"Sejuta kata yang terucap tidak akan bisa membawamu kembali kepadaku, bahkan sejuta linangan air mata pun tidak bisa membawamu ke pelukanku. Aku bisa menghapus air mataku yang terjatuh, tetapi aku tidak bisa menghapuskan luka dalam hatiku karena kehilanganmu..."
﴾ Kapten Muhammad Alvar Rusydi ﴿
***
Pukul 04 : 00 WIB
Lima hari kemudian...
Lima hari telah berlalu dan masa cuti dari Tim Alpha sudah habis dan harus kembali bertugas untuk menjalankan misi-misi lainnya, di kediaman rumah mendiang Letkol Wiranto Rusydi tepatnya di sebuah kamar terlihat kapten alvar pagi-pagi buta sudah membereskan tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sebentar lagi waktu menunjukan sholat shubuh.
Kapten alvar keluar dari kamar mandi menuju lemari, dia mengambil dan memakainya dari sarung merah maroon, baju kokoh putih beserta kopyah yang dikenakan dikepalanya. Siap untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah di masjid komplek perumahannya.
"sudah siap, sayang...?", tanya Bunda Rosmawati dengan tersenyum simpul.
Kapten Alvar berjalan kearah Bundanya sambil mencium punggung tangan dari Bunda nya tersebut, "sudah, Bunda. Alvar pamit untuk sholat di masjid dulu yah, Assalamualaikum..."
"iya sayang, waalaikumsalam...",
Iqamah pun dikumandangankan, dan beruntunglah Kapten Alvar tidak ketinggalan. Dia langsung mengisi shaf sholat yang kosong, seorang imam berdiri memimpin sholat shubuh dari takbir hingga salam. Setelah selesai para jamaah baik laki-laki maupun perempuan saling berjabat tangan kemudian meninggalkan masjid menuju rumah mereka masing-masing.
~~~
Matahari terbit dengan sinarnya yang begitu terang benderang menyinari langit Jakarta, di kediaman rumah kapten alvar terdengar acara berita pagi di televisi dan di dapur Bunda Rosmawati yang merupakan ibundanya sibuk menyiapkan sarapan pagi.
Di dalam sebuah kamar, bernuansa cat putih, barang-barang tertata dan tersusun rapih. Pintu kamar mandi terbuka keluarlah seorang laki-laki berparas tampan memiliki mata hazel yang begitu sangat menghipnosi siapapun yang melihatnya, ditambah tatapannya seperti elang begitu tajam, hidungnya yang mancung dan betuk rahangannya tegas, berperawakan tinggi, gagah, tegap, kekar dengan otot-otot di tangannya dan perut sixpacknya, berkulit halus dan putih.
Lelaki tersebut tidak lain adalah kapten alvar dengan hanya menggunakan handuk yang di ikat di pinggang, menuju lemari untuk mengambil celana dan baju kemudian memakainya. Kapten alvar menidurkan badannya di spring bed sembari mengambil sebuah bingkai poto dirinya memakai seragam PDL corak DPM (Distruptive Pattern Material) atau di sebut juga "Malvinas", karena mirip dengan seragam loreng yang digunakan tentara Inggris dalam Perang Malvinas tahun 1982. Warna nya cokelat muda (warna gurun), lengkap dengan topi baret biru yang tersemat logo PBB bersama seorang wanita bergamis hitam, berkerudung abu-abu dan bercadar hitam, berdarah arab dan amerika. Pada saat dirinya bertugas di lebanon sebagai pasukan perdamaian PBB, dia bernama rania mahmud.
# Flash Back On #
Di sore hari, cahaya mentari berkilau menerpa pepohonan yang rimbun. Ditemani angin yang sepoy-sepoy begitu sangat menyejukan, dengan menyuguhkan pemandangan alam dari sebuah lembah yang memiliki danau indah warna biru dan segar sekitarnya di kelilingi bukit dengan puncak travetin. Danau ini juga merupakan sumber dari mata pencaharian warga sekitar. Warga sekitar sangat bergantung dengan sumber daya alam, seperti mengumpulkan semak untuk pakan ternak.
Di tepian danau ditumbuhi padang rumput yang terbentang luas, terlihat disana ada sebuah gerobak dengan mesim penggeraknya menggunakan sebuah kuda jantan berwarna cokelat, terdapat dua orang duduk di atas gerobak tersebut. Satu laki-laki memakai kemeja biru tua dan celana jeans hitam dan satunya lagi seorang perempuan memakai gamis pink, berkerudung cream dan bercadar bandana hitam. Nampak mereka sedang menikmati pemandangan danau di sore hari yang begitu sangat indah dengan sinar matahari jingga membentuk layung di atas langit, kuning ke orange begitu sangat indah di pandang mata.
Di balik cadar bandananya perempuan itu tersenyum lebar sambil memejamkan mata menikmati terpaan angin sore yang sejuk dan sinar jingga yang menyorot wajahnya sangat hangat, lelaki di sampingnya pun melakukan hal sama namun sorot matanya menatap dalam perempuan bercadar tersebut.
"rania...?", panggil lelaki disampingnya ialah letnan satu alvar.
Karena merasa terpanggil perempuan bercadar bernama rania itu menengok kearah orang yang memanggilnya. Letnan satu alvar membenarkan posisi duduknya saling berhadap-hadapan dengan rania, tetapi tak saling berbicara hanya pandangan mereka saling bertemu dengan tatapan begitu dalam.
"rania, sudah waktunya aku harus pulang ke Indonesia...", ucap letnan satu alvar membuka pembicaraan, rania yang mendengar ucapan dari lelaki didepannya sedikit terkejut dan terlihat pancaran matanya berubah menjadi sendu, " aku tidak bisa disini lebih lama, karena Bunda ku di Indonesia pasti mengkhawatirkanku. Dan juga, uang yang aku kumpulkan selama tiga bulan disini sudah cukup untuk pergi ke kota dan melaporkan kepada Pangkalan Satuan Perdamaian PBB di Afganistan, bahwa aku masih hidup...", jelasnya.
Rania menundukan wajahnya, didalam hatinya begitu sangat sedih mendengar letnan satu alvar akan pergi meninggalkan afganistan dan dirinya. Hal sama pun di rasakan oleh letnan satu alvar, bagaimana bisa dia tidak sedih karena suatu kecelakaan besar yang menimpanya membuat dirinya harus terjebak di afganistan tepatnya di Koridor Wakhan. Koridor Wakhan sendiri, adalah sebidang tanah di ujung timur laut Afghanistan berupa permukiman pedesaan kecil dengan rumah-rumah sederhana yang terbuat dari batu, lumpur dan kayu sangat jauh dari perkotaan.
Selama lebih dari tiga bulan dirinya tinggal di koridor wakhan, selama itu pula letnan satu alvar bekerja banting tulang untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Uang yang dia dapatkan itu akan dia gunakan untuk pergi ke kota, karena di koridor wakhan sedikit dari mereka yang memiliki kendaraan mobil sendiri dan jika ingin ke kota kendaraannya menggunakan gerobak dengan alat penggeraknya seekor keledai dan ada alat transportasi komunitas namun biayanya cukup mahal untuk perjalanan ke kota. Rania dan para penduduk dari koridor wakhan banyak menolongnya. Disana dia sudah di anggap seperti layaknya seorang keluarga, tentu saja dirinya pasti akan sedih karena harus berpisah.
"aku mengerti, apa boleh buat...?", ucap rania dengan matanya berkaca-kaca menatap kearah letnan satu alvar, "lalu... kapan letnan alvar akan ke Indonesia?", tanyanya.
"kau mau ikut denganku ke Indonesia...?", tanya letnan satu alvar bersamaan dengan pertanyaan yang rania ucapkan.
Pertanyaan yang diucapkan letnan satu alvar membuat rania terpekik kaget, "iya...?"
Rania melihat lelaki didepannya itu sedang merogoh sesuatu di dalam saku kemejanya, setelah didapatkan tangan dari letnan satu alvar terulur kearah dirinya. Rania kembali terkejut dan dibalik cadar wajahnya memerah melihat sebuah bros kerudung kristal biru juntaian kupu-kupu begitu sangat cantik.
"letnan alvar ingin melamarku...?", tanya rania sedikit merunduk malu.
Letnan satu alvar seketika gelagapan dan badannya seakan membeku mendapatkan pertanyaan tersebut dari rania, "melamar...?", ucapnya ulang.
Rania tertawa kecil menatap letnan satu alvar yang terlihat gelagapan mendapatkan pertanyaan darinya, "di Koridor Wakhan ini memiliki tradisi. Dimana, jika ada seorang pria memberikan bros kerudung kepada seorang wanita. Itu tandanya, pria itu ingin melamarnya...", jelasnya, "letnan, sudah tiga bulan disini. Apa letnan tidak tau tentang tradisi itu...?", tanyanya.
Letnan satu alvar langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menertawakan diri sendiri dan wanita cantik dihadapannya pun ikut menertawakan dirinya, seketika atmosfer berubah menjadi kecanggungan diantara keduanya. Letnan satu alvar menatap dalam rania begitupun rania melakukan hal sama.
"jika aku benar ingin melamarmu, apa kamu akan menerimanya...?", tanya letnan satu alvar sambil menatap lekat wanita yang memiliki iris berwarna biru yang indah dihadapannya.
Manik mata biru milik rania terbelalak sempurna, di dalam sana jantungnya sedang tidak baik-baik saja karena berdetak begitu sangat kencang, dan seakan waktu terhenti beberapa detik untuknya.
Letnan satu alvar melihat manik mata biru milik rania berkaca-kaca membuat dirinya khawatir, "rania, kamu kenapa? kenapa kamu menangis? maafkan aku, jika pertanyaan tadi menyinggungmu. jika kau menolaknya, tidak apa-apa...", ucapnya terpotong.
"aku menerimanya, letnan...!", jawab rania dengan tega, lugas dan jelas.
Sekarang giliran Letnan satu alvar terbelalak sempurna mendapatkan jawaban dari rania yang menerima lamarannya, dibalik cadarnya rania tersenyum bahagia dan hatinya merasa berbunga-bunga, "karena aku sudah menerima lamaran dari letnan, bros kerudung ini sudah menjadi miliku...", tuturnya.
Letnan satu alvar tersenyum bahagia, matanya berkaca-kaca karena begitu terharu bahwa selama ini rasa cinta yang dia pendam terbalaskan dengan rania yang sama mencintai dirinya, namun senyuman yang tadinya mengembang lebar seketika berubah menjadi sendu.
"tetapi rania, aku harus pulang terlebih dahulu ke Indonesia. Setelah itu aku akan memberitahu Bunda ku, aku akan menikahimu. Apa kau mau menungguku, rania...?", tanya letnan satu alvar.
Rania mengangguk dengan tersenyum, "baiklah, aku akan menunggu letnan disini. aku harap letnan tidak ingkar janji...!", ucapnya tegas.
Letnan satu alvar mengelengkan kepala cepat, langsung menggapai kedua tangan rania dan mengenggamnya, "Insyaallah, aku berjanji padamu, aku tidak akan ingkar janji. Aku pasti akan menikahimu...!", jawabnya dengan tegas.
"baiklah, aku percaya padamu, letnan. Aku akan pegang janjimu itu, saat kita bertemu nanti. Aku akan menagihnya untuk segera menikahiku...!", tegas rania.
"siap, laksanakan komandan...!!", jawab letnan satu alvar sembari memberi hormat kepada rania.
Rania langsung memeluk letnan satu alvar dengan erat, dan mereka saling berpelukan sembari menikmati matahari yang perlahan-lahan tenggelam ke ufuknya.
# Flash Back Off #
Kapten alvar memejamkan matanya bersamaan itu linangan air mata terjatuh dari pelupuknya, dia membawa bingkai poto itu kedalam pelukannya kemudian memeluknya dengan erat, "maafkan aku, rania. aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu, tolong maafkan aku...", lirihnya.
Kapten alvar menjauhkan bingkai poto itu, lalu mengusapnya kaca bingkai tersebut dengan tangannya, "rania, aku pasti akan membalaskan dendam kepada orang yang telah menyakitimu. Aku berjanji padamu! Aku akan membuatnya membayar dengan semua rasa sakitmu...!", ucapnya terlihat rahangnya mengeras.
Drrttt...!
Tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi,kapten alvar bangun dari tidurannya sambil ibu jarinya menyekat cairan bening di sudut matanya, dia segera mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan saat melihat layar ponselnya menampilkan sebuah panggilan suara dari seseorang yang name sign nya 'elang-akhdan', kapten alvar langsung mengangkat panggilan tersebut.
"ada apa, akhdan...?", tanya kapten alvar.
"komandan, lapor!. Anda diperintahkan untuk segera ke Markas Besar Koppassus...!", ucap lettu akhdan di seberang sana.
"baik, saya akan segera kesana...", balas kapten alvar dengan memutuskan panggilannya.
Kapten alvar bergegas bangkit dari duduknya, dia langsung berganti pakaian menggunakan seragam PDL loreng kopassus darah mengalir. Tak lupa baret merah yang dikenakannya dengan lambang kopassus. Setelah sudah rapih, kapten alvar melangkah keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga dengan sangat gagahnya.
Selepas menuruni anak tangga, kapten alvar melihat bundanya sedang menata makanan untuk sarapan pagi di meja makan. Kapten alvar melangkah mendekati bundanya di meja makan.
Bunda rosmawati tersenyum melihat putranya sudah rapih, tampan dan gagah dengan seragam loreng kopassusnya, "sudah mau berangkat, sayang?", tanyanya dengan nada lembut.
"iya bunda, tadi akhdan nelpon. Alvar di panggil untuk segera ke markas besar kopassus...", jawab kapten alvar.
"kamu tidak sarapan dulu, sayang? Bunda, sudah membuat nasi goreng kesukaanmu...?"
Kapten Alvar merasa sangat bersalah kepada ibunya karena selalu melewati sarapan pagi yang sudah dibuat bundanya dengan susah payah, "maafkan, alvar yah, bunda. Alvar kembali melewatkan sarapan pagi yang bunda sudah bikin susah payah..."
Bunda rosmawati tersenyum, "tidak apa-apa, sayang. bunda mengerti kok...", bunda itu langsung menyodorkan segelas susu segar kepada putranya, "sekalipun kamu tidak sarapan, minumlan susu ini agar kamu selalu sehat dan kuat..."
Kapten alvar menganggukkan kepala sambil mengambil segelas susu segar kemudian menenguknya sampai habis, "alvar pamit pergi dulu yah, bunda...", pamitnya.
"hati-hati yah dijalannya...", ucap bunda rosmawati.
Kapten alvar mengangguk sambil tersenyum, dia mencium pipi kanan dan kiri juga punggung tangan kanan ibundanya, "assalamualaikum...", salam kapten alvar
"waalaikumsalam...", balas bunda rosmawati.
Kapten alvar melangkah keluar dari rumahnya, langsung menghidupkan motor dan memakai helm kemudian melaju menuju Markas Besar Koppassus.
~~~
" Markas Besar Kopassus - Cijantung "
Tiga puluh menit kemudian, kapten alvar telah sampai di gerbang Markas Besar Koppassus melaju masuk kedalam menuju ke tempat parkir kendaraan, kapten alvar melepas helmnya dan mematikan mesin motornya kemudian berjalan menuju kedalam markas tepatnya ke ruangan komandan nya yaitu letjen bagus herlambang.
Setelah sampai di depan ruangan letjen bagus herlambang, kapten alvar mengetuk pintu dan dari dalam sayub-sayub suara memerintahkan dirinya untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Pintu pun terbuka kapten alvar memberikan hormat kepada komandannya.
"komando...!", ucapnya.
Kapten alvar melirik ke televisi yang dinyalakan oleh letjen bagus, sebuah acara berita yang menampilkan Tim Alpha pada saat penyelamatan sandera di negara Tonga kemudian dengan cepat kembali menatap komandannya sambil bersikap siap sempurna.
"Pasukan Kopassus kembali mengharumkan nama bangsa, berhasil menyelamatkan 20 WNI dan 35 WNA yang disandera oleh kelompok teroris bernama Abu Yussha di negera Tonga".
Letjen bagus mematikan televisinya dan beralih melihat kearah kapten alvar yang berada dihadapannya, "kau pasti sudah melihat berita ini jauh-jauh hari, operasi pembebasan para sandera kali ini cukup menjadi sorotan publik yang memperlihatkan kinerja para prajurit yang luar biasa untuk itu KSAD akan memberikan kenaikan pangkat luar biasa kepada seluruh Tim Alpha, dan kamu sebagai komandan dari Tim Alpha akan naik pangkatnya menjadi Mayor. Walaupun aku tau, kau pasti akan menolaknya kembali. Tetapi aku harus tetap akan bertanya kepadamu, bagaimana kau menerimanya atau tidak...??", tanyanya.
"izin menjawab, komandan! Semua itu sudah menjadi tugas saya sebagai seorang prajurit untuk menjaga bangsa dan negara tanpa mengharapkan sebuah penghargaan maupun pangkat dan jabatan, untuk itu jawaban saya tetep sama komandan. Saya menolak kenaikan pangkat luar biasa tersebut...", jawab kapten alvar dengan tegas, lugas dan jelas.
Letjen bagus menghela nafas berat karena kembali mendapatkan jawaban dari kapten alvar yang menolak promosi pangkat luar biasa, "baiklah, karena kau kembali menolaknya. Aku akan laporankan kepada KSAD, kau boleh pergi...", tuturnya.
"siap komandan, terimakasih banyak. Komando...!!", kapten alvar memberikan hormat dan meninggalkan ruangan.
Kapten alvar menghela nafas lega setelah keluar dari ruangan komandannya, pandangan matanya melirik kearah langit yang berwarna biru begitu cerah dengan sinar matahari yang sangat terik, sudah ketiga kali ini komandanya letjen bagus mempromosikan jabatan untuknya dan selama tiga kali juga kapten alvar menolaknya. Menurutnya sudah berpangkat Kapten saja itu cukup untuknya, dia hanya merasa takut tidak mampu untuk mengemban amanah yang dia pikul nantinya. Karena menyadari begitu banyak kekurangan dan kekhilafan ada dalam dirinya.
Kapten alvar berjalan melewati lorong-lorong markas dan berpapasan dengan anggota kopassus lainnya saling memberikan hormat, dari arah belakangnya terdengar sayup-sayup langkah kaki yang berlari kecil menuju ke arahnya.
"lapor, komandan...!!", salam dari letnan satu akhdan.
Akhirnya Kapten alvar membalikan badannya sambil memasukan tangan kanannya kedalam saku celana, tiga orang yang ada dihadapannya merupakan anggotanya dari Tim Alpha yang terdiri dari lettu akhdan, sersan satu simon dan kopral patimura. Mereka meluruskan barisannya dan memberikan hormat dan dibalaslah oleh kapten alvar.
"izin bertanya, komandan...", ucap sersan satu simon membuka percakapan.
"tidak usah formal, biasa saja! Lagipula tidak sedang bertugas, ada apa...??", tanya kapten alvar.
"baik, komandan. Kami mendengar komandan mendapat promosi kenaikan jabatan menjadi Mayor, apa komandan menerimanya...?", tanya sersan satu simon penasaran dan antusias untuk mendengar jawaban dari komandannya.
Ketiga anggota Tim Alphanya ini terlihat berseri-seri dan penasaran menunggu jawaban darinya, sedangkan kapten alvar memutar mata jengah sambil menghela nafas melihat reaksi anggotannya yang begitu berlebihan, "aku menolaknya...", ucapnya singkat, padat dan jelas.
Sersan satu simon dan kopral patimura mengangga lebar mendengar jawaban dari kapten alvar, "Alamak! Komandan, kenapa menolak?", tanya sersan dua simon, "aduhh... mamah sayangee! iya komandan, itu kenaikan pangkat yang luar biasa sebagai prajurit. Kenapa anda menolaknya...", timpal kopral patimura.
Lettu akhdan tidak berkomentar apapun karena dia sangat kenal dengan komandannya dan sudah ketiga kali ini komandannya kembali menolak promosi jabatan, dia langsung merangkul kedua temannya itu, "komandan, pasti memiliki alasan. Lagi pula yang mendapat promosi jabatan adalah komandan, kenapa kalian yang repot...", tuturnya.
Kapten alvar melipat kedua tangannya didada, "sepertinya kalian lupa dengan kata-kataku saat pertama kalian menjadi bagian Koppassus Tim Alpha, seorang prajurit tugasnya melindungi bangsa dan negara bukan untuk mencari penghargaan dan pangkat semata. Itu namanya prajurit sejati...!", jelasnya.
Kapten alvar melihat sersan satu simon dan kopral patimura tertunduk merasa bersalah dan malu, "siap komandan, kami salah. Kami minta maaf...", ucap mereka berdua serempak.
Kapten alvar melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "sudah! Lebih baik kita segera ke lapangan untuk melatih pasukan...!", perintahnya.
"siap komandan, laksanakan...!", jawab ketiga anggota nya serempak.
Kapten alvar beranjak pergi kemudian diikuti ketiga anggotanya untuk menuju ke lapangan latihan yang disana akan melatih para anggota kopassus yang baru.
***
" Markas Besar TNI "
Di siang hari matahari berada di tengah cakrawala bersinar begitu terik dan panas, terdengar kumandang adzan waktu sholat dzuhur seluruh kegiatan dan aktivitas diberhentikan untuk istirahat. Siang hari di markas besar TNI, dari kejauhan terlihat seorang laki-laki setengah baya memakai seragam PDL tentara berpangkat bintang tiga atau disebut letnan jenderal di sisi kanannya terdapat nametag bordir bertuliskan nama bagus tidak lain adalah bagus herlambang yang nampak perjalan menuju ke sebuah ruangan tempat dimana ruang kerja KSAD berada.
Di sepanjang jalan beberapa staff markas besar TNI memberikan hormat kepada letjen bagus herlambang, sampailah di sebuah ruangan memiliki dua pintu terbuat dari kayu dan terdapat sebuah papan nama ruangan yang bertuliskan Ruang KSAD, letjen bagus mengetuk pintu setelah mendapatkan jawaban langsung membuka pintu tersebut dan masuk kedalam.
Letjen bagus masuk ke ruang tunggu terdapat sofa dan meja kaca. Sementara di lemari kaca dihiasi sejumlah plakat dan replika helicopter, di sekeliling dinding ruang tersebut terdapat foto-foto tokoh TNI hampir memenuhi sebagaian dinding ruangan. Di ruangan tersebut dirancang dengan menggunakan serba kayu terdiri dari area kerja dan area untuk menerima tamu. Di area kerja terdapat meja dan kursi yang nyaman beserta layar monitor yang besar. Layar monitor sendiri berfungsi untuk memantau segala perkembangan informasi.
Letjen bagus masuk kedalam ruang kerja dimana jenderal TNI atau KSAD berada, di ruangan tersebut terdapat sebuah manekin berbaju tentara TNI sebagai dekorasi, dari kejauhan terlihat seorang laki-laki setengah baya berpangkat bintang empat sedang duduk di meja kerjanya bersama tumpukan dokumen.
"duduklah...!", perintah Jenderal TNI gatot mukti herdiyantoro.
Letjen bagus mendaratkan pantatnya di sebuah sofa berwarna cream, Jenderal TNI gatot beranjak dari meja kerjanya sembari ditangan kanannya memegang sebuah amplop berwarna putih kemudian bergabung untuk duduk bersama letjen bagus yang merupakan sahabat karib saat di akademi militer sampai sekarang.
Tok... tok... tok...
"masuklah...!", perintah Jenderal TNI gatot.
Pintu ruangan terbuka dan masuklah seorang lelaki berusia 24 tahun berseragam PDL tentara berpangkat sersan dua bernama jaka, berjalan memasuki ruangan dari bapak KSAD dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat dua cangkir berwarna putih berisi kopi panas.
"lapor, komandan. Kopi nya sudah jadi...!", lapor dari sersan dua jaka.
"taruh di meja...", perintah Jenderal TNI gatot.
"siap...!", sersan satu jaka langsung menyuguhkan dua cangkir kopi panas itu kepada Jenderal TNI gatot dan Letjen bagus, "siap, sudah selesai pak...!", ucapnya.
"terimakasih, sertu jaka. kau boleh keluar...", balas Jenderal TNI gatot.
Sersan satu jaka memberikan hormat kepada kedua komandannya, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan KSAD.
Letjen bagus mengambil cangkir kopi panas di atas meja dan langsung menyeruputnya, Jenderal TNI gatot kemudian mendaratkan pantatnya di sofa dengan menghela nafas, "apa dia menolak kembali promosi jabatannya...??", tanyanya.
"iya, dia kembali menolak...", balas letjen bagus sambil menaruh cangkirnya di atas meja.
Jenderal TNI gatot memberikan amplop di tangannya kepada letjen bagus, "aku sudah berfirasat, dia pasti akan menolaknya kembali. Untuk itu, aku sudah membuat surat perintah pengangkatan pangkatnya, dengan itu dia tidak akan menolak lagi...", tuturnya, kemudian menghela nafas panjang sambil menyenderkan punggungnya di badan sofa, "ayah dan anaknya sama saja, kalo saja bang wiranto masih ada dia mungkin pangkatnya sama dengan kita atau dia sudah menjadi KSAD dan bukannya aku...", jelasnya.
Letjen bagus mengambil amplop dan membukanya, mendengar penuturan dari sahabat karib nya itu hanya mengulas senyum, "betul, akan sayang sekali prajurit seperti mereka di sia-sia kan tanpa diberikan pangkat tinggi, setidaknya pangkat itu membuatnya semakin berkembang pesat dan melihat masa depan yang cerah...", balasnya.
"semoga dengan surat perintah itu, dia menerimanya...", sahut Jenderal TNI gatot. "dipikir-pikir aku sepertinya tidak salah memilihnya menjadi kandidat calon menantu terbaik untuk putriku, melihat dia sebagai lulusan terbaik militer, banyak mendapatkan penghargaan dan prestasi...", lanjutnya.
"bisa dibilang impian para orang tua untuk menjadikan dia sebagai calon mantunya...", balas letjen bagus yang ikut memuji dengan bangganya kepada kapten alvar, seketika senyumnya perlahan meredup dan menatap dalam sahabatnya, "bang, apa kau yakin mengenai misi rahasia itu untuk diberikan kepada alvar? sebaiknya pikirkan matang-matang mengenai itu..."
Jenderal TNI gatot langsung menegakkan badannya dan melihat kearah letjen bagus, "mengenai misi rahasia itu, asal kau tau pak Presiden sendiri yang menunjukan alvar langsung untuk ikut serta dalam operasi 45 ini dan aku sudah membicarakan ini pada alvar. Dia menerima misi rahasia itu dengan tangan terbuka tanpa ada penolakan, sebentar lagi kontigen garuda akan diberangkatkan ke lebanon dan alvar akan diikut sertakan untuk kesana...", jelasnya.
Letjen bagus hanya menghela nafas berat, dia hanya tidak percaya alvar akan mendapatkan misi rahasia seberat itu, "saat aku melihat alvar, dia bagaikan orang yang hidup segan mati tak mampu...", ucapnya.
Jenderal TNI gatot ikut menghela nafas berat, "rania menyebabkan trauma yang mendalam pada alvar, aku juga ikut khawatir mengenai kondisinya di tambah dia masuk kedalam operasi 45 itu. Baru kali ini, aku begitu merasa ketakutan yang sangat dalam. Semoga ini hanya sebuah perasaanku saja...", ujarnya.
###