!! Captain, I can't stand your stubbornness any longer. So, bear this in mind (Capten, lihat sekarang kekasihmu ini begitu sangat menyedihkannya sepertimu. Aku sudah berbaik hati kepadanya tapi dia meludahiku, kalian sama-sama keras kepalanya!! Kapten, aku tidak bersabar lagi menghadapi keras kepala kalian. Jadi, kecamkan baik-baik hal ini)...!!", tegas Marcell.

***

Di sisi lain tepatnya tengah hutan para pasukan tentara yang sedang bersembunyi di antara semak-semak sembari mengawasi kediaman musuh yang sedang mereka intai.

"Ervin...!!", panggil komandan pasukan, dia adalah Letnan kolonel Juli Herlambang. Orang yang bernama Ervin Putra Hartono yang berpangkat Kapten tersebut langsung masuk mendekat kepada komandannya dan memberikan sebuah teropong kepadanya.

Letnan kolonel Juli langsung mengambil teropong tersebut dan melihat dari kejauhan terdapat gedung bertingkat dua dengan orang-orang yang berjaga di luar berpatroli kesana-kemari, setelah melihat dengan keseluruhan setiap sudut langsung memberikan teropongnya kepada kapten akhdan

Letnan kolonel Juli melepas teropongnya dan beralih ke alat komunikasi yang berada di telingannya dengan memberikan kode berupa sandi morse yang artinya, "kami sudah sampai di tempat, siap untuk menyergap...!"

Kembali ke dalam gedung tua, Kapten Alvar yang mendapati kiriman sandi morse dari rekan tentaranya, "Ini saatnya untuk menyerang...", ucap dalam hatinya sembari menyeringai, namun dia harus berpura-pura putus asa untuk menyakinkan marcell bahwa dirinya akan memberitahu kode radio dari PBB

"Baiklah, aku akan memberitahu kalian. Lepaskan dia...!!,", pinta Kapten Alvar.

"jangan, Kapten! Kau akan di anggap sebagai pengkhiantan negara,aku tidak rela kamu mendekap dalam penjara. Tolong jangan lakukan hal itu...!!", pinta rania, "Jika kapten benar-benar mencintaiku, tolong jangan lakukan hal itu. Aku lebih baik mati dari pada melihatmu menjadi pengkhianatan negara dan dunia...!!", tegasnya.

Marcell menyeringai sambil menjambak rambut Rania dengan keras sampai menyebabkan wanita tersebut mengerang kesakitan, Kapten Alvar bangkit dan sekarang berhadap-hadapan dengan Marcel yang sedang menjambak rambut Rania, dia berusaha melepaskan ikatan rantai nya, "lepaskan dia, lepaskan dia!!", berontaknya dengan mengerak-gerakan rantai yang bertujuan untuk memberikan kode kepada para rekannya di luar.

Tepatnya diluar para tentara mendengar kode yang diberikan kepada Kapten Alvar, "Kita bergerak...!!", perintah Letnan kolonel Juli untuk maju.

Kapten Ervin dengan membawa setengah pasukan mengikuti perintah dari Letnan kolonel Juli untuk membuat parameter luar, mereka sudah bersiap siaga ditempatnya masing-masing dan tinggal menunggu perintah. Pasukan langsung mengeluarkan basoka yang mengarahkan kearah gedung tua tersebut untuk mengebomnya.

Peluruh basoka melesat di tengah kegelapan malam membuat cahaya yang terang, melesat begitu kencang membuat para anak buah Marcell itu tidak sadar bahwa tempat persembunyian mereka akan di bom bardir oleh para pasukan TNI.

Peluruh tersebut mengarah ke gedung tua dan mengakibatkan ledakan yang besar, semua para anak buah Marcell terpental jauh akibat ledakan tersebut. Para anak buah Marcell yang selamat dari ledakan langsung mengambil senjata mereka dan menembak membabi buta kearah pasukan TNI.

Terjadilah pertarungan angkatan senjatan antara pasukan TNI dengan para teroris, pasukan sniper yang di komandoi Kapten Ervin langsung bergerak maju menyerang. Satu demi satu para anak buah Marcell itu tertembak dengan tepatnya.

Di dalam ruangan yang dimana ada Kapten Alvar dan Marcell beserta anak buahnya bergunjang akibat ledakkan yang besar dari luar, seorang pengawal datang dengan luka yang parah mendekat kepada Marcell.

"Our hideout is under attack, Captain. By his troops (Tempat persembunyian kita diserang, Kapten. Oleh pasukannya)...", ucapnya sambil menunjuk lurus kearah Kapten Alvar.

Marcell begitu terkejut mendengarnya, dia begitu marah besar dengan penyerangan dari Kapten Alvar kepada dirinya dan anak buahnya, "Damn you, Captain Alvar!! I won't let you live, you must die by my hands (Kurang ajar kau, Kapten Alvar!! Aku tidak akan membiarkanmu hidup, kamu harus mati ditanganku)..."

"Captain, we don't have much time left. We have to get out of here (Kapten, kita tidak ada waktu lagi. Kita harus keluar dari sini)...!!", perintah pengawalnya sembari menarik Marcell untuk keluar dari gedung tua tersebut.

"Die you (Mati kau)...!!!"

Marcell berteriak keras dan menembakkan sebuah peluruhnya dengan membabi buta kearah Kapten Alvar namun rania dengan cepat memasang badannya untuk melindungi Kapten Alvar, peluruhpun melesat dengan cepat menembus punggungnya hingga kejantungnya.

Kapten Alvar terbelalak dan jatungnya terasa terhenti seketika saat Rania memasang badannya untuk melindunginya, darah segar dimuntahkan Rania dari mulutnya dan dadanya darah merembes keluar, "Rania...!!!", teriak Kapten Alvar.

Rania terkapar di lantai dengan bersimbah darah, Rania pandangannya mulai buram. dia menatap kearah Kapten Alvar sambil tersenyum manis untuk terakhir kalinya sebelum pergi jauh, "Aku mencintaimu, Tuan Tentara...", ucapnya langsung memejamkan mata.

"Rania...!!", teriak keras Kapten Alvar, disana dirinya terus memberontak agak rantai yang mengikat pergelangan tangannya terlepas, "Ya Allah... tolong selamatkanlah dia, jangan kau ambil dia dariku. Aku mohon tolong selamatkan dia...", doanya dengan terus memberontak sampai pergelangan tangannya lencet dan mengalirkan darah segar disana .

Tak lama kemudian para pasukan tentara masuk ke ruangan yang dimana Kapten Alvar di sandera, mereka langsung melepaskan ikatan rantai ditangan Kapten Alvar. Dia langsung bergegas mengangkat tubuh Rania yang mulai dingin dan bersimbah darah.

Cairan bening lolos keluar dari mata Kapten Alvar, "Rania, aku mohon sadarlah! Jangan tinggalkan aku. Aku mohon! tolong jangan tinggalkan aku, sayang...!!", pintanya terus menguncang-guncangkan badan kekasihnya.

Salah satu anggotanya yang bernametag Simon berpangkat Sersan Dua memeriksa denyut nadi dari wanita yang bersimbah darah di pangkuan kapten alvar, "Kapten, dia tidak terselamatkan...", ucapnya dengan menundukkan wajahnya ikut sedih.

Kapten Alvar mengeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya, Kapten Alvar langsung membawa tubuh Rania yang sudah dingin dan bersimbah darah itu kedalam pelukannya sambil menyampingkan rambut Rania, dia menangkup wajah cantik Rania, "Tidak! dia belum mati, kita harus membawanya ke rumah sakit untuk menolongnya. Aku harus menyelamatkannya, aku yakin dia pasti selamat...", ucapnya seperti orang kehilangan akal.

Pasukan Tim Alpha hanya melihat dengan perasaan terpukul, Kapten Ervin menguncangkan tubuh sahabatnya berusaha menyadarkannya, "Sadar Alvar, dia sudah mati..."

Kapten Alvar dengan menangis penuh kesedihan dan kepiluan mendapati wanita yang dicintainya harus meninggalkannya, dia langsung memeluk tubuh Rania yang sudah dingin, "Rania....!!!", teriaknya.

###

Letnan Kolonel (Letkol) adalah pangkat perwira menengah dalam kemiliteran di Indonesia, setara dengan Ajun Komisaris Besar Polisi dalam Kepolisian Republik Indonesia/Polri. Pangkat ini ditandai dengan pemakaian dua melati emas di bahu.

Pangkat kapten adalah pangkat perwira pertama yang tertinggi, satu tingkat di bawah mayor dan satu tingkat di atas Letnan Satu. Lambang Pangkat berupa 3 balok emas untuk pakaian dinas upacara dan pakaian dinas harian sedangkan 3 balok hitam untuk pakaian dinas lapangan.

Sersan Dua (disingkat Serda) adalah jenjang sersan terendah dalam golongan bintara di kemiliteran di Indonesia.